Tugas Kelompok Pemantapan Mutu Laboratorium
Dosen : Nurdin S.Si.
Pemantapan Mutu Laboratorium Kimia Klinik
Oleh :
UMMI KALSUM
SALMIAH
SULFITRIANA
WAHYUNI R.
WIWIN A. RANO
ASEF ZAINUDIN
SAMARUDDIN
PARAWANSYAH
RUSDIYANTO
ARYANTO
AKADEMI ANALIS KESEHATAN MUHAMMADIYAH
MAKASSAR
2009
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pemantapan Mutu Pemeriksaan kimia klinik”. Salam dan shalawat senantiasa kita hanturkan kepada Baginda Rasulullah saw. Sebagai satu-satunya Uswa dan Qudwa dalam menjalankan aktivitas keseharian di atas permukaan bumi ini.
Mengingat berbagai keterbatasan dan kendala yang ada, kami sadar bahwa Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karenanya kami sangat harapkan adanya koreksi dan saran serta masukkan yang sifatnya membangun dari pembaca.
Akhir kata, semoga Makalah ini bisa memberikan manfaat bagi pembaca dan bisa dijadikan liberatur. Semoga Allah SWT. Senantiasa memberikan petunjuk dan bimbingan kepada kita sekalian.
Makassar, November 2009
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Urine berasal dari darah yang mengalami filtrasi oleh glomerulus kemudian disekresi,diabsorsi dan diekresi melalui saluran kemih. Test urin dapat memberikan informasi mengenai kelainan organ tubuh, selain itu juga dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis dan memantau hasil pengobatan.
Tes urine terdiri dari pemeriksaan makroskopik , mikroskopik atas sedimen dan pemeriksaan kimia urin.Tes mikroskopik untuk melihat erirosit, lekosit, sel epitel ,torak, bakteri, kristal, jamur dan parasit .
Tes sedimen urin dipergunakan untuk mengidentifikasi jenis sedimen yang dipakai untuk mendeteksi kelainan ginjal dan saluran kemih. Selain itu tes sedimen urin dapat juga dipakai untuk memantau perjalan penyakit ,ginjal dan saluran setelah pengobatan.Tes sedimen urin dapat juga untuk konfirmasi pemeriksaan kimia urin seperti adanya silender memastikan adanya albuminuria adanya eritrosit dalam urin menandakan uji darah samar positif , ditemukan bakteri biasanya disertai uji nitrit yang positif dan lekosit yang banyak didalam sedimen urin menunjukkan uji esterase yang positif .
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara melakukan pemeriksaan dalam kimia klinik ?
2. Pemeriksaan apa saja yang yang termasuk didalam pemeriksaan kimia klinik ?
C. Tujuan
1. untuk memenuhi tugas pemantapan mutu.
2. Untuk dijadikan literatur dan tinjauan pustaka.
3. Sebagai acuan dalam melakukan pemeriksaan kimia klinik.
BAB II
PEMBAHASAN
Urine berasal dari darah yang mengalami filtrasi oleh glomerulus kemudian disekresi,diabsorsi dan diekresi melalui saluran kemih . Tes urin dapat memberikan informasi mengenai kelainan organ tubuh, selain itu juga dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis dan memantau hasil pengobatan.
Urinalisis adalah pemeriksaan sampel urine secara fisik, kimia, dan mikroskopik. Tes ini merupakan salah satu test yang sering dimintaoleh para klinisi.
TES SEDIMEN URIN DENGAN PEWARNAAN STERNHEIMER MALBIN
Tes urin terdiri dari pemeriksaan makroskopik , mikroskopik atas sedimen dan pemeriksaan kimia urin.Tes mikroskopik untuk melihat erirosit,lekosit,sel epitel ,torak,bakteri,kristal,jamur dan parasit .
Tes sedimen urin dipergunakan untuk mengidentifikasi jenis sedimen yang dipakai untuk mendeteksi kelainan ginjal dan saluran kemih. Selain itu tes sedimen urin dapat juga dipakai untuk memantau perjalan penyakit ,ginjal dan saluran setelah pengobatan.Tes sedimen urin dapat juga untuk konfirmasi pemeriksaan kimia urin seperti adanya silender memastikan adanya albuminuria adanya eritrosit dalam urin menandakan uji darah samar positif , ditemukan bakteri biasanya disertai uji nitrit yang positif dan lekosit yang banyak didalam sedimen urin menunjukkan uji esterase yang positif .
PRA ANALITIK
Persiapan pasien
Persiapan sampel
- Idenfikasi sampel : nama,nomor,alat,umur,penggunaan pengawet urin dan waktu pengambilan.label melekat pada waktu penampung
- Wadah penampung
1. bersih ,kering,bermulut lebar,dan bertutup rapat
2. IsI penampung dapat dicampur dengan baik
3. volume minimal 12 ml
Pengambilan sampel
cndensor dan mengecilkan diafragma
Cara pelaporan Sedimen Urin Menurut JCCLS
a. Sel darah dan epitel
1. 1+ : 4/LPB
2. 2+ : 5-9/LPB
3. 3+ : 10-29/LPB
4. 4+ : >30/LPB
5. 5+ : >50/LPB
b. Silinder
1. - : 0/LPK
2. + : 1/100 LPK
3. ++ ; 1-10/LPK
4. +++ : 10-100/LPK
5. ++++ : >100/LPK
c. Bakteri dan Jamur
- 0/LPK
± : Jarang /LPK
+ ; sedikit/LPK
++ ; Banyak/LPK
+++ ; Penuh/LPK
d. Protosoa
- : 0/LPK
+ : 1-4/LPB
++ : 5-9/LPB
+++ : >10/LPB
e. Kristal
- : 0/LPB
++ : 5-9/LPB
+++ : >10/LPB
PASCA ANALITIK
INTERPRETSI
Unsur organik
Eritrosit:
Hematuri menunjukkan adanya perdarahan pada saluran kemih yang disebabkan oleh penyakit ginjal,infeksi ,tumor,dan adanya batu
Lekosit
Pyuria menjadi petunjuk adanya infeksi pada saluran kemih (sistisis atau piolonefritis)
• Silinder hyalin
Ditemukan meningkat pada
Penyakit ginjal sedang atau berat
Setelah latihan fisik
Keadaan dehidrasi
• Silider eritrosit
Ditemukan
Glemorulonefriteis Akut (GNA)
Subakut bakterial endokarditis
Trauma ginjal
Pielonefritis
Infark ginjal
Trombosis renalis
Gagal jantung kongensif
• Silender Lekosit
Menunjukkan adanya
Infeksi saluran kemih
Pielonefritis akut
Nefritis interstisial
Lupus nitritis
Penyakit glomerulus
• Silender granula
Ditemukan pada
Nefritis kronik
Penyakit glomerulonefritis kronik(GNK)
• Silender lemak
Berhubungan dengan proses yang kronik misalnya :
Sindroma nefrotik
Glomerulus kronik (GNK)
• Silender lilin
Menunjukkan kondisi patologi yang serius pada ginjal dan saluran kemih misalny
Gagal ginjal kronik
Hipertensi maligna
Renal amilodosis
Nepromatil diabetika
• Bakteri
Di identifikasi dengan pewarnaan gram pada sedimen atau dengan biakan urin mungkin dijumpai gram negatif basilus seperti Escherichia Coli, Pseudomonas,Proteus Atau gram positip kokus :
Streptokokus piogen.
