BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Gambaran Umum Rumah Sakit TK. II Pelamonia
1.1.1 Umum
Rumah Sakit Tk. II Pelamonia merupakan Rumah Sakit TNI-AD yang merupakan unsur pelaksana Kesehatan Angkatan Darat, dengan tipe/ tingkat II di lingkungan TNI-AD.
Rumah Sakit Tk. II Pelamonia sebagai badan pelaksana di bidang kesehatan di lingkungan Kodam VII/Wrb mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi prajurit TNI, PNS beserta keluarganya yang berhak di jajaran Kodam VII/Wrb. Selain itu, Rumkit Tk II Pelamonia juga menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap penderita umum dengan memanfaatkan kapasitas lebih yang dimiliki untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat umum yang ada di sekitar Makassar dan Sulawesi Selatan pada umumnya. Selain Rumah Sakit Pelamonia juga sebagai pusat rujukan bagi penderita dari Kawasan Timur Indonesia, diharapkan memiliki kemampuan pelayanan teknis lengkap dan memadai.
Untuk perwujudan pelayanan kesehatan yang lebih baik, perlu dilakukan kegiatan yang terarah sesuai dengan kebijaksanaan pimpinan Kesehatan Kodam VII/Wrb baik menyangkut pembinaan fungsi organic maupun fungsi tekhnik.
1.1.2 Sejarah Singkat
Rumah sakit Tk. II Pelamonia dibangun oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1917 dan disebut Militaire Hospital. Pada waktu penyerahan kedaulatan Republik Indonesia pada tahun 1950, Militaire Hospital diserahkan pada TNI – AD dan diubah namanya menjadi Rumah Sakit Tentara Tenritorium VII.
Pada tanggal 1 Juni 1957 dengan berubahnya TT VII menjadi Komando Daerah Militer Sulawesi Selatan dan Tenggara (KDMSST) yang kemudian berubah nama manjadi Kodam XIV Hasanuddin, maka Rumah Sakit pun berubah nama dari RST TT VII menjadi Rumkit KDMSST kemudian menjadi Rumah Sakit Kodam XIV/Hn “Pelamonia”. Dan kini dikenal dengan nama Rumkit Tk. II Pelamonia.
Secara tekhnis medis Rumkit Tk.II Pelamonia di bawah pembinaan Kesehatan Daerah Milliter (Kesdam). Kesdam dan Rumah Sakit sesuai DSPP berdasarkan Surat Keputusan Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat nomor KEP / 76 / X / 1985 tanggal 28 Oktober 1985.
Pada tahun 2004 mengalami perubahan (validasi) organisasi berdasarkan Keputusan Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat nomor: Kep / 69 / XII / 2004 tanggal 24 Desember 2004 tentang Organisasi dan Tugas Kesehatan Komando Daerah Militer (Orgas Kesdam).
1.1.3 Tugas pokok Rumkit
Tugas pokok Rumkit adalah menyelenggarakan pelayanan kesehatan, dukungan kesehatan dan kesehatan mitra dengan memberikan pelayanan medis umum, gigi, dan spesialis kepada prajurit TNI di wilayah Rumah Sakit masing-masing.
Rumah Sakit TK. II Pelamonia memberikan pelayanan kesehatan kepada personel Militer, Pns beserta keluarganya yang berhak, baik personel Satpur , Banpur dan Banmin di jajaran Kodam VII/Wrb.
Rumah Sakit Tk. II Pelamonia sebagai Badan Pelaksana Kesdam VII/Wrb mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi Prajurit TNI dan Pns beserta keluarganya di jajaran Kesdam VII/Wrb. Selain itu, Rumah Sakit Tk. II Pelamonia juga melayani penderita rujukan dari Kodam XVII/ Trikora dan Kodam XVI Pattimura, serta pelayanan kesehatan masyarakat umum bagi masyarakat Makassar.
1.1.4. Fungsi Rumkit
Guna mencapai tugas pokok kesehatan, Rumah Sakit TNI – AD melaksanakan fungsi-fungsi:
a) Fungsi pelayanan Unit Gawat Darurat.
b) Fungsi pelayanan Medis/ spesisialistik.
c) Fungsi pelayanan Penunjang Medik.
d) Fungsi pelayanan Rehab Medik.
e) Fungsi pelayanan Rawat Inap.
f) Fungsi pelayanan Rawat Jalan.
g) Fungsi pelayanan Kefarmasian.
1.1.5. Motto, Visi dan Misi
a) Motto
Memberikan pelayanan kesehatan secara cermat, cepat, tepat dan tulus.
b) Visi
Menjadi Rumkit Tk.II Pelamonia kebanggan Prajurit dan Rumah Sakit rujukan di Kawasan Timur Indonesia serta menjadi Rumah Sakit pilihan masyarakat sekitarnya.
c) Misi
Mendukung tugas pokok TNI – AD dengan menyelenggarakan dan melaksanakan pelayanan kesehatan dasar, spesialitik yang bermutu bagi prajurit, Pns dan Keluarga yang berhak serta masyarakat umum.
1.1.6. Kondisi Fisik
Bangunan Rumkit Tk. II Pelamonia terdiri dari bangunan untuk perawatan mondok dengan kapasitas 480 tempat tidur yang meliputi bangunan perkantoran dan penunjang umum. Sedangkan bangunan rawat jalan/ poliklinik. Laboratorium dan apotik masih menggunakan bangunan lama.
Bangunan Rumkit Tk. II Pelamonia terdiri dari :
Gedung utama, 4 lantai terdiri dari :
Ruang perawatan inap (Ruwatnap) :
• Ruangan Bantimurung (Lt. IV-A)
• Ruangan Tanjung Bira (Lt. IV-B)
• Ruangan Samalona (Lt. III-A)
• Ruangan Pantai Losari (Lt. III-B)
• Ruangan Malino (Lt. II-A)
• Ruangan Topejawa (Lt. II-B)
Ruang ICU/ICCU
Instalasi Kamar Bedah
Gedung V.V.I.P
Gedung V.I.P : Gedung Bunaken (Ruwatnap VIP)
Gedung Ruang IX, ruang anak :
Ruang Tanjung Bunga (Ruwatnap IX)
Ruang Eremerasa (Ruwatnap Anak)
Gedung Obsgyn & Radiologi :
Ruang G. Batutumonga
Ruang Radiologi (X-Ray)
Gedung Kebidanan :
Kamar Bersalin
Poliklinik
Ruang Perawatan Inap
Gedung : UGD
Gedung : Poliklinik
Gedung : Laboratorium
Gedung Instalasi Farmasi
Gedung Jangwat :
Instalasi Gizi
Laundry
Rumah Duka/ kamar jenasah
1.2 Kemampuan Rumah Sakit
1.2.1 Pelayanan Rawat Jalan
Pelayanan rawat jalan poliklinik yang dilaksanakan Rumkit Tk. II Pelamonia meliputi poliklinik gigi dan poliklinik spesialis yang masing-masing dikoordinir oleh Para Kainstalasi dan Kasubdep sesuai keahliannya. Guna melanjutkan pelayanan yang cepat, baik, lancar beberapa kegiatan dilaksanakan meliputi:
a. Tetap mengoptimalkan poliklinik spesialis.
b. Terus-menerus tetap mengoptimalkan pemanfaatan obat-obatan produksi Lafiad untuk pengobatan pasien aktif anggota TNI, PNS dan keluarganya yang berhak.
c. Mengoptimalisasikan peralatan-peralatan yang sudah ada untuk mendukung kelancaran pelayanan rawat jalan / poliklinik.
d. Tetap memberikan perhatian untuk pemeliharaan terhadap peralatan yang baru.
Adapun jenis pelayanan rawat jalan yang ada di Rumkit Tk. II Pelamonia sebagai berikut :
UGD 24 jam, Poliklinik Gigi dan Mulut, Poliklinik Kesehatan Anak, Poliklinik Kandungan dan Kebidanan, Poliklinik Penyakit Dalam, Poliklinik Jantung & Paru, Poliklinik Jiwa/Psikiater, Poliklinik B.K.I.A, Poliklinik Keluarga Berencana, Poliklinik Bedah Saraf, Poliklinik Orthopedi, Poliklinik Urologi, Poliklinik Eksekutif, Poliklinik VCT (HIV/AIDS), Rehab Medik (Poliklinik Fisioterapi & Orthotik prosthetic), Radiologi, Laboratorium klinik.
1.2.2. Pelayanan Rawat Inap
Pelayanan Rawat Inap yang ada dan dilaksanakan Rumkit Tk. II Pelamonia sebagai berikut :
Perawatan penyakit dalam, Perawatan penyakit jantung dan paru, Perawatan penyakit bedah (bedah umum, urologi, orthopedic, bedah saraf). Perawatan penyakit anak, Perawatan penyakit jiwa, Perawatan ketergantungan obat-obatan / narkoba, Perawatan penyakit THT, Perawatan penyakit kulit dan kelamin, Perawatan penyakit saraf, persalinan dan penyakit kandungan.
Semua jenis tindakan perawatan dilaksanakan oleh dokter spesialis yang ada di Rumkit Tk. II Pelamonia. Setiap anggota TNI/PNS yang dirawat akan ditempatkan sesuai dengan kepangkatannya, dan bagi masyarakat disesuaikan dengan kemampuan/permintaan dari pasien yang bersangkutan. Jumlah tempat tidur yang tersedia sebanyak 420 buah.