Unsur anoganik
Kristal leusin dan adi tirosin biasanya terjadi bersamaan dan ditemukan pada penderita dengan
ganguan hati yang berat
TES DAN INTERPRESTASI CAIRAN PLEURA
Pada keadaan normal, rongga pleura yang berada antara pleura visceralis dan perientalis mengandung hanya sedikit cairan yaitu kurang lebih 1-10 cc.Cairan pleura ini membasahi `tunika serosa sehingga berfungsi sebagai peelicin gesekan antara perrmukaan kedua pluera pada waktu pernapasan .pluera adalah membran tipis yang terdiri dari 2 lapisan yaitu pluera
Efusi merupakan suatu keaadan dimana terjadi akumulasi cairan pluera yang abnormal dalam rongga pleura yang abnormal dalam rongga pleura akibat transudasi atau eksudasi yangberlebihan.
METODE
A. MAKROSKOPI
A.1 VOLUME
A.1.1. Pra Analirik
Persiapan pasien : tidak dilakukan persiapan khusus
Persiapan sampel : Tidak ada persiapan khusus, namun perlu identifikasi sampel
(nama, umur,jenis kelamin,dan alamat)
Prinsip tes : makin banyak volume cairan pleura makin besar kerusakan
pada cairan pleura
Alat : galas ukur
A.!.2. Analitik
Cara kera : melihat jumlah cairan pleura
Nilai rujukan : 1-10 cc
A.1.3 pasca analitik
Interprestasi :
• Makin banyak jumlah cairan pleura berarti makin besar keruusakan
A.2 Warna dan kejernian
A.2.1 Pra Analitik
Persiapan pasien : tidak dilakukan persiapan khusus
Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus, namun perlu identifikasi sampel
(nama, umur,jenis kelamin,dan alamat)
Prinsip tes : setiap kelainan memberi warna dan kejernihan yang berbeda
Alat :tabung yang jernih
A.1.2 Analitik
Cara kerja : melihat warna dan kejernihan sampel
Nilai rujukan : ridak berwarna dan jernih
A.2.3. Paska Analitik
Interprestasi :
• Warna transudat biasanya kuning-kuning jerni seperti pada gagal jantung kongestif
• Warna eksudat dapat berbeda-beda seperti :
Warna kuniing : mengandung bilirubin
Warna merah atau coklat ; menngandung darah yang biasa disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah (seperti pecahnya aneurisma aorta), yang kemudian mengalirkan darah kerongga pleura.
(Warna putih-kuning dan keruh nanah atau pus yang biasa terjadi pneumonia atau abses paru menyebar kerongga peura.
Putih seperti susu dan keruh : Chiylus akibat terjadinya cederah saluran getah bening terutama di dada (ductus toraki atau oleh penyumbatan saluran karena adanya tumor)
Warna kehijauan :pyocyaneus
A.3. Berat Jenis (BJ)
A.3.1 Pra Analitik
Persiapan pasien : tidak dilakukan persiapan khusus
Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus, namun perlu identifikasi sampel
(nama, umur,jenis kelamin,dan alamat)
Prinsip tes : menentukan berat jenis cairan pleura
Alat : urinometer (bila cairan banyak) dan retraftometer (bila cairan
sedikit
A.3.2. Analitik
Cara kerja : melihat berat jenis sampel yang tertera dalam alat
Nilai rujukan : < 1,018 berarti transudat > 1,018 berarti eksudat
A.3.3. Pasca Analitik
Interprestasi :
• Berat jenis <1,018 transudat : payah jantung, asites, nefrosis
• Berat jenis > 1,018 eksudt : keganasan TBC dan infeksi paru lainnya, reaksi obat, asbetos,sarkoidosis.
A.4 Bekuan
A.4.1 Pra Analitik
Persiapan pasien : tidak dilakukan persiapan khusus
Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus, namun perlu identifikasi sampel
(nama, umur,jenis kelamin,dan alamat)
Prinsip tes :Fibrinogen yang ada dalam sampeldapat menyebabkan sampel
Membeku
Alat : Tabung yang jernih
A.4.2. Analitik
Cara kerja :sampel dibiarkan dalam suhu kamar selama satu jam,
kemudian dilihat apakah ada bekuan atau tidak.