1.2.3. Pelayanan Penunjang
Pelayanan penunjang yang tersedia guna membantu dalam pemeriksaan, penegakan diagnostic serta terapi, antara lain :
a. Radiologi
Dengan jenis pemeriksaan yang dapat dilayani sebagai berikut :
CT Scan 3 Dimensi, ESWL, EEG/EKG, Treadmill. Rontgen, C Arm (Surgical X Ray), Digital Colour USG, Endoscopy, Arthoscopy, Echo Cardiography.
b. Laboratorium
1.2.4. Pelayanan Khusus
General Medical Check-Up bagi perorangan maupun instansi, Rehabilitasi ketergantungan Narkoba, sarana lengkap persemayaman jenazah (rumah duka) dengan ruangan yang luas, aman, tenang dan fasilitas tempat parkir yang luas.
1.3. Tujuan Praktek Laboratorium Klinik
Adapun tujuan praktek laboratorium klinik, adalah :
1. Meningkatkan keterampilan dalam pengambilan sample/ specimen.
2. Meningkatkan pengetahuan dalam mengadakan pemeriksaan-pemeriksaan laboratorium.
3. Meningkatkan motifasi mahasiswa tentang manfaat pemeriksaan laboratorium.
4. Melatih pengembangan diri dalam bekerja pada suatu Rumah Sakit atau Instansi Pemerintah Lainnya.
5. Melatih dan mengembangkan sikap dan keterampilan mehasiswa dalam pemberian pelayanan kesehatan khususnya pelayanan laboratorium.
BAB II
PROSEDUR PEMERIKSAAN LABORATORIUM
RUMAH SAKIT Tk. II PELAMONIA MAKASSAR
2.1. PEMERIKSAAN HEMATOLOGI
Untuk kebutuhan pemeriksaan Hematologi, darah dapat diperoleh dengan 2 (dua) cara yaitu :
2.1.1. Dengan pengambilan darah kapiler
Pengambilan darah kapiler dilakukan apabila darah yang dibutuhkan untuk pemeriksaan jumlahnya relatif sedikit.
2.1.2. Dengan pengambilan darah vena
Pengambilan darah vena dilakukan apabila pemeriksaan yang membutuhkan jumlah dari 0,5 ml.
1. Pengambilan Darah Kapiler
Persiapan : Alkohol 70%, kapas, lancet
Prosedur kerja
1) Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2) Bersihkan bagian ujung jari yang akan ditusuk dengan lancet dengan kapas alcohol 70% dan biarkan sampai mongering
3) Pegang bagian jari yang akan ditusuk agar tidak bergerak dan tekan sedikit agar supaya permukaan kulit tegang dan mudah untuk ditusuk serta untuk mengurangi rasa sakit
4) Tusuk cepat dengan lancet steril
5) Buang tetesan pertama darah yang keluar dengan memakai kapas kering kemudian tetesan darah berikutnya dapat dipakai untuk pemeriksaan berikutnya.
2. Pengambilan Darah Vena
Persiapan : Alkohol 70%, Antikoagulan, Kapas alcohol, Spoit 3 cc dan 5cc, Torniquette (ikatan pembendungan / stuing), Wadah penampung darah.
Prosedur Kerja
1) Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2) Torniquet dipasang pada lengan atas
3) Cari letak vena yang akan ditusuk, desinfeksi Jari yang akan ditusuk dengan kapas alcohol 70%
4) Dengan lubang jarum menghadap ke atas vena ditusuk pelan-pelan, bila berhasil segera akan terlihat darah memasuki spoit dan pengambilan dilanjutkan dengan menarik toraknya pelan-pelan sampai didapatkan jumlah darah yang dibutuhkan
5) Tourniquet dilepaskan, sepotong kapas ditempatkan pada tempat penusukan lalu dilepaskan secara perlahan-lahan
6) Pasien diminta untuk menekan pada tempat bekas penusukan sambil melipatnya selama beberapa menit
7) Jarum dilepaskan dari semprit, lalu darah dimasukkan ke dalam wadah/ botol yang disediakan
8) Bila menggunakan antikoagulan segera darah itu dikocok pelan-pelan supaya tercampur antikoagulansia
9) Segera jarum dan semprit dibuang pada tempat yang aman
2.1.3. Pemeriksaan Haemoglobin (HB) Metode Cyanment
Metode : Cyanmenthemoglobin
Prinsip : Haemoglobin darah diubah menjadi cyanmenthemoglobin dalam larutan yang Berisi kalium ferisianida dan kalium sianida. Absorbans larutan diukur pada panjang gelombang 540 nm atau filter hijau.
Persiapan : Bahan pemeriksaan : Darah Kapiler atau darah vena
Alat dan Reagensia : Clinipet (5 µl, 50 µl, 200 µl, 1000 µl), kapas, lancet, photometer 4020, rak tabung, reagen drabkins, tip, tissue.
Prosedur Kerja :
1) Disiapkan dua tabung reaksi
2) Tabung pertama berisi reagen blanko (larutan Drabkins) 1250 µl, sedangkan tabung kedua adalah tabung sampel yang berisi 1250 µl reagen Drabkins ditambah dengan 5 µl sampel darah.
3) Dikocok, diinkubasi selama 5 menit pada suhu ruangan.
4) Kemudian kedua tabung tersebut dibaca pada photometer 4020 dengan panjang gelombang 540 nm.
5) Baca hasil yang tertera pada layar photometer 4020.
Nilai Normal : Perempuan : 12-14 gr %
Laki-laki : 14-18 gr %
2.1.4. Pentra XL 80
Prinsip perhitungan CBC : Pada Model CBC (Count Blood Complete = Perhitungan Darah Keseluruhan), 30 μL dari keseluruhan darah yang diisap kemudian dibawa ke chamber (kamar perhitungan) sebagai indikasi :
Satu segmen dari sampel untuk chamber pengenceran yang mana digunakan untuk pengenceran Eritrosit/Trombosit dan kemudian perhitungan Hemoglobin.
Segmen yang lain digunakan untuk perhitungan Lekosit/Basophyl.
Distribusi Sampel
Tiap segmen pada darah didistribusikan ke chamber oleh (Tangensial Flow = Aliran Tangensial) reagen. Aliran ini memperhitungkan pencampuran yang sempurna setiap pengenceran dan menghindari masalah viscositas atau kekentalan.
Proses Aliran Tangensial ini dipatenkan oleh ABX Diagnostics
2.1.4.1 Perhitungan Eritrosit dan Trombosit
Eritrosit dan Trombosit diukur oleh prinsip variasi elektronik impedans. Maksudnya bahwa medan listrik yang terbentuk disekitar micro-aperture (filter micro) dalam chamber yang mana sel darah telah melewatinya.
Sampel diencerkan dengan Electrolityc Diluent (Cairan penghantar arus listrik), tercampur kemudian melewati micro-aperture yang terkalibrasi. Dua elektroda ditempatkan pada masing-masing sisi aperture dan arus listrik terus-menerus melalui diantara dua elektroda tersebut.
Jika sel darah melalui aperture akan dapat menghasilkan hambatan (Impedans) pada medan listrik antara dua elektroda. Tegangan yang mengukur sel, sepadan dengan besar sel. Sejak itu arus listrik konstan dan tidak berubah, sel-sel yang besar mempunyai hambatan yang besar pula. Sel-sel yang kecil mempunyai hambatan yang kecil pula.
Tegangan listrik berubah-ubah tergantung ukuran pulsa sesuai sel yang melalui aperture. Pulsa dikuatkan, dipisahkan menurut ukuran dan batasannya, dikelompokkan dan kemudian dihitung secara matematik dengan koefisien dari hasil kalibrasi untuk memberikan hasil angka untuk eritrosit dan trombosit.
2.1.4.2 Pengukuran Hgb
Pengukuran ini menggunakan reagen Alphalyse sebagai reagen peng-lisis. Reagen ini menghancurkan membran sel eritrosit dan melepaskan hemoglobin dalam sel. Hemoglobin, terlepas oleh reagen peng-lisis, terkombinasi dengan pottasium sianida yang berasal dari reagen peng-lisis menghasilkan bentuk senyawa chromogenous cyanmethemoglobin. Senyawa ini diukur melalui alat optik pada chamber pengenceran yang dilewati oleh spectrophotometry dengan panjang-gelombang 550 nm.
Hasil hemoglobin diberikan sebagai hasil dari nilai absorbans yang didapatkan dari sampel dikalikan dengan koefisien hasil kalibrasi.
2.1.4.3 Pengukuran Leukosit
Prinsip : Prinsip pengukuran lekosit adalah sama persis dengan pengukuran eritrosit/trombosit. Perbedaannya diantaranya adalah lekosit diperoleh dengan menggunakan Reagen ABX Basolyse II dengan kemampuan melisiskan yang lebih spesifik.
Hasilnya : Untuk Lekosit, satu per satu sel dihitung
2.1.5. Pemeriksaan Laju Endap Darah (LED)
Metode : Westegreen
Prinsip : Darah vena yang sudah diberi antikoagulan tertentu dimasukkan kedalam pipet tertentu dan kemudian kecepatan mengendapnya eritrosit dihitung sebagai nilai laju endap darah.