Nilai rujukan : tidak membeku
A.4.3. Pasca Analitik
Interprestasi :
• Ada bekuan (+) : ada proses peradangan
• Makin besar bekuan, makin berat proses peradangan
B. TES KIMIA
B.1 Protein total (secara kuantitatif)
B.1.1 Pra Analitik
Persiapan pasien : tidak dilakukan persiapan khusus
Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus, namun perlu identifikasi sampel
(nama, umur,jenis kelamin,dan alamat)
Prinsip tes : protein + Cu alkaline
B.1.1. Pra Analitik
Persiapan Pasien : tidak dilakukan persiapan khusus
Persiapan Sampel : tidak ada persiapan khusus, namun perlu identifikasi sampel (nama, umur, jenis kelamin dan alamat)
alkaline
Prinsip tes : Protein + Cu Cu-Protein kompleks
Solution
Pembacaan dilakukan dengan menggunakan fotometer
Alat : Tabung yang jernih
B.1.2.Analitik
Cara kerja
Masukkan 50 p sampel cairan pleura ke dalam tabung mikro, lalu letakkan dalam rak sampel sesuai dengan nomor pemeriksaan
Tempatkan reagen pada rak reagen sesuai program tes protein
Masukkan nomor identitas penderita dan program tes
Pengukuran akan dilakukan secara otomatis
Hasil tes akan keluar pada print out
Nilai rujukan :
Kadar Protein < 3%
B.1.3. Pasca Analitik
Interpretasi :
Kadar Protein < 3 % berarti transudat
Kadar Protein > 3 % berarti eksudat
B.2.Tes Rivalta
B.2.1. Pra Analitik
Persiapan Pasien : tidak dilakukan persiapan khusus
Persiapan Sampel : tidak ada persiapan khusus, namun perlu identifikasi sampel
(nama, umur, jenis kelamin dan alamat)
Prinsip tes : adanya seromusin akan memberikan gambaran awan putih
Alat :
• Gelas ukur
Aquades dan Asam asetat glasial
B.2.2.Analitik
Cara kerja
Campurkan 2 tetes asam asetat glasial ke dalam 100 ml aqua& dalam gelas ukur
Teteskan 1 tetes cairan pleura yang akan diperiksa ke dalam campuran tersebut
Perhatikan tetesan itu bercampur dan bereaksi
Nilai rujukan : Tidak ada kekeruhan B.2.3.Pasca Analitik
B.2.3. Pasca Analitik
Interpretasi :
Bila tidak ada kekeruhan hasil tes negatif : → Transudat
Bila terdapat kekeruhan hasil tes positif : → Eksudat
B.3.Tes Glukosa
B.3.1. Pra Analitik
Persiapan Pasien : tidak dilakukan persiapan khusus
Persiapan Sampel : tidak ada persiapan khusus, namun perlu identifikasi sampel
(nama, umur, jenis kelamin dan alamat)
Metode : Heksokinase
Prinsip tes : Larutan kerja (buffer /ATP/ NADP/ HKG-6 PDH) ditambahkan kedalam sampel dan akan terjadi reaksi :
HK
Glukosa + ATP G-6-P + ADP
Heksokinase mengkatalisis fosforilase menjadi glukosa-6-fosfat oleh ATP
G-6-P + NADP G-6-PDH glukonat- 6 – P + NADPH + H
Pembacaan dilakukan dengan menggunakan Fotometer
Alat :
Pipet mikro 50 ul
Tabung mikro
Rak tabung
Reagen 1: Buffer/ ATP / NADP
Reagen 2: HK / G-6 PDH
B.3.2. Analitik
Cara kerja :
Masukkan 50 1 I sampel ke dalam tabung mikro, lalu letakkan sampel sesuai nomor pemeriksaan.
Tempatkan reagen pada rak reagen sesuai program tes glukosa.
Masukkan nomor identitas penderita dan program tes.
Pengukuran dilakukan secara otornatis.
Hasil tes akan keluar pada print out .
Nilai rujukan : Glukosa darah dan glukosa cairan pleura adalah sama.
B.3.3.Pasca Analitik
Interpretasi:
Kadar glukosa transudat sama dengan kadar glukosa darah.
Kadar glukosa eksudat lebih rendah.
Kadar glukosa cairan pleura <60 mg% sangat menyokong etiologi tuberkulosis paru.
B.4 Tes Laktat Dehidrogenase (LDH)
B.4.1. Pra Analitik
Persiapan Pasien : tidak dilakukan persiapan khusus
Persiapan Sampel : tidak ada persiapan khusus, namun perlu identifikasi sampel
(nama,umur,jenis kelamin dan alamat)
Metode : Kinetik UV
Prinsip tes : Pyruvate + NADH + H+ →L - Laktat + NAD +
NADH akan mengoksidasi secara langsung dengan bantuan aktivasi LDH.
Pembacaan dilakukan dengan menggunakan fotometer
Alat :
Pipet mikro 50 i l
Tabung mikro
Rak tabung
Reagen 1: NADH 0.22 mmol
Reagen 2 : Tris 89 mmol, Pyruvate 1.8 mmol, Sodium Ch/Na Ch 222 mmol, Sodium Azide < 0,1 %.
B.4.2.Analitik
Cara kerja :
Masukkan 50 i l sampel ke dalam taking mikro, lalu letakkan dalam rak sampel sesuai nomor pemeriksaan.
Tempatkan reagen pada rak reagen sesuai program tes LDH.
Masukkan nornor identitas penderita dan program tes.
Pengukuran dilakukan secara otomatis.
Hasil tes akan keluar pada print out
Nilai rujukan : 100 - 190 IU
B.4.3.Pasca Analitik
Interpretasi:
Transudat → < 200 IU
Eksudat → > 200 IU
Menurut LIGHT dkk kriteria untuk eksudat sebagai berikut
o Ratio protein cairan pleura dengan protein serum >0.5.
o LDH cairan pleura >200 IU.
o Ratio LDH cairan pleura dengan LDH serum >0,6.
C.TES MIKROSKOPIK
C.1. Jumlah eritrosit
C.1.1. Pra Analitik
Persiapan Pasien : tidak dilakukan persiapan khusus
Persiapan Sampel : sampel dincerkan memakai larutan pengencer hayem dengan perbandingan 1:200
Prinsip tes : Sampel diencerkan dan dimasukkan ke dalam kamar hitung (hemositometer) dengan memperhitungkan faktor pengenceran
Alat dan bahan :
Larutan Hayem
Kamar Hitung Improved Neubauer
Pipet eritrosit dan selang pengisap
Mikroskop
Kaca objek dan kaca penutup
C.1.2. Analitik
Cara kerja :
Isap sampel ke dalam pipet eritrosit sampai tanda 0,5
Isap larutan Hayem sampai tanda 101
Kocok isi pipet beberapa menit agar isi pipet bercampur baik, setelah itu buanglah 4 - 5 tetes isi pipet .
Siapkan kamar hitung dengan kaca penutup di atasnya
Teteskan isi pipet pelahan-lahan ke dalam kamar hitung
Kemudian dibaca dibawah mikroskop pada 5 kotak eritrosit dengan
menggunakan iensa 10 x . Hasilnya dikali 10.000.
Nilai rujukan : <100 000 mm3
C.1.3.Pasca Analitik
Interpretasi:
Sejumlah kecil eritrosit dapat ditemukan dalam semua jenis cairan pleura (transudat / eksudat).
Cairan pleura yang bercampur darah den-an hitung eritrosit >100.000 mm; mempunyai nilai prediksi yang tinggi untuk penyakit keganasan, infark paru atau trauma.
C.2. Jumlah Lekosit
C.2.1. Pra Analitik
Persiapan Pasien : tidak dilakukan persiapan khusus
Persiapan Sampel : sampel diencerkan memakai larutan pengencer Turk dengan perbandingan 1 : 20, bila dengan larutan Turk menggumpal maka diencerkan dengan NaCI 0,9 %
Prinsip tes : Sampel diencerkan dan dan dimasukkan ke dalam kamar hitung (hemositometer) dengan memperhitungkan faktor pengenceran
Alat dan Bahan :
Larutan Turk atau NaCI 0,9 %
Kamar Hitung Improved Neubauer
Pipet lekosit dan selang pengisap
Mikroskop
Kaca objek dan kaca penutup
C.2.2.Analitik
Cara kerja :
Isap sampel ke dalam pipet lekosit sampai tanda 0,5
Isap larutan Turk atau NaCI 0,9% sampai tanda 11, kocok isi pipet
beberapa menit Agar isi pipet bercampur baik. Setelah itu buanglah 4 - 5 tetes isi pipet.
Siapkan kamar hitung dengan kaca penutup di atasnya
Teteskan isi pipet pelahan-lahan ke dalam kamar hitung
Hitung jumlah lekosit yang tampak dalam 4 kotak lekosit menggunakan lensa 10 x
Hasilnya dikali 50.
Nilai rujukan : Jumlah lekosit < 1000 mm3
C.2.3. Pasca Analitik
Interpretasi:
Lebih dari 80% transudat dan kurang dari 20 % eksudat menunjukkan jumlah lekosit < 1000 mm3.
Jumlah lekosit > 10.000 mm3 dijumpai pada pneumoni, infark paru, pankreatitis, sindroma pasca infark miokard dan SLE.
C.3.Morfologi dan hitung jenis
C.3.1. Pra Analitik
Persiapan Pasien : tidak dilakukan persiapan khusus
Persiapan Sampel : tidak ada persiapan khusus, namun perlu identifikasi sampel
(nama, umur, jenis kelamin dan alamat)
Prinsip tes : Cairan pleura di hapuskan diatas kaca objek kemudian diwarnai
Alat dan bahan
Sentrifus
Kaca objek
Metil alkohol
Larutan Giemsa/Wright/May-Grundwald Giemsa (MGG)
Pengukur waktu
Mikroskop dan minyak emersi
C.3.2.Analitik
Cara kerja :
Buat apusan dengan pewarnaan MGG
Ambil cairan pleura yang telah disentrifus, apuskan di atas kaca objek, biarkan mengering
Fiksasi apusan tersebut dengan metil alkohol selama 5 menit lalu dibilas dengan air mengalir
Tetesi sediaan apus dengan larutan May Grunwald ± 1 - 2 menit
Tambahkan larutan buffer pH 6,4, diamkan selama 3 menit.
Warnai dengan larutan Giemsa yang sudah diencerkan dengan buffer pH 6,4 dan dibiarkan 5 - 10 menit, cuci dengan air mengalir lalu keringkan
Baca apusan di bawah mikroskop dengan pembesaran 100 x menggunakan minyak emersi
Nilai rujukan : Jumlah netrofil < 25 %
C.3.3.Pasca Analitik
Interpretasi:
Jumlah netrofil < 25 % 'I normal
Predominasi lekosit PMN biasanya dihubungkan dengan pneumoni, pankreatitis, infark paru, tumor dan penyakit vaskuler kolagen
Limfosit yang meningkat dapat ditemukan pada tuberkulosis, keganasan, infeksi kronik
Eosinofil dapat ditemukan meningkatmpada penyakit alergi seperti sma, penyakit parasit
Sendi merupakan pertemuan dua ujung tulang yang umumnya dapat\ dilakukan pergerakan dengan arah dan sudut tertentu. Kemampuan melakukan gerakan pada sendi ini ditunjang oleh adanya struktur-struktur khusus sendi disamping otot penggeraknya Ujung kedua tulang pada sendi umumnya dilapisi oleh jaringan tulang rawan, dan pada sendi besar misalnya pada sendi lutut dibatasi oleh satu bantalan yang disebut “meniscus” sendi. Struktur pada daerah pertemuan ini terbungkus oleh membran sinovial sehingga membentuk ruangan yang disebut “cavum sinovial”. Ruangan inilah yang terisi oleh sedikit cairan kental dan dikenal
sebagai cairan sinovial atau cairan sendi.
Indikasi pemeriksaan cairan sendi
Pemeriksaan cairan sendi diindikasikan pada keadaan-„eadan dimana terdapat penambahan jumlah cairan sendi (efusi), atau adanya perubahan fisik akibat efusi tersebut misalnya pembengkakan sendi yang fluktuatif.
Cara pengambilan spesimen:
Teknik pengambilan cairan sendi disebut “arthrocentesis” harus dilakukan secara asepsis oleh tenaga yang berpengalaman dan tekniknya berbeda tergantung sendi tempat pengambilan cairan.
Teknik Artrosentesis :
Alat dan bahan
• Spuit dan jarum disposable. Ukuran jarum disesuaikan dengan besar sendi yang akan diaspirasi Misalnya jarum nomor 19 atau 21 untuk sendi besar, sedangkan sendi kecil jarum 23 atau 25
Pulpen untuk menandai titik yang akan disuntik. Anestetik lokal (lidokain atau semprotan etilklorida)
Kapas alkohol, kain kasa dan larutan pembersih kulit Tabung penampung.
Cara kerja :
• Penyuntikan dilakukan dalam keadaan yang steril.
• Tentukan tempat pengambilan yang tepat dan tandai dengan pulpen.
• Atur posisi penderita sedemikian rupa, sehingga struktur sasaran suntikan dalam keadaan rileks
• Lakukan pembersihan serta tindakan asepsis dan antisepsis pada tempat yang akan disuntik
• Jika prosedur diperkirakan berlangsung lama atau sulit, dapat diberikan semprotan etilklorida atau anestesi lokal dengan infiltrasi lidokain melalui jarum yang sangat halus.
• Umumnya pendekatan dilakukan dari bagian ekstensor untuk menghindari trauma neurovaskuler
• Setelah semua prosedur diatas dilakukan, aspirasi dapat dimulai dengan menusuk perlahan-lahan tempat yang telah diberi tanda. Jika ada efusi, jumlah cairan yang dapat diambil dapat berkisar 10-20 ml. Tampunglah aspirat ke dalam 4 tabung yang telah disiapkan.