Persiapan : Bahan pemeriksaan : Darah Vena
Alat dan Reagen : Pipet Westegreen, Rak Westegreen, Tabung EDTA, Timer / stopwatch.
Prosedur Kerja :
1) Darah yang telah diberi antikoagulan EDTA dipipet dengan westegreen sampai tanda 0.
2) Pasang pipet tersebut pada standarnya secara vertical dan catat waktunya.
3) Setelah 1 jam, dibaca tingginya kolom eritrosit, pembacaan pada miniskusnya.
Nilai Normal : Laki-laki = 0 – 10 mm/jam
Perempuan = 0 – 20 mm/jam
2.1.6. Masa Pembekuan
Prinsip : Lamanya waktu yang diperlukan bagi darah untuk membeku dicatat sebagai masa pembekuan.
Persiapan : Bahan Pemeriksaan : Darah Vena
Alat : Objek Glass, Spoit, Stopwacth
Prosedur Kerja :
1) Diambil darah vena secukupnya dengan spoit dimana pada saat darah mulai berada dalam spoit, stopwatch dijalankan.
2) Alirkan darah tersebut diletakkan di atas objek glass, kemudian tiap 30 detik darah tersebut dipancing dengan menggunakan jarum spoit sampai terlihat benang-benang fibrin.
3) Bila sesudah terlihat benang-benang fibrin, stopwatch dimatikan dan dicatat waktu yang tercantum.
Nilai normal : 4 – 10 menit
2.1.7. Masa pendarahan
Metode : Ivy
Prinsip : Masa pendarahan adalah waktu yang antara pertama kalinya darah keluar sampai berhenti.
Alat : Sfignomanometer, Lancet, Kertas Saring, Stopwatch
Prosedur Kerja:
1) Dibersihkan bagian volar lengan bawah dengan menggunakan alcohol 70% dan biarkan hingga kering.
2) Dikenakan ikatan sfignomanometer pada lengan atas dan pompa sampai pada tekanan harus setinggi itu.
3) Ditegakkan kulit lengan bawah dengan sebelah tangan dan ditusuk dengan lancet pada satu tempat kira-kira tiga jari dibawah siku sampai 3 mm dalamnya tusukan.
4) Jika terlihat darah mulai keluar jalankan stopwatch.
5) Isaplah tetes darah yang keluar dengan mengguanakan kertas saring, jagalah jangan sampai menekan kulit pada waktu penghisapan darah.
6) Hentikan stopwatch pada waktu darah tidak diisap lagi dan catat waktunya.
Nilai Normal : 1 – 3 menit
2.1.8. Hematokrit
Metode : Mikropipet
Prinsip : sampel darah dalam pipa kapiler disentrifuge dalam waktu tertentu kemudian dibaca volume dari masa didasar pipe kapiler dinyatakan sekian persen dari volume semula.
Persiapan : Bahan pemeriksaan : darah vena / darah kepiler
Alat : tabung hematokrit mikro, skala hematokrit, centrifuge, lancet / spoit, kapas
Procedur kerja :
1) Diambil darah vana atau darah kapiler
2) Isi pipet hematokrit mikro dengan darah sampai tanda garis merah, lalu dibuat pembanding
3) Putar pada centrifuge hematokrit selama 2 menit
4) Dikeluarkan dari centrifuge lalu ukur pada skala hematokrit.
Nilai Normal : Laki-laki : 40 – 48 vol/dl
Perempuan : 37 – 43 vol/dl
2.2. PEMERIKSAAN URINALISIS
Di laboratorium pelamonia pemeriksaan urinalis pada urine lengkap menggunaka alat khusus yang khusus yang bernama CLINITEX 50.
2.2.1 Metode : Clinitex 50
Prinsip : Komponen yang berada dalam urine akan terdeteksi dengan menggunakan alat khusus (clinitex 50).
Persiapan : Bahan pemeriksaan : Urine
Alat : Alat uriluks, Strip, Tissu, Tabung reaksi, Rak tabung
Prosedur kerja :
1) Masukkan urine ke dalam tabung kemudian celupkan strip yang telah ditentukan.
2) Tiriskan ke tissue.
3) Masukkan ke alat clinipet.
4) Hasil akan terprint langsung pada alat Clinipet 50
Nilai normal : Protein, Glukosa, Urobilin, Bilirubin : Negatif
Sedimen :
1) Leukosit : 1 – 2/LP
2) Eritrosit : 1 – 2/LP
3) Epitel : 0 – 1/LP
4) Bakteri : Negatif
5) Kristal : Negatif
Ada juga pemeriksaan albumin dengan menggunakan metode strip.
2.2.2. Metode : Strip
Prinsip : Albumin dalam urine akan memberikan perubahan warna pada strip dimana pembacaan dilakukan pada skala warna yang tertera.
Persiapan : Bahan pemeriksaan : Urine
Alat : Rak tabung, Strip, Tabung reaksi
Procedur kerja :
1) Masukkan urine ke dalam tabung reaksi.
2) Celupkan strip ke dalam urine tersebut dan biarkan selama ± 1 menit.
3) Baca hasil dengan membandingkan hasil pada warna standar (warna yang tertera)
2.3. PEMERIKSAAN IMUNOLOGI
Pemeriksaan serologi atau imunologi terdiri dari : Golongan Darah, Hbs Ag, Anti – Hbs, VDRL, Plano test, Widal.
2.3.1. Golongan Darah
Prinsip : Aglutinogen dalam darah bereaksi dengan agglutinin dalam serum menghasilkan reaksi aglutinasi.
Persiapan : Bahan pemeriksaan : Darah Kapiler
Alat dan Reagen : Aplikator/ pengaduk, Kapas Alkohol, Lancet, Objek glass, Serum anti A, Serum anti B, Serum anti AB.
Prosedur :Desinfeksi jari pasien yang akan ditusuk dengan alcohol 70% biarkan hingga kering.
1) Tusuk cepat dengan lancet steril
2) Tetesan darah yang pertama keluar dihapus dengan kapas kering kemudian tetesan berikutnya diletakkan di atas objek glass dengan tiga bagian tetesan darah
3) Tetesi masing-masing dengan anti serum A, anti serum anti B, anti serum AB
4) Dicampur dengan baik lalu putar pada rotamix.
Interpretasi :
• Hasil golongan darah didasarkan atas ada tidaknya aglutinasi
• Jika memakai sampel darah
1. Golongan darah A : Aglutinasi di anti A
2. Golongan darah B : Aglutinasi di anti B
3. Golongan darah AB : Aglutinasi di anti A dan anti B
4. Golongan darah O : Tidak terjadi aglutinasi
2.3.2. HBsAg
Metode : Imunokromografi
Prinsip : Strip untuk pemeriksaan HBsAg mengandung konjugat yang mengandung konjugat berisi anti – HBsAg monokromal. Sehingga pada waktu strip dicelupkan ke dalam serum/ plasma maka serum/ plasma akan bereaksi dengan konjugat dan merambat sepanjang membrane nitroselulosa.
Persiapan : Bahan pemeriksaan : serum/plasma
Alat : Strip, Centrifuge, Tabung reaksi
Procedur kerja :
1) Darah yang ada dalam tabung reaksi diputar dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit.
2) Setelah didapatkan serum, maka strip dicelupkan ke dalam serum.
3) Biarkan selama 2 – 3 menit. Baca hasil.
Interprestasi : (+) 2 tanda garis
(-) 1 tanda garis
2.3.3. Anti HBs
Metode : Imunokromotografi
Prinsip : serum diteteskan ke dalam wadah dan reaksi yang terjadi akan memberikan hasil dengan tanda garis.
Persiapan : Bahan pemeriksaan : Serum
Alat : Strip, Tabung reaksi, Tip, Tissu.
Prosedur :
1) Darah di centrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 30 menit
2) Serum di pipet 500 µl ke dalam tabung reaksi
3) Strip yang ada dicelupkan ke dalam serum
4) Kemudian dibiarkan selama 2 – 3 menit
5) Baca hasil
Pengamatan : (+) 2 tanda garis
(-) 1 tanda garis
2.3.4. VDRL
Prinsip : Anti bodi dari serum pasien akan bereaksi dengan antigen.
Persiapan : Bahan pemeriksaan : Serum
Alat dan Reagensia : Centrifuge, Clinipet 10 µl, Slide, Tip, Tissu, VDRL Carbon Antigen.
Prosedur : Darah di centrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 30 menit.
1) Teteskan serum 10 µl pada objek glass yang bersih dan kering yang telah dipersiapkan
2) Tambahkan 10 µl antigen kemudian campur dan digoyang selama 2 menit
3) Kemudian baca hasilnya
Pengamatan : Aglutinasi (+) / Tidak terjadi Aglutinasi (-)
2.3.5. Plano Test
Metode : Strip
Prinsip : Pregna strip merupakan suatu strip dari bantalan penyerap specimen, membrane dan bantalan penyerap sisa reaksi. Bantalan penyerap specimen mengandung antibody monoclonal mouse anti – HCG yang di konjugasi dengan zat warna dalam colloidal gold. Zona test pada daerah membrane di ikat dengan antibody goat anti HCG dan zona control dengan goat anto mouse IgG. Selama pengetesan, specimen urine di isap oleh bantalan penyerap sisa reaksi dengan gaya kapiler. Dalam bantalan penyerap specimen, HCG dalam urine akan diikat oleh gold konjugat membentuk kompleks kemudian bergerak menuju daerah membrane. Antibody goat anti HCG yang terikat pada zona test akan menangkap kompleks tersebut membentuk sebuah garis berwarna biru muda yang menunjukkan adanya HCG dalam specimen urine. Satu garis biru muda yang tampak pada control memastikan bahwa pregna test berfungsi baik.
Persiapan : Bahan Pemeriksaan : Urine
Alat dan Reagensia : Strip, Tabung Reaksi.
Prosedur Kerja :
1) Bahan Urine dimasukkan ke dalam tabung reaksi
2) Kesimpulan ujung strip dicelupkan ke dalam tabung yang berisi urine tersebut
3) Selama kira-kira 5 menit , amati garis yang tampak pada strip.
Pengamatan : (+) 2 garis biru
(-) 1 garis biru
2.3.6. Metode : Slide / Objek Glass
Prinsip : Antibody dalam serum direaksikan dengan antigen salmonella yang kemudian dilihat adanya aglutinasi
Persiapan : Bahan Pemeriksaan : Serum
Alat dan Reagen : Suspensi Antigen O, Suspensi Antigen H, Suspensi Antigen AH, Suspensi Antigen AH, Suspensi Antigen BH, Aplikator / pengaduk, Centrifuge, Clinipet 20 µl, Objek Glass, Objek Glass, Tip, Tissu.
Prosedur :
1) Siapkan alat dan bahan
2) Teteskan 20 µl reagen suspensi antigen O, suspensi antigen H, suspense antigen AH, suspensi antigen BH pada slide yang telah disiapkan
3) Campur, putar pada rotamixnya, diamkan 1 menit
4) Kemudian baca hasil.
Interpretasi : Aglutinasi : (+)
Tidak ada aglutinasi (-)
Penentuan titer pada pemeriksaan widal ditentukan berdasarkan tebal tipisnya aglutinasi yang terlihat pada permukaan slide.
2.4. PEMERIKSAAN PARASITOLOGI
Pemeriksaan parasitologi yang dilakukan di laboratorium Pelamonia yaitu Malaria (DDR).
2.4.1. Malaria
Prinsip : Sediaan darah tebal di cat dengan zat tertentu yang mengandung air, guna melisiskan eritrosit pada sediaan.
Persiapan : Bahan pemeriksaan : Darah Kapiler / Darah Vena
Alat dan Reagen : Larutan Giemza 1 : 9, Larutan Methanol, Mikroskop, Objek Glass, Oil Imersi, Pipet.
Prosedur :
1) Preparat sediaan darah tebal yang ada
2) Ditetesi dengan larutan methanol, lalu didiamkan selama 5 menit
3) Setelah itu, bilas dengan air
4) Kemudian ditetesi dengan larutan Giemsa selama 30 menit
5) Dibilas dengan air, keringkan
6) Diperiksa di bawah mikroskop dengan pembesaran 100x
Pembacaan : (+) bila ditemukan parasit malaria
(-) bila tidak ditemukan
2.5. PEMERIKSAAN BAKTERIOLOGI
Pemeriksaan Bakteriologi yaitu BTA (Basil Tahan Asam)
Metode : Ziehl – Neelsen
Prinsip : Basil Tahan Asam merupakan kuman yang tahan terhadap zat asam karena tidak bisa diluntukan dengan HCL- Alkohol 3%. Sehingga dapat mengikat warna dari carbol fuksin 0,3% yang terlihat dalam bentuk batang warna merah merah dengan latar belakang yang berwarna biru.
Persiapan : Bahan Pemeriksaan : Sputum
Alat dan Reagensia : Carbol fuksin 0,3%, H2SO4 25%, Lampu spiritus, Methylen Blue 3%, Mikroskop, Objek Glass, Ose, Pipet Tetes, Rak Pewarnaan.
Prosedur :
1) Preparat yang sudah difiksasi diletakkan di atas rak pewarnaan
2) Dituang larutan carbol fuksin sampai menutupi semua permukaan
3) Dipanaskan dengan lampu spiritus dari bawah sampai menguap. Didinginkan salama 5 menit
4) Kemudian dilunturkan dengan H2SO4 25% selama 3 menit
5) Kemudian di cuci dengan aquadest
6) Di cat dengan methylen Blue 3% selama 1 menit, bilas dengan aquadest
7) Keringkan, periksa di bawah mkroskop dengan 100x
Pembacaan :
Untuk BTA Mycobacterium tubercolosis
• (-) Tidak ditemukan atau hanya 1-3 BTA dalam 100 LP
• (+) Ditemukan antara 4-9 BTA dalam 100 LP
• (++) Ditemukan 1-10 BTA dalam tiap LP
• (+++) Ditemukan > 10 BTA dalam tiap LP
Untuk BTA Mycobacterium leprae
• (-) Tidak ditemukan BTA dalam 100 LP
• (+) Ditemukan 1-10 BTA dalam 100 LP
• (++) Ditemukan 1-10 BTA dalam 10 LP
• (+++) Ditemukan 1-10 BTA dalam tiap LP
• (++++) Ditemukan 10-99 BTA dalam tiap LP
• (+++++) Ditemukan 100-1000 BTA pada tiap LP
• (++++++) Ditemukan > 1000 BTA pada tiap LP
Catatan : Globul kecil : 40-60 BTA
Globul besar : 200-300 BTA
2.6. PEMERIKSAAN KIMIA KLINIK
Pemeriksaan Kimia Klinik terdiri dari 2(dua) alat yaitu semi otomatis dan full otomatis. Alat yang semi otomatis tersebut bernama photometer 4020, sedangkan yang full otomatis bernama ABX petra x 400.
2.6.1. ABX petra 400
2.6.1.1 Prosedur Kerja ABX petra 400
1. Periksa kondisi dari
• Air aquadest pada reservoir bottle, tambahkan air jika kurang
• Waste container, kosongkan container jika sudah penuh
• Kuvet baru, tambahkan jika kurang
• Kuvet bekas, kosongkan tempat kuvet bekas
• Ketersediaan kertas printer
2. Nyalakan ABX Petra 400 dengan cara
• Manual : tekan tombol hitam yang berada di bagian sebelah kanan dari alat
• Otomatis : alat akan langsung secara otomatis
3. Tunggu beberapa saat sampai alat menunjukkan ready. Masukkan nama operator dan masukkan password. Pilih new worklist untuk memulai dengan worklist baru kemudian tekan OK
4. Tunggu alat melakukan proses StarUp sampai alat berada pada Menu Utama dan menunjukkan Ready
5. Lakukan control dan kalibrator terhadap parameter yang akan diperiksa
6. Alat siap digunakan untuk sampel.
2.6.1.2. Cara melakukan kalibrasi control
1. Dari menu utama pilih Worklist
2. Pilih Calibration dari menu worklist, kemudian tekan Add New untuk menambahkan jenis parameter yang akan di calibration
3. Pilih All Calibrations expired lalu tekan OK untuk Validasi atau pilih jenis parameter yang akan dikalibrasi
4. Pilih Control untuk melakukan control, kemudian pilih Add New untuk melakukan jenis control yang akan dilakukan
5. Pilih Default Control untuk melakukan control terhadap semua parameter atau pilih jenis control secara manual. Tekan OK untuk validasi terhadap permintaan control
6. Tekan tombol Run untuk memulai pemeriksaan
2.6.1.3. Melihat Status Sampel
1. Dipergunakan untuk melihat status dari sample yang sedang dijalankan. Dari menu utama periksa status dari sampel yang ada dari sampel tray dengan melihat warna yang ada.
2. Jika ada sampel yang membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut, tekan test review
3. Kemudian tekan sampline exception untuk melihat sampling alarm yang akan terjadi
2.6.1.4 Cara Mematikan Alat
1. Tekan tombol utama dari menu utama sehingga pada layar keluar menu Shutdown
2. Pilih Standby kemudian beri tanda ISE Cleaning jika ada dan system Cleaning kemudian tekan OK
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kegiatan – kegiatan secara rutin yang dilakukan diinstalasi laboratorium Rumah Sakit Tk II Pelamonia terhadap sampel baik di bidang hemtologi, kimia klinik, mikrobiologi, imunologi dan serologi.
Dalam melaksanakan kegiatan, laboratorium rumah sakit Tk II Pelamonia Makassar melayani pemeriksaan baik terhadap pasien rawat jalan, pasien rawat ini maupun pasien unit gawat darurat. Kegiatan laboratorium juga tidak lepas dari administrasi umum yang melakukan pencetakan dan pelaporan hasil pemeriksaan
Keberadaan laboratorium di rumah sakit sangat penting, tidak saja dari segi fungsi sebagai penunjang medis yang membantu dalam menegakkan diagnose suatu penyakit, juga sebagai salah satu profil yang sangat membantu rumah sakit dalam melaksanakan program-programnya sebagai tempat pelayanan kesehatan.
3.2. Saran
1. Alur pelayanan laboratorium lebih diperjelas lagi
2. Pengetahuan tentang penggunaan alat laboratorium lebih dikembangkan
3. Ruang pengambilan sampel specimen sebaiknya dipisahkan dari ruang pengelolanya
PENTRA XL 80
PENTRA 400
makasih bozt referensinya
BalasHapus