Tabung 1 (tanpa antikoagulan) : untuk tes makroskopik, viskositas dan tes musin
Tabung II (dengan antikoagulan EDTA): untuk tes mikroskopik, hitung jenis, dan sel
Tabung III (tabung harus steril berisi hepari / EDTA ): Untuk tes mikrobiologi Tabung IV (tanpa antikoagulan) : untuk tes kimia dan imunologi.
• Setelah aspirasi, sendi hendaklah dalam keadaan rilek.
II. METODE
1. TES MAKROSKOPIK
PRA ANALITI
ANALITIK
1. VOLUME
Cara kerja : Perhatikan volume cairan sendi yang dapat diaspirasi.
Nilai rujukan : 0,1 - 3,5 ml
2. WARNA DAN KEJERNIHAN
• Cara kerja : Perhatikan warna dan kejernihan sampel, bedakan darah akibat aspirasi dengan darah yang betul beras, daricairan sendi.
• Nilai rujukan : Tidak berwarna dan jernih
3. VISCOSITAS
• Cara kerja :
• sap sampel ke dalam spoit tanpa jarum
• Teteskan sampel keluar dari spoit, ukur panjang tetesan
• Sampel diantara jari telunjuk dan ibu jari direntangkan, ukur panjang rentangan
• Nilai rujukan : Panjang tanpa putus 4-5 cm
4. BEKUAN SPONTAN
• Cara kerja:
• Biarkan sampel selama 1 jam, lihat apakah ada bekuan atau tida
• Nilai rujukan : Tidak membeku
5. BEKUAN MUSIN (MUCIN CLOT)
• Cara kerja :
• Buat larutan asam acetat 7N dari 40,8m1 asam acetat glacial dan 100m1 air
• Masukkan 4 ml air aquades dalam tabung reaksi kemudian tambahka 1 ml cairan cairan sendi lalu tambahkan 1 tetes asam acetat 7N adu kuat-kuat kemudian baca reaksi segera.
• Nilai rujukan : Mucin normal terlihat bekuan kenyal dalam cairan jernih
PASCA ANALITIK
1. VOLUME
• Interpretasi : > 3.5 ml abnormal
2. WARNA DAN KEJERNIHAN
• Interpretasi:
• Kuning jernih : non inflamasi
• Kuning keputihan : inflamasi spesifik dan nonseptik karena bertambahnya lekosit.
• Kuning kehijauan : septik atau purulen
• Merah kecoklatan : hemoragik
3. VISCOSITAS
• Interpretasi :
• Viscositas tinggi → non inflamasi
• Viscositas menurun (<4 cm) → inflamasi dan septic
• Viscositas bervariasi → hemoragik
4. BEKUAN SPONTAN
• Interpretasi :
• Bekuan positif → Proses peradangan, makin besar bekuan makin berat
peradangan
5. BEKUAN MUSIN (MUCIN CLOT)
• Interpretasi :
• Musin baik (normal) : terlihat bekuan kenyal dalam cairan
• Musin sedang : bekuan kurang kuat dan tidak mempunyai batas tegas
dalam cairan jernih
• Musin jelek : Jika bekuan berkeping-keping dalam cairan keruh
II. TES MIKROSKOPIK
1. HITUNG SEL
PRA ANALITIK
• Persiapan pasien : tidak ada persiapan khusus
• Persiapan sampel :
Untuk cairan yang jernih sampel diencerkan dengan NaCI 0,9% atau methilen biru, jika sampel kental diencerkan dengan buffer hialuronidase. Caranya 2 ml cairan sendi diinkubasikan dengan 150 IU hialuronidase selama 1 jam pada suhu 37 C. Bila cairan sendi banyak mengandung eritrosit, digunakan HCI 1% karena cairan ini dapat melisiskan eritrosit
• Prinsip tes :
Sampel diencerkan dan dimasukkan ke dalam kamar hitung dengan memperhitungkan faktor pengenceran, jumlah lekosit dapat diketahui.
• Alat dan bahan :
• Kamar hitung improved Neubauer
• Pipet lekosit, selang pengisap
• Mikroskop, kaca objek dan kaca penutup.
ANALITIK
• Cara kerja :
• Isap sampel dengan pipet lekosit sampai tanda 0,5.
• Isap larutan NaCl sampai tanda 11, pipet dikocok beberapa menit
• agar isi pipet tercampur baik, kemudian buang 4-5 tetes.
• Siapkan kamar hitung dan kaca penutup, teteskan isi pipet perlahan¬ lahan ke dalam kamar hitung.
• Hitung jumlah lekosit yang tampak dalam 4 kotak besar dengan mempergunakan lensa 10x.Hasilnya dikali 50.
• Nilai rujukan : jumlah lekosit < 200 /mm.
PASCA ANALITIK
• Interpretasi :
• Lekosit < 3000 : non inflamasi
• Lekosit 3000-50.000 : inflamasi
• Lekosit > 50.000 : septic purulen
• Lekosit < 10.000 : hemoragik
2.JENIS SEL
PRA ANALITIK:
• Persiapan pasien : tidak ada
• Persiapan sampel : sampel harus diperiksa paling lambat 1 jam setelah
Pengambilan.
• Prinsip tes : cairan sendi diapuskan di atas kaca objek kemudian diwarnai.
• Alat dan bahan
• sentrifuse, kaca objek, metil alcohol
• Larutan Giemsa, Wrigt/May-Grunwald Giems(MGG)
• Mikroskop, minyak emersi
ANALITIK:
• Cara kerja
• Cairan sendi yang telah disentrifuse diapuskan di atas kaca objek, biarkan mengering
• Fiksasi dengan metil alcohol selama 5 menit, selanjunya tetesi MGG 1-2 menit.
• Tambahkan larutan buffer pH 6,6, diamkan 3 menit, buang sisa larutan.
• Warnai dengan Giemsa biarkan 5-10 menit, cuci dengan air mengalir lalu keringkan
• Baca dibawah mikroskop dengan pembesaran 100X dengan minyak emersi.
• Nilai rujukan . jumlah netrofil < 25%
PASCA ANALITIK
• Interpretasi:
• Netorfil < 25% : normal dan noninflamasi
• Netrofil > 50% : inflamasi
• Netrofil > 75% : septic / purulen
• Netrofil < 25% : hemoragik
3.KRISTAL
PRA ANALITIK :
• Persiapan pasien : tidak ada
• Persiapan sampel : sampel disentrifuse,sampel tidak bolch menyusun
bekuan, oleh karena itu harus segera diperiksa.
• Prinsip tes : Jenis kristal tergantrung jenis kelainan.
• Alat dan bahan : kaca objek dan kaca penutup, sentrifuse, mikroskop.
ANALITIK :
• Cara kerja
• Cairan yang telah disentrifuse 1-2 tetes diletakkan diatas kaca objek
• Tutup dengan kaca penutup. Periksa dengan mikroskop biasa atau lebih baik mikroskop polarisasi.
• Nilai rujukan : Tidak ditemukan kristal dalam cairan sendi
PASCA ANALITIK:
• Interpretasi:
• Kristal monosodium urat (MSU) ditemukan pada arthritis gout.
• Calsium pyrophosphate (CPPD) ditemukan pada chondrocalcinosis
• Calcium hydroxyapatite (HA) terdapat pada calcifit periartritis,tendonitis
• Kristal kolesterol ditemukan pada arthritis rheumatoid.
C. TES KIMIA
C1. TES GLUKOSA
Tes glukosa darah dilakukan bersamaan dengan tes glukosa cairan sendi.
PRA ANALITIK
• Preanalitik dan analitik
Tes glukosa pada serum dan cairan sendi adalah sama.
• Persiapan pasien
pasien harus berpuasa 6-12 jam sebelum pengambilan sampel
• Persiapan sampel : serum tidak boleh hemolisis, cairan sendi disentrifus
terlebih dahulu
• Metode : Heksokinase
• Prinsip
Larutan kerja ( buffer / ATP / NADP /HKG-6-PDH ) ditambahkan ke dalam sampel dan akan terjadi reaksi:
Glukosa + ATP HK G-6-P + ADP
Heksokinase mengkatalisis fosforilase glukosa menjadi glukosa-6-fosfat oleh ATP
G-6-PD
G-6-P + NADP glukonat - 6-P + NADPH + H
• Alat dan bahan
• Pipet mikro 50 µl
• Cup sample
• Rak sampel
• Cobas Mira
• Reagen 1 : Buffer/ATP/NADP
• Reagen 2 : Hk/G-6-PDH
ANALITIK
• Cara kerja :
• Masukkan 50 µl sampel ke dalam cup sample , lalu letakkan dalam
• rak sampel sesuai nomor pemeriksaan.
• Tempatkan reagen pada rak reagen sesuai program tes glukosa.
• Masukkan nomor identitas penderita dan program tes .
• Pengukuran akan dilakukan secara otomatis.
• Hasil tes akan keluar pada print out.
• Nilai rujukan
• Perbedaan antara glukosa serum dan glukosa cairan sendi adalah <10mg%.(9)
PASCA ANALITIK
• Interpretasi :
• Kelompok non inflamatorik : perbedaanya < 10 mg %
• Kelompok inflamatorik :
- arthritis gout akut → perbedaannya 0- 41 mg%, rata-rata 12 mg%.
- faktor rematoid → perbedaannya 6 mg%.
- artritis rematoid → perbedaannya 0= 88 mg%, rata-rata 31 mg%.
• Kelompok septik :
- artritis tuberkulosa → perbedaannya 0 - 108 mg%, rata-rata 57 mg%.
- artritis gonore → perbedaannya 0 - 97 mg%, rata-rata 26 mg%.
- artritis septik → perbedaannya 40 - 122 mg%, rata-rata 71 mg%.
• Kelompok hemoragik → perbedaannya < 25 mg%
C2. ENZIM
Aktivitas enzim secara umum mempunyai nilai diagnostik yang kecil untuk mengevaluasi efusi sendi. 2,3,4
A. Laktat dehidrogenase (LDH)
PRA ANALITIK
• Persiapan pasien : tidak ada persiapan khusus.
• Persiapan sample : tidak ada persiapan khusus
• Metode : kinetik UV
• Prinsip tes
Pyruvate + NADH + H+ → L-Laktat + NAD+
NADH akan mengoksidasi secara langsung dengan bantuan aktivasi LDH dan diukur dengan fotometer.
• Alat dan bahan :
• Pipet mikro 50 µl
• Tabung mikro
• Rak tabung
• Reagen 1 berisi NADH 0,22 mol
• Reagen 2 berisi Tris 89 mmol, Pyruvat 1,8 mmol, Sodium Ch/Na Ch 222 mmol, Sodium Azide <0,1
ANALITIK
• Cara kerja :
• Masukkan 50 µl sampel ke dalam cup sample, lalu letakkan dalam rak sampel sesuai nomor pemeriksaan
• Tempatkan reagen pada rak reagen sesuai program tes LDH.
• Masukkan nomor identitas penderita dan program tes .
• Pengukuran akan dilakukan secara otomatis.
• Hasil tes akan keluar pada print out. 12
• Nilai rujukan : 100-190 U/L
PASCA ANALITIK
• Interpretasi
• Laktat dehidrogenase (LDH) meningkat pada RA, gout dan artritis karena infeksi tetap normal pada penyakit sendi generatif.
D. TES SEROLOGI
D1. Tes Faktor Rematoid (RF)
PRA ANALITIK
• Persiapan pasien : tidak ada persiapan khusus
• Persiapan sampel : gunakan sampel segar yang telah disentrifus terlebih
dahulu.
• Prinsip tes : faktor rematoid dapat dideteksi dengan menggunakan suspensi granula plastik yang dilapisi gamma globulin manusia dan akan beraglutinasi jika ada faktor rematoid
• Alat dan bahan :
• Stirrers
• Aglutination slide
• reagen lateks RA
• Kontrol positif
• Kontrol negatif
ANALITIK
• Cara kerja (metode kualitatif) :
• Kocok perlahan reagen lateks sampai partikel - partikelnya tercampur.
• Tempatkan 1 tetes ke dalam lingkaran slide
• Tambahakan 1 tetes reagen lateks di samping tetesan sampel
• Campurkan secara merata sampel denganreagen lateks dengan ujung pipet sampai batas lingkaran slide
• Goyangkan perlahan-lahan slide ke depan dan ke belakang setiap 2 detik selama 2 menit
• Konfirmasi tes dengan kontrol positif atau kontral negatif
• Lihat apakah ada aglutinasi yang terjadi atau tidak.
• Nilai rujukan : Aglutinasi + : kadar RF > 8 IU/ml
Aglutinasi - : kadar RF < 8 IU/ml
PASCA ANALITIK
• Interpretasi :
• RF + : sekitar >60% ditemukan dalam cairan sendi atau serum penderita AR.
• RF positif palsu : dapat ditemukan pada penyakit lain seperti SLE, hepatitis, sirosis, limfoma, skleroderma dan penyakit karena infeksi.
D2. Tes C- Reactive Protein (CRP)
PRA ANALITIK
• Persiapan pasien : tidak ada persiapan khusus
• Persiapan sampel : gunakan sampel segar yang telah disentrifus terlebih
dahulu
• Prinsip tes :
• Reaksi aglutinasi terjadi akibat adanya inflamasi atau nekrosis jaringan.
• Alat dan bahan :
• Stirrers
• Agglutination slide
• reagen lateks CRP
• Kontrol positif
• Kontrol negatif
ANALITIK
• Cara kerja (metode kualitatif) :
• Kocok perlahan reagen lateks sampai partikel-partikelnya tercampur.
• Tempatkan 1 tetes sampel ke dalam lingkaran slide
• Tambahkan 1 tetes reagen lateks di samping tetesan sampel
• Campurkan secara merata sampel dan reagen lateks dengan ujung
• pipet sampai batas lingkaran slide.
• Goyangkan perlahan-lahan slide ke depan dan ke belakang setiap 2
• detik selama 2 menit
• Komfirmasi tes dengan kontrol positif dan kontrol negatif
• Lihat hasilnya, apakah ada aglutinasi atau tidak.
• Nilai rujukan :
• Aglutinasi + : kadar CRP >_ 6 mg/l
• Aglutinasi - : kadar CRP < 6 mg/I
PASCA ANALITIK
• Interpretasi :
Aglutinasi + atau kadarnya meningkat pada RA aktif (pada 70¬80%enderita), demam rematik keganasan, infeksi virus, tuberkulosis, kerusakan jaringan inflamasi
D3. Tes Antinuclear Antibodies (ANA)
PRA ANALITIK
• Persiapan pasien : tidak diperlukan persiapan khusus
• Persiapan sampel
Larutkan semua sampel, kalibrator, kontrol positif dan kontrol negatif 1:40 yaitu dengan menambah 10 µl sampel dengan 400 ul larutan pengencer.
• Prinsip tes :
Antigen murni terdapat pada microwells. Jika ada antibodi ANAs dalam sampel, maka akan terikat pada microwells . Pencucian microwells akan melepaskan antibodi yang tidak terikat. Horseradish peroksidase conjugated anti-human IgG akan berikatan dengan antibodi yang telah terikat tadi membentuk enzyme conjugate - antibody-antigen sandwich. Pencucian microwells melepaskan conjugated yang tidak terikat. Conjugated akan menghidrolisa larutan substrat yang telah ditambah dan akan membentuk warna biru.
• Alat dan bahan :
• Microplate reader
• Microplate washer
• Film plastik
• Deiodinized water
• Deiodinized water
• Pipet mikro 10u1 dan 100u1
• Graduate cylinders 1 dan 4 L
• Tabung tes 1, 4, 5 ml
• Reagen:
Sumur-sumur reaksi (microtiter wells yang dilapisi nuclear antigen murni
Pengencer sampel (buffer dengan <0,1% sodium azide)
Kalibrator (serum manusia dengan antibodi ANA)
Kontrol set (serum positif dan negatif manusia terhadap antibodi ANA)
Conjugated (Anti-human IgG horseradish peroxidase conjugate kambing dalam Larutan buffer
Substrat TMB dalam buffer
Stop solution (mengandung sulfur dan asam hidroklorik)
Wash concentrate (buffer)
ANALITIK
• Cara kerja
• Semua reagen dan sampel di tempatkan pada suhu ruangan (18¬25°C) sebelum dimulai. Pasang angka microwells sesuai yang diinginkan ke dalam strip holder.
• Pipet 100 µl larutan pengencer sampel ke dalam sumur pertama sebagai blanko. pipet 100 µl kalibrator, kontrol dan sampel pasien yang telah diencerkan ke dalam sumur-sumur yang telah ditentukan. Ketuk perlahan-lahan wadahnya. Tutupi piring dengan film plastik dan inkubasi selama 30 menit pada suhu 18-25° C.
• Buang isi sumur-sumur dan cuci 5 kali dengan 200 µl larutan pencuci. Keringkan seluruhnya setiap selesai pencucian.
• Tambahkan 100 µl conjugated pada setiap sumur. Ketuk perlahan¬lahan wadahnya. Tutupi wadah dengan film plastik dan inkubasi selama 30 menit pada suhu 18- 25C.
• Buanglah isi sumur-sumur dan cuci 5 kali dengan 200 µl larutan pencuci.Keringkan seluruhnya setiap selesai pencucian.
• Tambahkan 100 µl substrat pada setiap sumur. Ketuk perlahan-lahan wadahnya. Tutupi wadah dengan film plastik dan inkubasi selama 30 menit pada suhu 18- 250C.
• Segera setelah inkubasi, tambahkan 100 ul stop solusion pada masing¬masing sumur. Campur reagen tersebut dengan cara mengetuk-ngetuk secara perlahan wadahnya.
• Dengan panjang gelombang 450 nm, nolkan reader terhadap sampel diluent blank (densitas optikal (OD) sampel diluent blank harus kurang dari 0,20 OD). Nilai harus dibaca dalam waktu 30 menit setelah penambahan stop solution.
• Nilai rujukan :
Jumlah ANA <1 : negatif
Jumlah ANA >1 : positif
PASCA ANALITIK
• Interpretasi :
Jumlah ANA >1 : >70% ditemukan dalam cairan sendi penderita SLE dan > 20% pada penderita RA.
E. TES MIKROBIOLOGI
Tes ini dilakukan bila ada dugaan kelainan sendi disebabkan infeksi, misalnya artritis gonoroika atau artritis tuberkulosa. Tes mikroskopik dilakukan dengan pewarnaan gram atau dengan pewarnaan asam lainnya. Jika hasilnya positif dilanjutkan dengan tes kultur untuk konfirmasi.3
1. Pewarnaan Gram
PRA ANALITIK
• Persiapan pasien
• tidak diperlukan persiapan khusus
• Persiapan sampel :
• sampel ditempatkan dalam tabung yang steril tanpa antikoagulan
• Prinsip :
• Bakteri akan menyerap zat warna tertentu yaitu kristal violet.Dengan penguatan lugol, bakteri Gram positif akan tetap mengikat warna ungu meskipun ada penambahan alkohol dan fuschin/safranin, sedangkan bakteri Gram negatif akan melepaskan warna ungu dengan adanya penambahan alkohol dan akan mengikat safranin atau fuchsin menjadi warna merah.
• Alat dan bahan :
• Gelas objek
• Minyak imersi
• Mikroskop
• Rak pewarnaan
• Bunsen
• Reagen : - Gentian violet ram lodine/lugol
- Larutan Safranin/Fuschin
- Aceton(alkohol 96%)
ANALITIK
• Cara kerja
• Buatlah sediaan di atas kaca objek, keringkan pada suhu kamar dan panaskan di atas api 3-4 menit. Dinginkan.
• Letakkan sediaan di atas rak pewarnaan.
• Tuang larutan gentian violet di atas sediaan. Diamkan selama 1 menit.
• Cuci sediaan dengan air, tuangi dengan larutan Gram iodine/lugol. Diamkan selama 1 menit.
• Cuci dengan aceton/alkohol 96% hingga warna gentian violet menghilang.
• Segera cuci dengan air.
• Kemudian tuangi sediaan larutan safranin/fuschin. Diamkan selama 30 detik.
• Cuci dengan air dan keringkan di udara.
• Setelah kering lihat di bawah mikroskop pembesaran 100 x menggunakan minyak imersi.
• Hasil
• Gram positif (+) : bakteri akan berwarna ungu, bentuknya ielas
(batang atau kokus)
• Gram negatif (-) : bakteri akan berwarna merah, bentuknya jelas
(batang atau ( kokus).
PASCA ANALITIK
• Interpretasi :
• Artritis tuberkulosa → ditemukan bakteri bentuk batang yang berwarna
Ungu
• Artritis gonore → ditemukan bakteri bentuk kokus berwarna merah
2. Pewarnaan Tahan Asam/Acid fast Staining PRA ANALITIK “
• Persiapan pasien : Tidak dibutuhkan persiapan khusus
• Persiapan sampel : Tidak dibutuhkan persiapan khusus
• Prinsip tes : kuman akan mengambil warna sesuai sifatnya
• Alat/bahan
• Gelas objek
• Rak pewarnaan
• Kaca objek
• Minyak imersi
• Bunsen
• Mikroskop
• Sengkelit
• Reagen :
- Larutan Ziehl Neelsen
- Alkohol asam
- Metilen biru 0,1%
- Aquades
ANALITIK
• Cara Kerja :
• Siapkan kaca objek.
• Ambil satu tetes aquades steril, letakkan di atas kaca objek.
• Ambil 1 sengkelit (subkultur), oleskan di atas aquades secara merata.
• Keringkan pada suhu kamar.
• Panaskan di atas nyala api.
• Warnai dengan larutan Ziehl Neelsen, panaskan sampai timbul uap, jangan sampai mendidih dan biarkan dingin selama 5 menit.
• Cuci dengan air mengalir.
• Hilangkan warna dengan alkohol asam sampai tidak ada warna.
• Cuci bersih dengan air mengalir.
• Tuangi dengan Methylen Blue 0,1% selama 10-20 detik.
• Cuci dengan air.
• Keringkan dan lihat di bawah mikroskop dengan pembesaran 100x menggunakan minyak imersi.
• Nilai rujukan:
• Basil tahan asam (positif): Basil terlihat berwarna merah
• Basil tidak tahan asam : Badan basil akan berwarna biru.
PASCA ANALITIK
• Interpretasi:
Pada arthritis septic,baik pewarnaan gram atau kultur, hasilnya sering negatif. Pada arthritis gonoroika,hasilnya 50% negatif dengan pewarnaan gram dan 75% Negatif dengan kultur. Untuk menghindari hasil negatif perlu dilakukan inokulasi langsung hasil aspirasi cairan sendi ke dalam media lorlcnlu yang telah disiapkan. Karena tes cairan sendi hasilnya dapat bervariasi, maka dalam keadaan sukar atau meragukan, selain pemeriksaan fisik , diperlukan pemeriksaan tambahan seperti pemeriksaan radiologi, artroskopi dan USG. Dianjurkan agar tes cairan sendi dilakukan sebelum terapi dimulai atau bila telah diterapi,maka tes dilakukan setelah terapi dihentikan 28
• RUJUKAN UMUM
Cairan sendi normal mempunyai sifat-sifat makroskopis, mikroskopis dan kimia sebagai berikut ( nilai dibawah didasarkan pada sampel cairan dari lutut, pada orang yang dipuasakan)
A. Makroskopik
1. Volume : 0,1- 3,5 ml
2. Warna : kuning pucat
3. Kerjernihan : jernih
4. Viskositas : kekentalan tinggi,dapat membentuk benang lendir
sepanjang 3-6 cm.
5. Bekuan spontan : tidak
B. Mikroskopik
1. Eritrosit : <2000 sel/ul
2. Lekosit : < 200 sel/ul
3. Hitung jenis lekosit :
i. Monosit & Makropag : + 60%
ii. Limfosit : + 30%
iii. Neutrofil (PMN) : +10%
4. Kristal : tidak ada
C. Kimia
Glukosa : idem glukosa plasma
Asam urat : idem asam urat plasma
Total protein : 1-3 gr/dl
Lactat : 9-33 mg/dl
Hyaluronat : 0,3-0,4 g/dl
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Urinalisis adalah pemeriksaan sampel urine secara fisik, kimia, dan mikroskopik. Tes ini merupakan salah satu test yang sering dimintaoleh para klinisi. Test urin dapat memberikan informasi mengenai kelainan organ tubuh, selain itu juga dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis dan memantau hasil pengobatan.
B. Saran
...
DAFTAR PUSTAKA
Hardjoeno, H. Fitriani, 2007. Subtansi Dan Cairan Tubuh, lembaga penerbitan universitas hasanuddin.makassar.
Sachar, Sa, 2004, Analisis batu ginjal dalam tinjauan klinis hasil pemeriksaan laboratorium. EGC. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar