BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan jiwa merupakan suatu bidang spesialis praktik keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan penggunaan diri sendiri secara terapeutik kiatnya. Praktik keperawatan jiwa terdiri dalam konteks sosial dan lingkungan. Keperawatan jiwa merupakan salah satu dari lima inti disiplin kesehatan mental. Perawat jiwa menggunakan pengetahuan dari ilmu – ilmu psikososial, biofisik, teori – teori kepribadian dan perilaku manusia untuk menurunkan suatu kerangka kerja teoretik yang menjadi landasan keperawatan. Saat ini berkembang perawatan sebagai elemen inti dari semua praktik keperawatan. (Suliswati, 2005)
Berdasarkan undang – undang No. 3 tahun 1966 tentang kesehatan jiwa, terjadi “modernisasi” karena upaya kesehatan jiwa dilakukan secara komprehensif (promotif, preventif, kuratif, rehabilitative), pelayanan ditujukan pada individu dan masyarkat. (Suliswati, 2005)
Kesehatan jiwa merupakan bagian yang integral dari kesehatan. Kesehatan bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, akan tetapi merupakan suatu hal yang dibutuhkan oleh semua orang. Kesehatan jiwa adalah perasaan sehat dan bahagia serta mampu menghadapi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya, serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. Orang yang sehat jiwa dapat mempercayai orang laindan senang menjadi bagian dari kelompok. Penyimpangan dari hal – hal tersebut menunjukkan adanya gangguan jiwa.
Dilain pihak, klien dengan masalah kejiwaan pada umumnya berada dalam kondisi psikologik yang lemah dan tiidak mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalahnya (Keliat, 2005 : 2). Hal ini menunjukkan bahwa lingkup masalah kesehatan jiwa yang dihadapi individu sangat kompleks sehingga diperlukan penanganan yang bersifat kompleks pula. Meskipun perkembangan pengetahuan tentang pengobatan untuk gangguan jiwa sudah cukup pesat, namun permasalahan besar dalam hal pengobatan dan sumber daya yang tersedia masih ada.
Kegagalan dalam memberikan koping yang sesuai dengan tekanan yang dialami dalam jangka panjang mengakibatkan individu mengalami berbagai macam gangguan mental. Gangguan mental tersebut sangat bervariatif, tergantung dari berat ringannya sumber tekanan, perbedaan antar individu dan latar belakang individu yang bersangkutan. (Siswanto, 2007)
Berdasarkan dari data bagian Medical Record BPRS Dadi Makassar, Suawesi Selatan bahwa pada tahun 2006 terdapat 1509 (18%) orang yang mengalami penderita Isolasi Sosial, pada tahun 2007 terdapat 1842 (20%) orang yang mengalami penderita Isolasi Sosial dan pada tahun 2008 terdapat 2105 (25%) yang mengalami penderrita Isolasi Sosial, sedangkan pada tahun 2009 Januari hingga Maret terdapat 3258 klien yang dirawat di mana penderita Halusinasi sebanyak 1166 orang (52%), penderita Isolasi Sosial sebanyak 697 orang (18%), penderita Waham sebanyak 226 orang (4%), penderita Harga Diri Rendah sebanyak 513 orang (11%), penderita Perilaku Kekerasan sebanyak 275 orang (8%), penderita gangguan Komunikasi sebanyak 167 orang (4%) dan gangguan Defesit Care sebanyak 7 orang (0%).
Melihat cukup berkembangnya angka masalah Gangguan Jiwa yaitu Isolasi Sosial merupakan masalah serius bagi dunia kesehatan dan keperawatan di Indonesia. Pada penderita gangguan jiwa dengan perilaku Isolasi Sosial tidak memiliki motivasi, penderita rendah diri, tidak berharga dan tidak berguna sehingga merasa tidak aman dalam membina hubungan dengan orang lain.
Dengan pertimbangan latar belakang tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk menyusun suatu asuhan keperawatan dalam bentuk karya tulis ilmiah dengan judul : “Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah Utama Isolasi Sosial BPRS Dadi Makassar”.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh gambaran tentang penerapan proses pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien dengan Isolasi Sosial.
2. Tujuan khusus
a. Untuk memiliki pengalaman nyata dalam melakukan pengkajian keperawatan dengan benar pada klien dengan Isolasi sosial.
b. Untuk memiliki pengalaman nyata dalam merumuskan diagnosa keperawatan dengan benar pada klien dengan Isolasi Sosial.
c. Untuk memiliki pengalaman nyata dalam menyusun perencanaan tindakan keperawatan dengan tetap pada klien dengan Isolasi Sosial.
d. Untuk memiliki pengalaman nyata dalam melakukan implementasi keperawatan dengan benar pada klien dengan Isolasi Sosial.
e. Untuk memiliki pengalaman nyata dalam melakukan evaluasi tindakan keperawatan dengan benar pada klien dengan Isolasi Sosial.
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Institusi Pelayanan Keperawatan
Sebagai bahan bacaan dan bahan masukan untuk upaya peningkatan dan pengembangan ilmu keperawatan di rumah sakit.
2. Bagi rumah sakit/pelayanan kesehatan
Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan di BPRS. Dadi Makassar agar dapat lebih mengetahui dan menambah pengalaman secara jelas tentang asuhan keperawatan klien dengan Isolasi social.
3. Bagi mahasiswa/penulis
Sebagai bahan tambahan pengetahuan dan memperoleh pengalaman nyata serta memperluas wawasan penulis dalam mengenai pengembangan ilmu yang telah didapatkan selama pendidikan.
D. Metode Penulisan
Dalam penulisan karya tulis ini menggunakan metode penulisan sebagai berikut :
a. Studi Kepustakaan
Untuk mendapatkan data dasar penulis mengguanakan atau membaca referensi – referensi yang berhubungan dengan masalah yang dibahas yaitu Isolasi Sosial.
b. Studi Kasus
Untuk studi kasus penulis mempelajari kasus klien dengan menggunakan metode pemecahan masalah melalui pendekatan atau proses keperawatan yang komprehensif yang meliputi pengkajian data, analisa data, perumusan diagnose keperawatan, penyusunan rencana keperawatan, implementasi dan evaluasi asuhan keperawatan.
c. Teknik Pengumpulan Data
a. Teknik wawancara
Penulis melakukan Tanya jawab secara langsung pada klien, keluarga, perawat di ruang sawit dan dokter yang merawat guna memperoleh data – data yang dibutuhkan.
b. Teknik observasi
Penulis secara langsung melakukan pengamatan untuk dapat melihat secara langsung bagaimana pelaksanaan perawatan dan keadaan klien.
c. Studi dokumentasi
Penulis mengumpulkan data/informasi melalui catatan keperawatan dilembaran status klien.
d. Tempat dan waktu
Data dikumpulkan di medical record BPRS Dadi Makassar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengertian
Menurut beberapa ahli yang meuraikan tentang pengertian Isolasi Sosial :
a. Isolasi Sosial adalah individu yang tidak mengalami ketidakmampuan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain dan dengan lingkungan sekitarnya secara wajar dalam khayalanya sendiri yang tidak realistis. (Ermawati, 2009)
b. Isolasi Sosial adalah keadaan di mana seseorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Klien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain. (Iyus Yosep, 2009)
c. Isolasi Sosial adalah suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang fleksibel yang menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial. (Depkes RI, 2000)
2. Rentang respon sosial
Manusia sebagai mahluk sosial, untuk mencapai kepuasan dalam kehidupan, mereka harus membina hubungan interpersonal yang positif. Hubungan interpersonal yang sehat terjadi jika individu yang terlibat saling merasakan kedekatan sementara identitas pribadi tetap dipertahankan. Individu juga harus membina hubungan saling tergantung yang merupakan keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dalam suatu hubungan. (Gail W. Stuart, 2007)
Respon adaptif Respon maladaptif
Menyendiri (solitude) kesepian manipulasi
Otonomi menarik diri impulsif
Kebersamaan ketergantungan narsisisme
Saling ketergantungan
Respon adaptif adalah suatu respon individu dalam menyesuaikan masalah yang masih dapat diterima oleh norma – norma sosial dan budaya yang umum berlaku, respon ini meliputi :
a. Menyendiri (solitude) merupakan respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya dan suatu cara mengevaluasi diri untuuk melakukan langkah – langkah selanjutnya.
b. Otonomi merupakan kemampuan individu dalam menentukan dan menyampaiakan ide, pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.
c. Kebersamaan merupakan suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu mampu untuk saling member dan menerima.
d. Saling ketergantungan merupakan suatu hubungan saling tergantung anatara individu dengan orang lain dalam rangka membina hubungan interpersonal.
Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah yang menyimpang dari norma – norma sosial dan budaya respon ini meliputi :
a. Manipulasi, pada gangguan hubungan sosial jenis ini orang lain dijadikan sebagai objek, hubungan terpusat pada masalah pengendalian orang lain dan individu cenderung berorientasi pada diri sendiri atau tujuan, bukan pada orang lain.
b. Impulsif, individu impulsive tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari pengalaman dan tidak dapat diandalkan.
c. Narkisisme, pada individu narkisisme terdapat harga diri yang rapuh, secara terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian, sikap egosentris, pencemburuan, marah jika orang lain tidak mendukung.
3. Manifestasi klinik
Menurut buku keperawatan jiwa iyus yosep Isolasi Sosial memiliki batasan karakteristik yaitu :
Obyektif
a. Klien banyak diam dan tidak mau bicara.
b. Tidak mengikuti kegiatan.
c. Banyak berdiam diri di kamar.
d. Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang terdekat.
e. Klien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal.
f. Kontak mata kurang.
g. Kurang spontan.
h. Ekspresi wajah kurang berseri.
i. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri.
j. Mengisolasi diri.
k. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya.
l. Masukan makanan dan minuman terganggu.
m. Aktivitas menurun.
n. Rendah diri.
o. Kurang energy (tenaga).
Subyektif
a. Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain.
b. Klien tidak merasa aman berada dengan orang lain.
c. Respon verbal dan sangat singkat.
d. Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain.
e. Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu.
f. Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan.
g. Klien merasa tidak berguna.
h. Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup.
i. Klien merasa ditolak.
4. Etiologi
Terjadi menarik diri dipengaruhi oleh factor predisposisi, stressor pencetus, penilaian stressor, sumber koping dan mekanisme koping.
a. Faktor predisposisi
Berbagai factor bisa menimbulkan respon sosial yang maladaptif dan mungkin disebabkan oleh kombinasi dar berbagai factor meliputi :
1) Faktor perkembangan
Secara teori, kurangnya stimulasi dan kasih saying dan kehangatan dari ibu (pengasuh) pada bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat menghambat terbentuknya rasa percaya diri.
2) Faktor biologis
Faktor genetik dapat berperan dalam respon sosial maladaptif. Bukti terdahulu menunjukkan keterlibatan neorotaransmiter dalam perkembangan gangguan ini, namun tetap diperlukan penelitian lebih lanjut.
3) Faktor sosiokultural
Isolasi Sosial merupakan faktor utama dalam gangguan hubungan. Hal ini akibat dari transiensi, norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat yang kurang produktif, seperti lanjut usia (lansia), orang cacat dan penderita penyakit kronik. Isolasi dapat terjadi karena mengadopsi norma, perilaku, dan sistem nilai yang berbeda dari yang dimiliki budaya mayoritas. Harapan yang tidak realistis terhadap hubungan merupakan faktor lain yang berkaitan dengan gangguan ini.
b. Faktor stressor pencetus
Stressor pencetus pada umumnya mencakup peristiwa kehidupan yang menimbulkan stress seperti kehilangan, yang mempengaruhi kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan menyebabkan ansietas.
Stressor pencetus dapat dikelompokkan dalam dua kategori.
1) Stressor sosiokultural
Stress dapat ditimbulkan oleh menurunnya stabilitas unit keluarga dan berpisah dari orang yang berarti, misalnya karena dirawat di rumah sakit.
2) Stressor psikologis
Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhan ketergantungan dapat menimbulkan ansietas tingkat tinggi.
c. Penilaian stressor
Individu dewasa yang dapat bberperan serta dalam hubungan interpersonal yang sehat tetap rentang terhadap efek stress psikologis. Rasa sedih karena suatu kehilangan atau beberapa kehilangan dapat sangat besar hingga individu tidak mau menghadapi kehilangan dimasa depan, bukan mengambil resiko mengalami lebih banyak kesedihan. Respon ini lebih mungkin terjadi jika individu mengalami kesulitan dalam tugas perkembangan yang berkaitan dengan hubungan.
d. Sumber koping
Contoh sumber koping yang berhubungan dengan respon sosial maladaptif meliputi :
a. Keterlibatan dalam hubungan kelurga yang luas dan teman,
b. Hubungan dengan hewan peliharaan dan
c. Penggunaan kreatifitas untuk mengekspresikan stress interpersonal (misalnya, kesenian, musik, atau tulisan).
d. Mekanisme koping
Individu yang mengalami respon sosial maladaptif menggunakan berbagai mekanisme dalam upaya untuk mengatasi ansietas. Mekanisme tersebut berkaitan dengan dua jenis masalah hubungan yang spesifik :
1) Koping yang berhubungan dengan gangguan kepribadian antisosial :
a) Proyeksi.
b) Splitting.
c) Merendahkan orang lain.
2) Koping yang berhubungan dengan gangguan kepribadian ambang.
a) Splitting.
b) Pormasi reaksi.
c) Proyeksi.
d) Isolasi.
e) Idealisasi orang lain.
f) Merendahkan orang lain.
g) Identifikasi proyektif.
(Gail W. Stuart, 2007)
5. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada penderita gangguan jiwa dibagi dalam beberapa bentuk :
a. Suasana teraphy (Lingkungan Terapeutik)
Yang dimaksud suasana teraphy adalah suasana yang diciptakan oleh dokter atau perawat dengan klien yang dapat membantu proses penyembuhan klien. Dalam teori keperawatan jiwa hal ini lebih dikenal dengan menciptakan hubungan saling percaya antara perawat dengan klien.
b. Parmakoteraphy
Parmakoteraphy adalah bentuk penatalaksanaan penderita ganggua jiwa dengan pemberian obat – obatan anti psikotik. Pengobatan ini diharapkan mampu memperbaiki keadaa somatik atau biologis tubuh yang berhubungan dengan perubahan perilaku. Penggunaan obat – obatan anti psikotik dapat mempengaruhi keseimbangan neorotransmiter pada sistem embolik otak sehingga efek gangguan perilaku seperti halusinasi dan apatis dapat teratasi.
c. Psikoteraphy
Psikoteraphy adalah suatu cara pengobatan terhadap masalah emosional seorang pasien yang dilakukan oleh seorang yang terlatih dalam hubungan professional secara sukarela, dengan maksud hendak menghilangkan, mengubah, atau menghambat gejala – gejala yang ada, mengoreksi perilaku yang terganggu, dan mengembangkan pertumbuhan kepribadian secara positif.
Psikotraphy dilakukan dengan pemberian support kepada klien untuk meningkatkan aspek positif diri.
B. Proses Keperawatan
Proses keperawatan merupakan suatu metode sistematis dan ilmiah yang digunakan perawat untuk memenuhi kebutuhan klien dalam mencapai atau mempertahankan keadaan bilogis, sosial, spiritual yang optimal. Proses keperawatan terdiri dari lima tahap yang merupakan siklus dan saling tegantung yang meliputi pengkajian, merumuskan diagnose keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan masalah klien. Data yang dikumpulkan maliputi data biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Hal – hal yang perlu dikaji pada klien menarik diri adalah biodata klien, alas an masuk, keluhan utama, faktor predisposisi, status mental, faktor – faktor psikososial serta mekanisme koping yang serring digunakan. (Gail W. Stuart, 2007)
2. Pohon Masalah
Pohon masalah klien isolasi sosial menurut Budi Anna Kaliat, 2005 adalah sebagai berikut :
Akibat
penyebab
3. Diagnose Keperawatan
a. Isolasi sosial.
b. Gangguan konsep diri Harga diri rendah kronis.
c. Defisit perawatan diri.
4. Rencana tindakan keperawatan
a. Diagnosa I: Isolasi sosial
TUM:
Klien mampu berinteraksi dengan orang lain.
TUK:
1). Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi terapeutik.
2). Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri yang berasal dari
a) Diri sendiri
b) Orang
c) Lingkungan
3). kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan
4). Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain.
5) kan klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang lain.
INTERVENSI:
1). Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi terapeutik.
a) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b). Perkenalkan diri dengan sopan, tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang di sukai.
c). Jelaskan tujuan pertemuan
d). Jujur dan menempati janji
e) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
f). Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar klien
2). Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri yang berasal dari
• Diri sendiri
• Orang
• Lingkungan
a). Berikan kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan persaan penyebab menarik diri dan tidak mau bergaul
b). Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda tanda serta penyebab munculnya.
c). Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya .
3). Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan
a). Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain
b). Diskusikanbersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain.
c). Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain.
4). Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain .
a). Anjurkan klien untuk berhubungan dengan orang lain melelui tahap:
• K. P
• K. P.P lain
• K. P.P lain-K lain
• K. Kelg. Kelp. Masy.
b). Beri reinforcement terhadap keberhasilan yang telah di capai
c). Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan dengan orang lain.
d). Diskusikan jadwal harian yang dapat di lakukan bersama klien dalam mengisi waktu.
e). Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan.
f). Beri reinforcement atas ke ikutsertaan klien dalam kegiatan ruangan.
5). Anjurkan klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang lain.
a) Diskusikan dengan klien tentang perasaan, manfaat berhubungan dengan orang lain.
b) Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaannya tentang manfaat berhubungan dengan orang lain.
6). Bina hubungan saling percaya dengan keluarga klien
• Salam perkenalan diri
• Sampaikan tujuan
• Buat kontrak
• Eksplorasi perasaan keluarga
a). Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :
1) Perilaku menarik diri
2) Penyebab perilaku menarik diri
3) Akibat yang akan terjadi jika perilaku menarik diri tidak di tanggapi.
4) Cara keluarga menghadapi klien menarik diri
b). Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk klien minimal 1 kali seminggu
c). Beri reinforcement positif atas hal– hal yang telah dicapai keluarga .
7). Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi, dan manfaat obat.
a). Anjurkan klien minta sendiri obat pada perawat dan merasakan manfaatnya.
b). Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek samping obat yang dirasakan.
c). Diskusikan akibat berhenti konsumsi minum obat – obat tanpa konsultasi.
d). Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar.
b. Diagnosa 2: Harga Diri Rendah
TUM:
Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.
TUK:
1) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang di miliki.
2) Klien dapat menilai kemampuan yang di gunakan
3) Klien dapat menetapkan kegiatan sesuai kemampuan yang di miliki.
4) Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya.
5) Klien dapat memanfaatkan system pendukung yang ada .
a). Memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan Harga Diri Rendah.
b). Bantu kelluarga memberi dukungan selama klien di rawat .
c). Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
INTERVENSI
1). Klien dapat mengidentifkasi kemampuan dan aspek positif yang di miliki.
a). Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
b). Berikan reinforcement atas kemampuan untuk mengungkapkan kemampuannya.
2). Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan
a). Kaji kemampuan yang dimiliki klien .
3). Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
a). Rencanakan bersama klien aktifitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai dengan kemampuannya
• Kegiatan mandiri
• Kegiatan dengan bantuan klien sebagian
• Kegiatan yang membutuhkan bantuan total .
b). Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
c). Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
4). Klien dapat melaukan kegiatan sesuiai kondisi sakit dan kemampuannya.
a). Beri kesempatan kepada klien mencoba kegiatan yang telah di rencanakannya
b). Beri pujian atas keberhasilan klien
5). Klien dapat memanfaatkan system pendukung yang ada
a). Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien yang Harga Diri Rendah
b). Bantu keluarga memberi dukungan selama klien di rawat
c. Diagnosa 3: Defisit perawatan diri
TUM:
Klien dapat meningkatkan minat atau motivasinya dan mempertahankan kebersihan diri
TUK:
1) Klien dapat mengenal tentang pentingnya kebersihan
2) Klien dapat melakukan keberihan diri dengan bantuan perawat
3) Klien dapat melakukan kebersihan perawatan diri secara mandiri
4) Klien dapat mempertahankan kebersihan diri secara mandiri
5) Klien mendapat dukungan keluarga dalam meningkatkan kebersihan diri .
INTERVENSI:
1). Klien dapat mengenal tentang pentingnya kebersihan
a). Diskusikan bersama klien pentingnya kebersihan diri dengan cara menjelaskan pengertian kebersihan dan tanda-tanda kebersihan
b). Dorong klien untuk menyebutkan 3 dari lima tanda kebersihan diri.
c). Diskusikan fungsi kebersihan diri dengan menggali pengetahuan klien terhadap hal-hal yang berhubungan dengan kebersihan diri.
d). Bantu klien mengungkapkan tentang kebersihan diri dan tujuan memelihara kebersihan diri
e). Ingatkan klien untuk memelihara kebersihan diri.
2). Klien dapat melakukan keberihan diri dengan bantuan perawat
a). Motivasi klien untuk mandi.
b). Bimbing klien untuk mandi, beri kesempatan klien untuk mendemonstrasikan cara memelihara kebersihan diri yang benar.
c). Anjurkan klien untuk mengganti baju setiap hari.
d). Kaji keinginan klien untuk memotong kuku dan merapikan rambut.
e). Kolaborasi dengan perawat ruangan untuk mengelolah fasilitas perawatan kebersihan seperti mandi dan kebersihan kamar mandi.
f). Bekerja sama dengan keluarga untuk mengadakaan fasilitas kebersihan diri seperti odol, sikat gigi, sampo, sabun, pakaian ganti, dll.
3). Klien adapat melakkukan kebersihan perawatan diri secara mandiri.
a). Monitor klien dalam melaksanakan kebersihan diri secara teratur.
4). Klien dapat mempertahankan kebersihan diri secara mandiri
a). Beri reinforcement positif jika klien berhasil melakukan kebersihan diri.
5). klien mendapat dukungan keluarga dalam meningkatkan kebersihan diri.
a). Jelaskan kepada klien tentang penyabab kurang minatnya klien menjaga kebersihan diri.
b). Diskusikan bersama keluarga tentang tindakan yang telah di lakukan klien selama di Rumah Sakit dalam menjaga kebersihan dan kemajuan yang telah di alami di Rumah Sakit.
c). Anjurkan keluarga untuk memutuskan stimulasi terhadap kemajuan yang telah di alami di Rumah Sakit,
5. Implementasi
Implementasi keperawatan dilaksanakan sesuai dengan intervensi (rencana tindakan yang telah ada)
6. Evaluasi
Diagnosa 1: Isolasi social
a. Pada klien
1) Klien mengetahui penyebab menarik diri.
2) Klien mengetahui keuntungan berhubungan dengan orang lain.
3) Klien dapat menyebutkan kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain.
4) Klien mampu berinteraksi dengan orang lain.
b. Pada keluarga
1) Keluarga mampu berkomunikasi dengan klien secara terapeutik
2) Keluarga mampu mengurangi penyebab klien menarik diri.
Diagnosa 2: Harga Diri Rendah
a. Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal
b. Klien dapat mengidentifikasikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
c. Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
d. Klien dapat melaksanakan kegiatan sesui kondisi sakit dan kemampuannya.
Diagnosa 3: defisit perawatan diri
a. Pada klien
1) Klien dapat meningkatkan minat mempertahankan kebersihan diri
2) Klien dapat mengenal tenteng pentingnya kebersihan diri
3) Klien dapat melaksanakan kebersihan diri dengan bantuan perawat
4) Klien dapar melaksanakan kebersihan diri secara mandiri
5) Klien dapat mempertahankan kebersihan diri secara mandiri
a. Pada keluarga
1) Keluarga membantu dalam meningkatkan kebersihan diri.
2) Keluarga dapatr meningkatka sarana untuk kebersihan diri klien
STRATEGI PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa 1: Isolasi Sosial
A. Pasien
SPIp
1. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien
2. Mendiskusikan dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain
3. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian berinteraksi dengan orang lain.
4. Mengajarkan kepada pasien cara berkenalan dengan satu orang.
5. Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang dengan orang lain dalam kegiatan harian.
SPIIp
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
2. Memberikan kesempatan kepada pasien mempraktekkan cara berkenalan dengan seseorang.
3. Membantu pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang dengan orang lain dalam kegiatan harian.
SPIIIp
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
2. Memberikan kesempatan kepada pasien mempraktekkan cara berkenalan dengan dua orang atau lebih
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
B. Keluarga
SPIk
1. Mendiskusikan masalah yang di rasakan keluarga dalam merawat pasien.
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial yang di alami klien beserta proses terjadinya.
3. Menjelaskan cara merawat pasien isolasi sosial.
SPIIk
1. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan isolasi sosial.
2. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat langsung kepeda pasien isolasi sosial.
SPIIIk
1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk minum obat (discharge planning)
2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang.
Diagnosa II: Harga Diri Rendah
A. Pasien
SPIp
1. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang di alami pasien.
2. Membantu pasien menilai kemampuan pasien yang masih dapat di gunakan.
3. Membantu pasien memilah kegiatan yang akan dilatih sesuai kemampuan klien.
4. Melatih pasien sesuai kemampuan yang di pilih.
5. Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan pasien.
6. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SPIIp
1. Mengevaluasi jadwal harian pasien.
2. Melatih kemampuan kedua.
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
B. Keluarga
SPIk
1. Mendiskusikan masalah yang di rasakan keluarga dalam merawat pasien.
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala Harga Diri Rendah yang di alami pasien beserta proses terjadinya.
3. Menjelaskan cara merawat pasien Harga Diri Rendah.
4. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
SPIIk
1. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan Harga Diri Rendah.
2. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat langsung kepeda pasien Harga Diri Rendah.
SPIIIk
1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk minum obat (discharge planning)
2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang.
Diagnosa III: Defisit Perawatan Diri
A. Pasien
SPIp
1. Menjelskan pentingnya kebersihan diri.
2. Menjelaskan cara menjaga kebersihan.
3. Membantu pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri.
4. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
SPIIp
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
2. Menjelaskan cara makan yang baik.
3. Membantu pasien mempraktekkan cara makan yang baik.
4. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
SPIIIp
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
2. Menjelaskan cara eliminasi yang baik.
3. Membantu pasien mempraktekkan cara eliminasi yang baik.
4. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
B. Keluarga
SPIk
1. Mendiskusikan masalah yang di rasakan keluarga dalam merawat pasien.
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala Defisit Perawatan Diri serta jenis deficit perawatan diri yang di alami pasien beserta proses terjadinya.
3. Menjelaskan cara merawat pasien deficit perawatan diri.
SPIIk
1. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan defisit perawatan diri.
2. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat langsung kepeda pasien. defisit perawatan diri
SPIIIk
1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk minum obat (discharge planning)
2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang.
Senin, 12 Juli 2010
Minggu, 11 Juli 2010
clotting time (CT)
Clotting Time
Metode: LEE & WHITE
Prinsip: waktu pembekuan diukur sejak darah keluar dari epmbuluh sampai terjadi suatu bekuan dalm kondisi yg spesifik
Specimen: darah segar 4 ml
Prosedur:
1. melakukan makrosampling dgn cara yg benar
2. pada saat darah masuk kedlm syringe, nyalakan stopwatch dan tourniquet dilonggarkan. Lanjutkan dgn mengambil darah pelan2 sampai didapat 4ml
3. syringe dicabut kemudian jarum dilepaskan dari syringe, darah dimasukkan pelan2 kedalam 3tabung melewati dinding masing2 1 ml. sisanya untuk px yg lain
4. masukka tabung dlm waterbath 370C, tunggu selama 5 menit
5. tepat 5 menit kemudian, tabung 1 diangkat dan dimiringkan 450 . ulangi tindakan serupa selang 30 detik sampai tjd bekuan yg sempurna(dimiringkan 900 tdk ada tumpahan). Catat waktunya
6. 30 detik berikutnya lakukan hal yg serupa pda tabung 2 sampai tjd bekuan sempurna. Catat waktunya
7. selang 30 detik berikutnya lakukan hal yg serupa pda tabung 2 sampai tjd bekuan sempurna. Matikan stopwatch Catat waktunya
8. waktu pembekuan pada tab3 dlaporkan sbghasil px
Nilai Normal; 5-15 menit
NB :
- volume darah pda @ tab harus tepat 1 ml. jml lebih besar, waktu lebih panjang
- gelembung udara, vena punctie yg tdk lancer shg hemilisis / ikut masuknya cairan jaringan dpt memperpendek waktu bekuan
- dgn cara yg sam tapi pake tab tg berlapis silicon&memiringkan tiap 5menit, Angka normal: 20-60menit
Metode: LEE & WHITE
Prinsip: waktu pembekuan diukur sejak darah keluar dari epmbuluh sampai terjadi suatu bekuan dalm kondisi yg spesifik
Specimen: darah segar 4 ml
Prosedur:
1. melakukan makrosampling dgn cara yg benar
2. pada saat darah masuk kedlm syringe, nyalakan stopwatch dan tourniquet dilonggarkan. Lanjutkan dgn mengambil darah pelan2 sampai didapat 4ml
3. syringe dicabut kemudian jarum dilepaskan dari syringe, darah dimasukkan pelan2 kedalam 3tabung melewati dinding masing2 1 ml. sisanya untuk px yg lain
4. masukka tabung dlm waterbath 370C, tunggu selama 5 menit
5. tepat 5 menit kemudian, tabung 1 diangkat dan dimiringkan 450 . ulangi tindakan serupa selang 30 detik sampai tjd bekuan yg sempurna(dimiringkan 900 tdk ada tumpahan). Catat waktunya
6. 30 detik berikutnya lakukan hal yg serupa pda tabung 2 sampai tjd bekuan sempurna. Catat waktunya
7. selang 30 detik berikutnya lakukan hal yg serupa pda tabung 2 sampai tjd bekuan sempurna. Matikan stopwatch Catat waktunya
8. waktu pembekuan pada tab3 dlaporkan sbghasil px
Nilai Normal; 5-15 menit
NB :
- volume darah pda @ tab harus tepat 1 ml. jml lebih besar, waktu lebih panjang
- gelembung udara, vena punctie yg tdk lancer shg hemilisis / ikut masuknya cairan jaringan dpt memperpendek waktu bekuan
- dgn cara yg sam tapi pake tab tg berlapis silicon&memiringkan tiap 5menit, Angka normal: 20-60menit
Faal hemostatik
FAAL HEMOSTATIK
1. Resistensi Kapiler (Rumpel Leed Test/ tourniquet test)
7an: u/ mengukur kekuatan dinding kapiler dlm usaha mencegah perdarahan
Prinsip: drah dibendunggdn memasang tensimeter/ sphygmomanometer pd tekanan antara sistolik&diastolic dilengan bag atas, kmudian dlihat tmbul/tidaknya petechiae pd kulit lengan selama 5 menit
Prosedur:
1. pengikat tensimeter diikat pd lengan bag atas kira2 5-7 cm
2. ukur tek darah sistol&diastole dr pasien
tek darah ditahan pd tek antara sistol&diastole, tunggu selama 5 menit, pake stopwatch
3. lepas ikatan tensi, amati timbulnya petechiae(suatu bercak berwarna merah).pd telapak tangan, permukaan lengan, jari penderita
4. jarak terdekat yg dilaporkan adlah kira2 4 cm dibawah lipatan lengan.
NB:
- warna merah didekat bekas ikatan tensi mungkin bekas jepitan, tidak ikut diikut sbg petechiae
- pasien yg tek darahnya tdk diketahui, tensimeter dpt dipakai pdtek 80 mmHg
- px tdk boleh diulang pd lengan yg sama dlm waktu 1 minggu
Derajad laporan :
(-) = tdk didptkan petechiae
(+1) =timbul beberapa petechiae dipermukaan pangkal lengan
(+2) = timbul banyak petechiae dipermukaan pangkal lengan
(+3) = timbul banyak petechiae diseluruh permukaan pangkal lengan&telapak tangan muka&belakang
(+4)=banyak sekali petechiae diseluruh permukaan lengan, telapak tangan&jari, muka&belakang
Ukurn normal: negative/ jml petechiae tidak lebih dari 10
A. px koagulasi
1. Bleeding time, tgtung dr efisiensi cairan jaringan u/ mempercepat [embekuan, ketahanan kapiler, fs/ maupun jml trombosit
a. cara duke
prinsip: lubang yg baku pd cupin telingan dibuat, kmudian waktu darah keluar sampai berhenti dicatat sbg waktu pedarahan
ukuran normal: 1-3 menit dgn batas toleransi 3-6 menit
NB: -bila perdrhan lm berhenti stelah 10 mnit maka px tdk perlu dilnjutkn. Laporkan hasil: lebih dari 10 menit.gnkan cara ivy sbg pembanding
Prosedur:
1. cuping telinga pasien didesinfeksi dgn alcohol 70%
2. cuping telinga dijepit kuat2 dgn ibu jari dan telunjuk tangan kiri kemudian ditusuk dgn lancet yg cukup dalam.segera syowatch dinyalakan
3. darah yg keluar ditempel dgn kertas saring pada 30 detik. (kertas saring tidak boleh menempel pada luka)
4. ulangi setiap 30 detik pada daerah kertas saring yg berbeda2 mengelilingi tepian lingkaran kertas saring
5. pada saat darah tidak keluar lagi, matikan stopwatch, catat waktunya
Ukuran normal: 1-3 menit dgn batas toleransi 3-6 menit
b. cara ivy
prinsip: 2 buah lubang baku dibuat pd pemukaan lengan.waktu perdrhan rata2 antar kedua lubang dilporkan sbg hasil px
NB: bila dalam waktu 15 menit perdarahan belu berhenti, luka ditutup dgn menekannya dgn kapas kering. Laporkan hasil lebih dari 15 menit. Bila perdarahan kurang dari 1menit, pemeriksaan diulang pada lengan yang lain
Prosedur;
1. pasang tensimeter pd lengan atas pasien pada lipatan atas lengan. Tekanan diatur 40mmHg, dan tahan supaya konstan
2. desinfeksi permukaan lengan kira2 5-7 cm dibawah lipatan
3. kulit ditegangkan dgn menarik dari belakang lengan, kemudian tusuk dgn lancet kedalaman 3mm, bukan diatas jalur vena. Buat luka yg lain dgn jarak ±2cm drai luka yg pertama. Stopwatch dihidupkan
4. selang 30detik, darah dari luka tusukan ditempel dgn pinggiran kertas saring tanpa menyentuh kulit
5. ulangi setiap 30detik pada kertas saring mengelilingi lingkaran
6. saat darh berhenti, stopwatch dimatikan dan waktu dicatat
7. rata2 dari kedua luka tusukan dilaporkan sbg hasil pemeriksaan
Nilai normal: 1-7 menit dgn batas toleransi 7-11 menit
1. Resistensi Kapiler (Rumpel Leed Test/ tourniquet test)
7an: u/ mengukur kekuatan dinding kapiler dlm usaha mencegah perdarahan
Prinsip: drah dibendunggdn memasang tensimeter/ sphygmomanometer pd tekanan antara sistolik&diastolic dilengan bag atas, kmudian dlihat tmbul/tidaknya petechiae pd kulit lengan selama 5 menit
Prosedur:
1. pengikat tensimeter diikat pd lengan bag atas kira2 5-7 cm
2. ukur tek darah sistol&diastole dr pasien
tek darah ditahan pd tek antara sistol&diastole, tunggu selama 5 menit, pake stopwatch
3. lepas ikatan tensi, amati timbulnya petechiae(suatu bercak berwarna merah).pd telapak tangan, permukaan lengan, jari penderita
4. jarak terdekat yg dilaporkan adlah kira2 4 cm dibawah lipatan lengan.
NB:
- warna merah didekat bekas ikatan tensi mungkin bekas jepitan, tidak ikut diikut sbg petechiae
- pasien yg tek darahnya tdk diketahui, tensimeter dpt dipakai pdtek 80 mmHg
- px tdk boleh diulang pd lengan yg sama dlm waktu 1 minggu
Derajad laporan :
(-) = tdk didptkan petechiae
(+1) =timbul beberapa petechiae dipermukaan pangkal lengan
(+2) = timbul banyak petechiae dipermukaan pangkal lengan
(+3) = timbul banyak petechiae diseluruh permukaan pangkal lengan&telapak tangan muka&belakang
(+4)=banyak sekali petechiae diseluruh permukaan lengan, telapak tangan&jari, muka&belakang
Ukurn normal: negative/ jml petechiae tidak lebih dari 10
A. px koagulasi
1. Bleeding time, tgtung dr efisiensi cairan jaringan u/ mempercepat [embekuan, ketahanan kapiler, fs/ maupun jml trombosit
a. cara duke
prinsip: lubang yg baku pd cupin telingan dibuat, kmudian waktu darah keluar sampai berhenti dicatat sbg waktu pedarahan
ukuran normal: 1-3 menit dgn batas toleransi 3-6 menit
NB: -bila perdrhan lm berhenti stelah 10 mnit maka px tdk perlu dilnjutkn. Laporkan hasil: lebih dari 10 menit.gnkan cara ivy sbg pembanding
Prosedur:
1. cuping telinga pasien didesinfeksi dgn alcohol 70%
2. cuping telinga dijepit kuat2 dgn ibu jari dan telunjuk tangan kiri kemudian ditusuk dgn lancet yg cukup dalam.segera syowatch dinyalakan
3. darah yg keluar ditempel dgn kertas saring pada 30 detik. (kertas saring tidak boleh menempel pada luka)
4. ulangi setiap 30 detik pada daerah kertas saring yg berbeda2 mengelilingi tepian lingkaran kertas saring
5. pada saat darah tidak keluar lagi, matikan stopwatch, catat waktunya
Ukuran normal: 1-3 menit dgn batas toleransi 3-6 menit
b. cara ivy
prinsip: 2 buah lubang baku dibuat pd pemukaan lengan.waktu perdrhan rata2 antar kedua lubang dilporkan sbg hasil px
NB: bila dalam waktu 15 menit perdarahan belu berhenti, luka ditutup dgn menekannya dgn kapas kering. Laporkan hasil lebih dari 15 menit. Bila perdarahan kurang dari 1menit, pemeriksaan diulang pada lengan yang lain
Prosedur;
1. pasang tensimeter pd lengan atas pasien pada lipatan atas lengan. Tekanan diatur 40mmHg, dan tahan supaya konstan
2. desinfeksi permukaan lengan kira2 5-7 cm dibawah lipatan
3. kulit ditegangkan dgn menarik dari belakang lengan, kemudian tusuk dgn lancet kedalaman 3mm, bukan diatas jalur vena. Buat luka yg lain dgn jarak ±2cm drai luka yg pertama. Stopwatch dihidupkan
4. selang 30detik, darah dari luka tusukan ditempel dgn pinggiran kertas saring tanpa menyentuh kulit
5. ulangi setiap 30detik pada kertas saring mengelilingi lingkaran
6. saat darh berhenti, stopwatch dimatikan dan waktu dicatat
7. rata2 dari kedua luka tusukan dilaporkan sbg hasil pemeriksaan
Nilai normal: 1-7 menit dgn batas toleransi 7-11 menit
hitung eosinofil
Hitung Eosinophil
Prinsip: eos dihit tersendiri dgn lart pengencer yg dpt mewarnai eos tapisel leuko yg lain & eri lysis
Specimen: darah vena / kapiler dgn AK EDTA, heparin, double oksalat
Nilai nirmal: 150-300/mm3 darah
Lart pewarna& pengencer eos:
c. reagen pyloxine:
- propylene glikcol 50 ml (melisiskan eri)
- lart piloxin 1% dlm air 10 ml (mewarnai eos)
- lart Na carbonat 10% 1ml (melisikan leukosit yg lain)
- Aq 40ml
Campur sampai larut & saring, simpan dlm suhu kamar. Lart ini stabi; sampai 1 bulan
d. lart dungern:
- eosin 1-2% 1 bag
- aseton 2 bag
- Aq 8 bag
Prosedur: sama dgn hitung sel darah yg lain tapi pipet pengencer yg dipake ad/ pipet thoma leukosit, hisap darah sampai tanda 1, encerkan sampai tanda 11( penipisan 10 X). sebelum dihitung, kamar hitung diletakkan dlm kamar lembab selama 15 menit( selama periode ini berlangsun pewarnaan eos& lisisnya eri&leuko jenis lain.
Hitung eis dlm 9 kotak kmr hitung. Mis hasil perhitungan =N sel
Volume ruang hitung= 1x1x0,1x9 mm3= 0,9 mm3
0,9 mm3 cairan = N sel
1mm3 cairan= 10/9 N
Penipisan drah =10x
Jadi: 1mm3 darah= 10/9 X10N = 100/9 N
Atau jml eos/1mm3 darah= jml penghutungan eos dlm 9 kotak kamar hitung dikalikan 100/9
Catatan:
- pengenceran dgn lart eosin & aseton tidak melarutkan sel leuko jenis lain tapi berdasarkan warna merah eosin yg diikat oleh eos
- coz factor kesalahan tinggi maka disarankan u/ dilakukan secaraduplo
- factor kesalahan ±30%, jika pake kmr hitung neubauer, ±20% jika pake kmr hitung spear-levy ato fuchs-rosenthal karena vol kmr hitungnya lebih besar(tingginya 0,2 mm)
Prinsip: eos dihit tersendiri dgn lart pengencer yg dpt mewarnai eos tapisel leuko yg lain & eri lysis
Specimen: darah vena / kapiler dgn AK EDTA, heparin, double oksalat
Nilai nirmal: 150-300/mm3 darah
Lart pewarna& pengencer eos:
c. reagen pyloxine:
- propylene glikcol 50 ml (melisiskan eri)
- lart piloxin 1% dlm air 10 ml (mewarnai eos)
- lart Na carbonat 10% 1ml (melisikan leukosit yg lain)
- Aq 40ml
Campur sampai larut & saring, simpan dlm suhu kamar. Lart ini stabi; sampai 1 bulan
d. lart dungern:
- eosin 1-2% 1 bag
- aseton 2 bag
- Aq 8 bag
Prosedur: sama dgn hitung sel darah yg lain tapi pipet pengencer yg dipake ad/ pipet thoma leukosit, hisap darah sampai tanda 1, encerkan sampai tanda 11( penipisan 10 X). sebelum dihitung, kamar hitung diletakkan dlm kamar lembab selama 15 menit( selama periode ini berlangsun pewarnaan eos& lisisnya eri&leuko jenis lain.
Hitung eis dlm 9 kotak kmr hitung. Mis hasil perhitungan =N sel
Volume ruang hitung= 1x1x0,1x9 mm3= 0,9 mm3
0,9 mm3 cairan = N sel
1mm3 cairan= 10/9 N
Penipisan drah =10x
Jadi: 1mm3 darah= 10/9 X10N = 100/9 N
Atau jml eos/1mm3 darah= jml penghutungan eos dlm 9 kotak kamar hitung dikalikan 100/9
Catatan:
- pengenceran dgn lart eosin & aseton tidak melarutkan sel leuko jenis lain tapi berdasarkan warna merah eosin yg diikat oleh eos
- coz factor kesalahan tinggi maka disarankan u/ dilakukan secaraduplo
- factor kesalahan ±30%, jika pake kmr hitung neubauer, ±20% jika pake kmr hitung spear-levy ato fuchs-rosenthal karena vol kmr hitungnya lebih besar(tingginya 0,2 mm)
hitung trombosit metode Rees Ecker
hitung Trombosit Rees-Ecker
prinsip: darah diencerkan dgn lart yg mengandung brillian creasyl lue shg trombosit berwarna biru cerah. Perhitungan didasarkan pd pengenceran & volume cairan dlm kamar hitung
specimen: darah vena / kapiler dgn AK EDTA
reagen lart pengencer rees ecker:
na sitrat 3,8 gram
kristal BCB 0,1 gram
formalin 40% 0,2 ml
Aq 100ml
a. secara langsung
prosedur sama dgn hitung eritrosit, tapi setelah sample dimasukkan dlm kamar hitung. Kamar hitung diletakkan dlm ruangan lembab menggunakan petridish dgn dasar kertas saring basah selam 15 menit
pengamatan dibawah mikroskop dgn perbesaran 40x, jml trombosit yg dihitung adalah trombosit yg berada pd 4 petak hitung leukosit.
perhitungan :
jml trombosit dalam 4 kotak = T
jml volume 4 kotak = ( 1x1x 0,1)mm3 x 4 = 0,4 mm 3
0,4 mm3 = L
1 mm3 = L : 0,4 = 2,5 L
Darah diencerkan = 200x karena pakai pengenceran eritrosit. Jadi dalam 1 mm3 darah penderita = 2,5 L x 200 = 500 L
Atau : jml leukosit dalam 1 mm3 darah penderita = jml leukosit dalam 4 kotak kamar hitung dikalikan 50o
b. secara tidak langsung
jumlah trombosit ditentukan melalui pemeriksaan apusan darah, dimana jml trombosit dihitung dlm 1000 sel eri & juga menghitung eritrosit dlm kamar hitung.
Jml trombo = T : 1000 x 5juta (misal jml eri dlm kmr hit)
Ukuran normal: 150ribu – 350 ribu per mm3 darah
prinsip: darah diencerkan dgn lart yg mengandung brillian creasyl lue shg trombosit berwarna biru cerah. Perhitungan didasarkan pd pengenceran & volume cairan dlm kamar hitung
specimen: darah vena / kapiler dgn AK EDTA
reagen lart pengencer rees ecker:
na sitrat 3,8 gram
kristal BCB 0,1 gram
formalin 40% 0,2 ml
Aq 100ml
a. secara langsung
prosedur sama dgn hitung eritrosit, tapi setelah sample dimasukkan dlm kamar hitung. Kamar hitung diletakkan dlm ruangan lembab menggunakan petridish dgn dasar kertas saring basah selam 15 menit
pengamatan dibawah mikroskop dgn perbesaran 40x, jml trombosit yg dihitung adalah trombosit yg berada pd 4 petak hitung leukosit.
perhitungan :
jml trombosit dalam 4 kotak = T
jml volume 4 kotak = ( 1x1x 0,1)mm3 x 4 = 0,4 mm 3
0,4 mm3 = L
1 mm3 = L : 0,4 = 2,5 L
Darah diencerkan = 200x karena pakai pengenceran eritrosit. Jadi dalam 1 mm3 darah penderita = 2,5 L x 200 = 500 L
Atau : jml leukosit dalam 1 mm3 darah penderita = jml leukosit dalam 4 kotak kamar hitung dikalikan 50o
b. secara tidak langsung
jumlah trombosit ditentukan melalui pemeriksaan apusan darah, dimana jml trombosit dihitung dlm 1000 sel eri & juga menghitung eritrosit dlm kamar hitung.
Jml trombo = T : 1000 x 5juta (misal jml eri dlm kmr hit)
Ukuran normal: 150ribu – 350 ribu per mm3 darah
hitung retikolosit
Hitung Retikulosit
Prinsip: %retikkulosit thd seluruh eri yg beredar dlm sirkulasi darah dihitung dgn melihat tanda2 khusus berupa benang2 filamen sisa2 RNA yg terlihat melalui pewarnaan supravital
Specimen: darah vena / kapiler dgn AK EDTA, heparin/ camp oksalat
Reagen pewarna retikulosit:
a. Larutan new methylen blue normal
NaCl 0,8 gram
K2C2O4 1,4 gram
Kristal new methylen blue normal 0,5 gram
Aq 100 ml
b. larutan brillian cresyl blue(BCB)
kristal BCB 1,0 gram
PZ 99ml
Catatan: kedua reagen diatas harus disaring sesbelum digunakan
Prosedur:
1. 3tetes larutan pewrna ked lm tab rx
2. tambah 3 tetes darah specimen, homogenkan
(darah : lart pewarna = 1:1 )
3. biarkan camp dlm suhu kamar 15-30 menit/ inkubasi 37oC selama 10 menit, terjaadi pewarnaan supravital
4. camp dihomogenkan, dibuat apusan darah
5. amati dibawah mikroskop perbesaan 100x, retikulosit terlihat berwarna abu2 sampai kebiruan
6. catat jml reti % eritrosir sampai jumlah keduanya mencapai 1000 sel
7. persentase retikulosit dinyatakan dlm persen ato promil
uk.normal = 8-15 promil / 0,8 – 1,5 persen
Prinsip: %retikkulosit thd seluruh eri yg beredar dlm sirkulasi darah dihitung dgn melihat tanda2 khusus berupa benang2 filamen sisa2 RNA yg terlihat melalui pewarnaan supravital
Specimen: darah vena / kapiler dgn AK EDTA, heparin/ camp oksalat
Reagen pewarna retikulosit:
a. Larutan new methylen blue normal
NaCl 0,8 gram
K2C2O4 1,4 gram
Kristal new methylen blue normal 0,5 gram
Aq 100 ml
b. larutan brillian cresyl blue(BCB)
kristal BCB 1,0 gram
PZ 99ml
Catatan: kedua reagen diatas harus disaring sesbelum digunakan
Prosedur:
1. 3tetes larutan pewrna ked lm tab rx
2. tambah 3 tetes darah specimen, homogenkan
(darah : lart pewarna = 1:1 )
3. biarkan camp dlm suhu kamar 15-30 menit/ inkubasi 37oC selama 10 menit, terjaadi pewarnaan supravital
4. camp dihomogenkan, dibuat apusan darah
5. amati dibawah mikroskop perbesaan 100x, retikulosit terlihat berwarna abu2 sampai kebiruan
6. catat jml reti % eritrosir sampai jumlah keduanya mencapai 1000 sel
7. persentase retikulosit dinyatakan dlm persen ato promil
uk.normal = 8-15 promil / 0,8 – 1,5 persen
nilai rata-rata eritrosit
Nilai Rata-Rata Eritrosit
Mbtuhkan hasil dari: jml eritrosit, PCV(hematokrit) & kadar Hb
a. volume eri rata2(MCV) = PCV X 10 mikro kubik
jml eri dlm juta
uk.normal = 80-97 mikro kubik
arti klinis:
< 80mikrikubik: mikrositik
80-97 mikro kubik: normocytic
>97mikrokubik : makrocytic
b. konsentrsi Hb rata2(MCHC)= kadar Hb X 100%
hematokrit
uk.normal =32-36%
arti klinis:MCHC normal: normochromia
MCHC<32%: hipochgromia
MCHC>36%: hiperchromia
c.berat rata2 Hb dlm eri(MCH)= kadar Hb X 10 pikogram
jml eri dlm juta
uk.normal = 27-31 mikromikrogram/pikogram
arti klinis: sama dgn MCHC
Mbtuhkan hasil dari: jml eritrosit, PCV(hematokrit) & kadar Hb
a. volume eri rata2(MCV) = PCV X 10 mikro kubik
jml eri dlm juta
uk.normal = 80-97 mikro kubik
arti klinis:
< 80mikrikubik: mikrositik
80-97 mikro kubik: normocytic
>97mikrokubik : makrocytic
b. konsentrsi Hb rata2(MCHC)= kadar Hb X 100%
hematokrit
uk.normal =32-36%
arti klinis:MCHC normal: normochromia
MCHC<32%: hipochgromia
MCHC>36%: hiperchromia
c.berat rata2 Hb dlm eri(MCH)= kadar Hb X 10 pikogram
jml eri dlm juta
uk.normal = 27-31 mikromikrogram/pikogram
arti klinis: sama dgn MCHC
laju endap darah
.Laju Endap Darah
Nama lain: ESR: eritrosit sedimentation rate
BSE: blood sedimentation rate
BBS: blood bzinking snellhyd
Prinsip: darah AK dibiarkan didlm pipet ukuran ttu dlm posisi tegak lurus, kec eri mengendap dikur dlm jangka waktu tttu
1. Laju Endap Darah Westergreen Asli
specimen:darah AK Nasitrat 3,8% dlm rasio 3:1
prosedur:
a. drah AK Nasitrat yg telah homogen dipipet dgn pipet westergreen sampai tanda 0
b. taruh dlm rak LED posisi tegaknlurus, tungu selama 1 jam, catat panj plasma
ukuran normal:
dewasa pria : 0-15 mm per jam
dewasa wanita : 0-20 mm per jam
anak2 : 0-10 mm per jam
2. Laju Endap Darah Westergreen Modifikasi
Specimen: darah EDTA
Prinsip; sama dgn cara asli tapi AK yg dipakai serbuk kering shg di+kn PZ guna mempertahankan pegenceran
Prosedur:
a. 0,25 ml PZ ked lm tab pencampur, di+ darah EDTA 1 ml, hoogenkan
b. Pipet dgn pipet westergreen sampai tanda 0, pasang pd rak LED posisi tegak lurus
c. Tunggu 1jam ato 2 jam, catat panj plasma
Ukuran normal:
Pria : 0-9 mm per jam
Wanita : 0-20 mm per jam
3. Laju Endap Darah Wintrobe&Landsberg
specimen: darah EDTA ato K/ammonium oksalat
prosedur:
a. homogenkan sample, isikan specimen ked lm tab wintrobe pke pipet Pasteur/lidi/rambut sapu lantai sampai miniskus tanda 0 diatas tab. Tidak boleh terdapat gelembung udara
b. tempatkan tab pd rak posisi tegak lurus, tunggu selama 60 meit
c. panj plasma dilaporkan sbg hasil px dlm satuan mm
ukuran normal: idem LED modifikasi
Nama lain: ESR: eritrosit sedimentation rate
BSE: blood sedimentation rate
BBS: blood bzinking snellhyd
Prinsip: darah AK dibiarkan didlm pipet ukuran ttu dlm posisi tegak lurus, kec eri mengendap dikur dlm jangka waktu tttu
1. Laju Endap Darah Westergreen Asli
specimen:darah AK Nasitrat 3,8% dlm rasio 3:1
prosedur:
a. drah AK Nasitrat yg telah homogen dipipet dgn pipet westergreen sampai tanda 0
b. taruh dlm rak LED posisi tegaknlurus, tungu selama 1 jam, catat panj plasma
ukuran normal:
dewasa pria : 0-15 mm per jam
dewasa wanita : 0-20 mm per jam
anak2 : 0-10 mm per jam
2. Laju Endap Darah Westergreen Modifikasi
Specimen: darah EDTA
Prinsip; sama dgn cara asli tapi AK yg dipakai serbuk kering shg di+kn PZ guna mempertahankan pegenceran
Prosedur:
a. 0,25 ml PZ ked lm tab pencampur, di+ darah EDTA 1 ml, hoogenkan
b. Pipet dgn pipet westergreen sampai tanda 0, pasang pd rak LED posisi tegak lurus
c. Tunggu 1jam ato 2 jam, catat panj plasma
Ukuran normal:
Pria : 0-9 mm per jam
Wanita : 0-20 mm per jam
3. Laju Endap Darah Wintrobe&Landsberg
specimen: darah EDTA ato K/ammonium oksalat
prosedur:
a. homogenkan sample, isikan specimen ked lm tab wintrobe pke pipet Pasteur/lidi/rambut sapu lantai sampai miniskus tanda 0 diatas tab. Tidak boleh terdapat gelembung udara
b. tempatkan tab pd rak posisi tegak lurus, tunggu selama 60 meit
c. panj plasma dilaporkan sbg hasil px dlm satuan mm
ukuran normal: idem LED modifikasi
hitung luekosit
1. Hitung leukosit Manual
Alat:
1. pipet thoma eri dgn aspiratornya
2. lart.pengencer leukosit
a. acetic acid 2% (V/V)
b. hydrochloric acid 1% (V/V)
c. lart. Turk (dpt melarutkan sel2 lain juga sbg pewarnw inti leukosit):
- acetic acid glacial 3 ml
- lart. Gentian violet 1% 1 ml
- Aq add 100 ml
3. kapas kering
3. mikroskop
4. hemocytometer (kamar hitung)
perhitungan :
jml leukosit dalam 4 kotak = L
jml volume 4 kotak = ( 1x1x 0,1)mm3 x 4 = 0,4 mm 3
0,4 mm3 = L
1 mm3 = L : 0,4 = 2,5 L
Darah diencerkan = 20 x
Jadi dalam 1 mm3 darah penderita = 2,5 L x 20 = 50 L
Atau : jml leukosit dalam 1 mm3 darah penderita = jml leukosit dalam 4 kotak kamar hitung dikalikan 50
Ukuran normal: sangat relative coz tgt beberapa hal, umumnya 4-10 ribu/mm3 darah
Diatas normal:leukositosis, dibawah normal: leukopeni
Catatan:
a) dalam kasus tertentu mis penderita leukemia dgn jml leukosit diatas 10 ribu/mm3, pengenceran dpt dilakukan 100 kali dengan pipet pengencer eritrosit
b) jika jml leukosit kurang dari 3 ribu/mm3 pengenceran diperkecil mjd 10x agar lebih teliti
c) perhitungan sel harus segera selesai sebelum d=cairan dlm kamar hitung menguap sebagian
d) factor kesalahan cara ini ±15%
2. Hitung Eritrosit Manual
Perbedaan dgn hitung eri:
1. lart pengencer harus bersifat isotonis agar eri tidak lisis
Lart. Pengencer;
a. lart. hayem
sodium sulfat 2,50 gram
sodium chloride 0,5 gram
mercury chloride 0,25 gram
Aq add 100 ml
b. lart, gower
sodium sulfat 12,5 gram
acetic acid glacial 33,3 ml
Aq add 200 ml
c. PZ
2. pengenceran sebanyak 200x dgn menggunakan pipet pengencer eritrosit
3. perhitungan
Volume 1 kotak untuk hitung eri = 0,2 x 0,2 x 0,1 mm3 0,004 mm3
Volume 5 kotak = 5 x 0,004 mm3 = 0,02 mm3
Jml eri dalam 5 kotak = E, maka dalam 1 mm3 cairan mgd 1 : 0,02 x E = 50 E
Pengenceran darah = 200x , maka jml eri dalm 1 mm3 darah = 200x500 E= 10000E
Atau, “jml eri dalam 1 mm3 darah = jmleri dlm 5 kotak perhitungna dikalikan 10000”
Catatan:
a. perhitungan harus segera selesai sebelum cairan dalam kamar hitung mongering sebagian
b. dalam keadaan tertentu mis polycythemia, jml eri sgt tinggi shg sulit dihitung. Diatasi dgn pengenceran darah dibuat lebih tinggi mis dgn memipet darah sampai tanda 0,3 lalu diencerkan sam[ai tanda 101 maka pengenceran mjd 333x
c. penderita anemia, jml eri sgt rendah shg pengencrean cukup 100x
d. bila saat px dgn lart hayem darah mengalalmi aglutinasi maka [x harus fiulang dgn lat PZ atau lart,gower. Biasanya ini terjadi pada penderita hiperglobulinemia
e. kesalahan cara in ± 20%
ukuran normal jml eri:
dewasa wanita ; 3,6-5 juta/mm3 darah
dewasa pria ; 4,2-5,4 juta/mm3 darah
saat lahir:5-6,5 jiuta/mm3 darah
3. differential Counting
Ada 6 jenis leukosit dewasa yang dihitung persentase relatifny adalam 100 sel, yaitu;
Eosinofil : ………………..%
Basofil : ………………..%
Band/stab neutrofil : ………………..%
Segmented neutrofil : ………………..%
Limfosit : ………………..%
Monosit : ………………..%
Batasan normal:
bayi Usia 4-6 tahun Dewasa
Eosinofil 1-3% 1-3% 1-3%
Basofil 0-1% 0-1% 0-1%
Band/stab neutrofil 0-1% 1-2% 2-4%
Segmented neutrofil 25-50% 35-55% 50-65%
Limfosit 30-65 40-60% 25-40%
Monosit 4-8% 4-8% 4-10%
Alat:
1. pipet thoma eri dgn aspiratornya
2. lart.pengencer leukosit
a. acetic acid 2% (V/V)
b. hydrochloric acid 1% (V/V)
c. lart. Turk (dpt melarutkan sel2 lain juga sbg pewarnw inti leukosit):
- acetic acid glacial 3 ml
- lart. Gentian violet 1% 1 ml
- Aq add 100 ml
3. kapas kering
3. mikroskop
4. hemocytometer (kamar hitung)
perhitungan :
jml leukosit dalam 4 kotak = L
jml volume 4 kotak = ( 1x1x 0,1)mm3 x 4 = 0,4 mm 3
0,4 mm3 = L
1 mm3 = L : 0,4 = 2,5 L
Darah diencerkan = 20 x
Jadi dalam 1 mm3 darah penderita = 2,5 L x 20 = 50 L
Atau : jml leukosit dalam 1 mm3 darah penderita = jml leukosit dalam 4 kotak kamar hitung dikalikan 50
Ukuran normal: sangat relative coz tgt beberapa hal, umumnya 4-10 ribu/mm3 darah
Diatas normal:leukositosis, dibawah normal: leukopeni
Catatan:
a) dalam kasus tertentu mis penderita leukemia dgn jml leukosit diatas 10 ribu/mm3, pengenceran dpt dilakukan 100 kali dengan pipet pengencer eritrosit
b) jika jml leukosit kurang dari 3 ribu/mm3 pengenceran diperkecil mjd 10x agar lebih teliti
c) perhitungan sel harus segera selesai sebelum d=cairan dlm kamar hitung menguap sebagian
d) factor kesalahan cara ini ±15%
2. Hitung Eritrosit Manual
Perbedaan dgn hitung eri:
1. lart pengencer harus bersifat isotonis agar eri tidak lisis
Lart. Pengencer;
a. lart. hayem
sodium sulfat 2,50 gram
sodium chloride 0,5 gram
mercury chloride 0,25 gram
Aq add 100 ml
b. lart, gower
sodium sulfat 12,5 gram
acetic acid glacial 33,3 ml
Aq add 200 ml
c. PZ
2. pengenceran sebanyak 200x dgn menggunakan pipet pengencer eritrosit
3. perhitungan
Volume 1 kotak untuk hitung eri = 0,2 x 0,2 x 0,1 mm3 0,004 mm3
Volume 5 kotak = 5 x 0,004 mm3 = 0,02 mm3
Jml eri dalam 5 kotak = E, maka dalam 1 mm3 cairan mgd 1 : 0,02 x E = 50 E
Pengenceran darah = 200x , maka jml eri dalm 1 mm3 darah = 200x500 E= 10000E
Atau, “jml eri dalam 1 mm3 darah = jmleri dlm 5 kotak perhitungna dikalikan 10000”
Catatan:
a. perhitungan harus segera selesai sebelum cairan dalam kamar hitung mongering sebagian
b. dalam keadaan tertentu mis polycythemia, jml eri sgt tinggi shg sulit dihitung. Diatasi dgn pengenceran darah dibuat lebih tinggi mis dgn memipet darah sampai tanda 0,3 lalu diencerkan sam[ai tanda 101 maka pengenceran mjd 333x
c. penderita anemia, jml eri sgt rendah shg pengencrean cukup 100x
d. bila saat px dgn lart hayem darah mengalalmi aglutinasi maka [x harus fiulang dgn lat PZ atau lart,gower. Biasanya ini terjadi pada penderita hiperglobulinemia
e. kesalahan cara in ± 20%
ukuran normal jml eri:
dewasa wanita ; 3,6-5 juta/mm3 darah
dewasa pria ; 4,2-5,4 juta/mm3 darah
saat lahir:5-6,5 jiuta/mm3 darah
3. differential Counting
Ada 6 jenis leukosit dewasa yang dihitung persentase relatifny adalam 100 sel, yaitu;
Eosinofil : ………………..%
Basofil : ………………..%
Band/stab neutrofil : ………………..%
Segmented neutrofil : ………………..%
Limfosit : ………………..%
Monosit : ………………..%
Batasan normal:
bayi Usia 4-6 tahun Dewasa
Eosinofil 1-3% 1-3% 1-3%
Basofil 0-1% 0-1% 0-1%
Band/stab neutrofil 0-1% 1-2% 2-4%
Segmented neutrofil 25-50% 35-55% 50-65%
Limfosit 30-65 40-60% 25-40%
Monosit 4-8% 4-8% 4-10%
mikro/mikro hematokrit
A.MIKRO HEMATOKRIT
Specimen: darah vena atau kspiler dgn AK EDTA, heparin atau camp.ammonium/kalium oksalat
Alat:
1. tab HCT mokro, berupa pipa gelas kapiler dengan ukuran panj.± 7cm, diameter1mm
2. adonan wax
3. sentrifuge HCT mikro dgn kemampuan putar 11500-15000rpm
4. skala pembacaan HCT mikro
ukuran normal:
saat lahir: 50-62%
usia 1 th: 31-39%
dewasa wanita ;36-46%
dewasa pria : 42-52%
catatan:
1. penutupan lubang kapiler kurang sempurna, hasil HCT rendah palsu coz sebagian darah menembus keluar
2. penempatan tab.kapiler pada jari2 sentrifuge kurang mapan&penutup kurang rapat, hasil tinggi palsu. Coz kurang fixnya tab kapiler shg bergerak2 saat disentrifuge. Demikian pula apabila terlalu lama dibiarkan setelah disentrifuge.
3. pemakaian AK yg berlebihan, hasil rendah palsu
B. MAKRO HEMATOKRIT
Alat:
1. tab wintrobe
2. pipet Pasteur dgn ujung kapiler panjang
3. interval timer atau stopwatch
4. sentrifuge (saat px tab.wintrobe diputar dgn kec 2500 rpm selama 30 menit
specimen: darah vena dgn AK EDTA ataumosalat. Darah kapiler tidak digunakan
ukuran normal: sama dgn mkiikro HCT
catatan ;
1. diatas endapan eri yg mampat terdapat lapisan keabu-abuan(buffy coat), tidak dibaca sbg miniskus, lap ini mgd leukosit dan yg palingn ats adalah trombosit
Specimen: darah vena atau kspiler dgn AK EDTA, heparin atau camp.ammonium/kalium oksalat
Alat:
1. tab HCT mokro, berupa pipa gelas kapiler dengan ukuran panj.± 7cm, diameter1mm
2. adonan wax
3. sentrifuge HCT mikro dgn kemampuan putar 11500-15000rpm
4. skala pembacaan HCT mikro
ukuran normal:
saat lahir: 50-62%
usia 1 th: 31-39%
dewasa wanita ;36-46%
dewasa pria : 42-52%
catatan:
1. penutupan lubang kapiler kurang sempurna, hasil HCT rendah palsu coz sebagian darah menembus keluar
2. penempatan tab.kapiler pada jari2 sentrifuge kurang mapan&penutup kurang rapat, hasil tinggi palsu. Coz kurang fixnya tab kapiler shg bergerak2 saat disentrifuge. Demikian pula apabila terlalu lama dibiarkan setelah disentrifuge.
3. pemakaian AK yg berlebihan, hasil rendah palsu
B. MAKRO HEMATOKRIT
Alat:
1. tab wintrobe
2. pipet Pasteur dgn ujung kapiler panjang
3. interval timer atau stopwatch
4. sentrifuge (saat px tab.wintrobe diputar dgn kec 2500 rpm selama 30 menit
specimen: darah vena dgn AK EDTA ataumosalat. Darah kapiler tidak digunakan
ukuran normal: sama dgn mkiikro HCT
catatan ;
1. diatas endapan eri yg mampat terdapat lapisan keabu-abuan(buffy coat), tidak dibaca sbg miniskus, lap ini mgd leukosit dan yg palingn ats adalah trombosit
hematokrit
Hematokrit (HCT) atau PCV(packed cells volume)
Prinsip: darah AK disentrifuge dalam kecepatan dan waktu putar tertentu, shg sel2nya memisah dalam keadaan mampat/padat. Persentase volume mampatan sel thd volume darah emula dicatat hasil pemeriksaan HCT(PCV)
Prinsip: darah AK disentrifuge dalam kecepatan dan waktu putar tertentu, shg sel2nya memisah dalam keadaan mampat/padat. Persentase volume mampatan sel thd volume darah emula dicatat hasil pemeriksaan HCT(PCV)
pengambilan sampel sputum
PENGAMBILAN SAMPEL SPUTUM UNTUK PEMERIKSAAN BASIL TAHAN ASAM
(Mycobacterium tuberculosis)
Tujuan : mendapatkan spesimen sputum yang memenuhi persyaratan untuk
pemeriksaan pewarnaan basil tahan asam
Waktu : diperlukan 3 kali pengambilan ssputum dalam 2 kali kunjungan, yaitu
Sputum sewaktu (S), yaitu ketika penderita pertama kali dating;
Sputum pagi (P) , keesokan harinya ketika penderita dating lagi dengan
membawa sputum pagi ( sputum pertama setelah bangun tidur)
Sputum sewaktu (S), yaitu saat penderita tiba di laboratorium.,penderita
diminta mengeluarkan sputumnya lagi
Alat-alat : – wadah setril dari gelas/plastik bermulut lebar bertutut ulir
Cara kerja :
1. Berikan penjelasan pada penderita bagaimana cara membantukkan sputum yang baik yaitu :
kumur- kumur lebih dahulu, tarik nafas 2 – 3 kali, tahan beberapa detik , kemudian
batukkan kuat-kuat
2. Taruh wadah sputum dekat bibir dan masukkan sputum kedalamnya.
3. sputum yang baik adalah yang kental dan jumlahnya cukup 2 – 3 ml
4. tutup wadah sputum dengan rapat
5. Berikan label berisi tanggal pemeriksaan,nama pasien dan jenis spesimen
(Mycobacterium tuberculosis)
Tujuan : mendapatkan spesimen sputum yang memenuhi persyaratan untuk
pemeriksaan pewarnaan basil tahan asam
Waktu : diperlukan 3 kali pengambilan ssputum dalam 2 kali kunjungan, yaitu
Sputum sewaktu (S), yaitu ketika penderita pertama kali dating;
Sputum pagi (P) , keesokan harinya ketika penderita dating lagi dengan
membawa sputum pagi ( sputum pertama setelah bangun tidur)
Sputum sewaktu (S), yaitu saat penderita tiba di laboratorium.,penderita
diminta mengeluarkan sputumnya lagi
Alat-alat : – wadah setril dari gelas/plastik bermulut lebar bertutut ulir
Cara kerja :
1. Berikan penjelasan pada penderita bagaimana cara membantukkan sputum yang baik yaitu :
kumur- kumur lebih dahulu, tarik nafas 2 – 3 kali, tahan beberapa detik , kemudian
batukkan kuat-kuat
2. Taruh wadah sputum dekat bibir dan masukkan sputum kedalamnya.
3. sputum yang baik adalah yang kental dan jumlahnya cukup 2 – 3 ml
4. tutup wadah sputum dengan rapat
5. Berikan label berisi tanggal pemeriksaan,nama pasien dan jenis spesimen
pengambilan sampel tinja untuk pemeriksaan feses
PENGAMBILAN SAMPEL TINJA UNTUK PEMERIKSAAN FESES RUTIN
Tujuan : mendapatkan spesimen tinja/feses yang memenuhi persyaratan untuk
pemeriksaan feses rutine
Waktu : pengambilan dilakukan setiap saat, terutama pada gejala awal dan sebaiknya
sebelum pemberian anti biotik.
Alat-alat : – lidi kapas steril
- pot tinja
Cara kerja :
1. Penderita diharuskan buang air kecil terlebih dahulu karena tinja tidak boleh boleh tercemar
urine
2. inntruksikan pada penderita untuk buang air besar langsung kedalam pot tinja ( kira kira 5
gram )
3. tutup pot dengan rapat
4. Berikan label berisi tanggal pemeriksaan,nama pasien dan jenis spesime
Tujuan : mendapatkan spesimen tinja/feses yang memenuhi persyaratan untuk
pemeriksaan feses rutine
Waktu : pengambilan dilakukan setiap saat, terutama pada gejala awal dan sebaiknya
sebelum pemberian anti biotik.
Alat-alat : – lidi kapas steril
- pot tinja
Cara kerja :
1. Penderita diharuskan buang air kecil terlebih dahulu karena tinja tidak boleh boleh tercemar
urine
2. inntruksikan pada penderita untuk buang air besar langsung kedalam pot tinja ( kira kira 5
gram )
3. tutup pot dengan rapat
4. Berikan label berisi tanggal pemeriksaan,nama pasien dan jenis spesime
pengambilan sampel urine untuk pemeriksaan urinalisa
PENGAMBILAN SAMPEL URINE UNTUK PEMERIKSAAN URINALISA
Tujuan : mendapatkan spesimen urine yang memenuhi persyaratan untuk
pemeriksaan urinalisa
Waktu : pengambilan sebaiknya sebelum pemberian anti biotik. Untuk Pemeriksaan
test kehamilan dan sedimen dipakai urine pagi hari.
Alat-alat : wadah setril dari gelas/plastik bermulut lebar bertutut rapat, ukuran ± 50 ml
Cara kerja :
1. Penderita diminta untuk mengeluarkan urine
2. Aliran urine ditampung dalam wadah yang sudah disediakan.
3. Hindari urine mengenai lapisan tepi wadah .
4. Setelah penampungan urine selesai wadah di tutup dengan rapat
5. Berikan label berisi tanggal pemeriksaan,nama pasien dan jenis spesimen
Tujuan : mendapatkan spesimen urine yang memenuhi persyaratan untuk
pemeriksaan urinalisa
Waktu : pengambilan sebaiknya sebelum pemberian anti biotik. Untuk Pemeriksaan
test kehamilan dan sedimen dipakai urine pagi hari.
Alat-alat : wadah setril dari gelas/plastik bermulut lebar bertutut rapat, ukuran ± 50 ml
Cara kerja :
1. Penderita diminta untuk mengeluarkan urine
2. Aliran urine ditampung dalam wadah yang sudah disediakan.
3. Hindari urine mengenai lapisan tepi wadah .
4. Setelah penampungan urine selesai wadah di tutup dengan rapat
5. Berikan label berisi tanggal pemeriksaan,nama pasien dan jenis spesimen
pengambilan darah kapiler
DARAH KAPILER
Tujuan : mendapatkan spesimen darah kapiler yang memenuhi persyaratan untuk
pemeriksaan golongan darah dan beberapa pemeriksaan rapid test imunologi
Lokasi : – ujung jari tangan / anak daun telinga ( dewasa )
- tumit / ibu jari kaki ( bayi )
Alat-alat : – alcohol 70%
- lancet steril
-kapas steril
-plester
Cara kerja :
1. Bersihkan daerah yang akan di tusuk alcohol 70% dan biarkan menjadi kering kembali
2. Pegang bagian yang akan di tusuk supaya tidak bergerak dan di tekan sedikit agar rasa nyeri
berkurang
3. Tusuk dengan cepat memakai lancet steril. Pada ibu jari tusukan tegak lurus dengan garis sidik jari. Bila memakai anak daun telinga tusukan dilakukan dipinggir bukan pada sisinya. Tusukan harus cukup dalam .
4. Buang tetes darah pertama keluar dengan memakai kapas kering. Tetes darah berikutnya
dipakai untuk Pemeriksaan.
Tujuan : mendapatkan spesimen darah kapiler yang memenuhi persyaratan untuk
pemeriksaan golongan darah dan beberapa pemeriksaan rapid test imunologi
Lokasi : – ujung jari tangan / anak daun telinga ( dewasa )
- tumit / ibu jari kaki ( bayi )
Alat-alat : – alcohol 70%
- lancet steril
-kapas steril
-plester
Cara kerja :
1. Bersihkan daerah yang akan di tusuk alcohol 70% dan biarkan menjadi kering kembali
2. Pegang bagian yang akan di tusuk supaya tidak bergerak dan di tekan sedikit agar rasa nyeri
berkurang
3. Tusuk dengan cepat memakai lancet steril. Pada ibu jari tusukan tegak lurus dengan garis sidik jari. Bila memakai anak daun telinga tusukan dilakukan dipinggir bukan pada sisinya. Tusukan harus cukup dalam .
4. Buang tetes darah pertama keluar dengan memakai kapas kering. Tetes darah berikutnya
dipakai untuk Pemeriksaan.
pewarnaan basil tahan asam(BTA)
TEKNIK ISOLASI
PENDAHULUAN
Di alam bebas tidak ada mikroorganisme yang hidup tersendiri terlepas dari spesies-spesies lainnya. Sehingga sering kali kuman patogen kedapatan bersama-sama dengan mikroorganisme saprofit. Untuk mencegah masuknya mikroorganisme yang tidak diinginkan dan untuk menanam suatu spesies terdapat beberapa cara yaitu :
1. Penanaman dengan penggoresan ( penanaman pada permukaan agar-agar ), merupakan cara rutin yang dipakai untuk mengasingkan kuman agar didapatkan biakan murni. Sebuah ose (sengkelit) bulat (panjang kawat = 7,5 cm dan diameter 2 mm) digunakan untuk menempelkan bahan pemeriksaan (BP) yang akan dibiakan lalu goreskan pada tepi permukaan perbenihan agar padat dan kering. BP disebarkan tipis-tipis di seluruh permukaan lempeng agar dalam rangkaian garis – garis sejajar pada segmen –segmen lempeng yang berbeda. Sesudah dilakukan pengeraman akan didapatkan pertumbuhan yang rapat pada goresan yang pertama, tetapi selanjutnya pada goresan terakhir akan terlihat koloni-koloni terpisah.
2. Penanaman lapangan (permadani); penanaman lapangan dikerjakan dengan membasahi seluruh permukaan lempeng agar dengan suspensi kuman. Setelah dilakukan pengeraman akan terlihat pertumbuhan kuman yang merata. Biakan ini berguna untuk penentuan jenis kuman dengan bakteriofaga dan uji kepekaan terhadap antibiotika.
3. Biakan agar tabung dikerjakan dengan menggoreskan kuman pada agar tabung biasanya dipergunakan untuk mendapatkan pertumbuhan murni kuman untuk aglutinasi gelas alas.
4. Biakan tusukan; dikerjakan dengan menusukkan ose jarum (p=11cm) yang mengandung biakan / koloni kuman pada perbenihan. Biakan tusukan dipakai untuk menunjukan adanya pencairan gelatin dan mempertahankan biakan baku.
5. Biakan agar tuang; perbenihan agar-agar (15 ml) dalam tabung reaksi dicairkan dan biarkan mendingin dalam penangas air (45-50o C),selanjutnya dituangkan 1 ml biakan yang telah diencerkan sesuai dengan perkiraan pada media agar yang mencair dan diaduk perlahan-lahan. Selanjutnya seluruh isi tabung dituangkan ke dalam lempeng petri, dibiarkan membeku dan setelah dilakukan pengeraman akan tumbuh koloni yang tersebar dalam perbenihan. Cara ini menunjukkan jumlah kuman hidup yang terdapat pada suspensi, dapat digunakan untuk membiakkan air kemih kuantitatif dan perhitungan kuantitatif kuman dalam air / pangan.
6. Biakan cair, terdapat di dalam tabung, botol atau erlenmayer dapat ditanami denan mencelupkan ose yang mengandung kuman. Biakan cair diperlukan untuk menunjukkan biakan yang banyak cepat. Kerugian dari biakan ini adalah tidak dapat membuat biakan murni bahan yang mengandung berbagai mikroorganisme.
PROSEDUR KERJA
Tujuan :
1. Mengetahui cara penanaman kuman pada berbagai jenis media
2. Melakukan isolasi kuman untuk mendapatkan koloni kuman yang terpisah
Cara kerja :
I. PENANAMAN PADA MEDIA PADAT BENTUK PLATE
1. Goresan sejajar : (isolasi)
- Ose dibakar sampai steril, dinginkan.
- Dengan ose yang sudah steril, diambil sampel atau bakteri kultur, dipulaskan disalah satu sisi atau tepi media jangan menyentuh dinding petri dish.
- Dengan ose steril yang lain, pulasan itu digores-goreskan sejajar sampai memenuhi permukaan media.
2. Goresan sejajar melingkar : (isolasi)
- Ose dibakar sampai steril, dinginkan.
- Dengan ose yang sudah steril, diambil sampel atau bakteri kultur, dipulaskan disalah satu sisi atau tepi media jangan menyentuh dinding petri dish.
- Dengan ose steril yang lain, pulasan itu digores-goreskan sejajar pada salah satu tepi media, dengan salah satu sisinya.
- Ose dibalik untuk melanjutkan goresan-goresan sejajar pertama setelah medianya diputar 90o.
- Dengan ose yang dimiringkan goresan-goresan sejajar kedua, digoreskan sejajar lagi setelah media diputar 90o.
- Media diputar 90o, goresan-goresan sejajar yang ketiga digoreskan sejajar lagi dengan ose yang dibalik, sampai memenuhi permukaan media plate
3. Cara taburan : (isolasi dan memperbanyak).
- Suspensi sampel cair atau kultur bakteri di dalam media cair diambil dengan pipet steril sebanyak 0,1 ml diteteskan dipermukaan media plate tepat ditengah- tengahnya.
- Dengan mengunakan spatel yang terbuat dari kaca atau kawat, yang sudah steril dan dingin, tetesan itu diratakan pada seluruh permukaan media plate.
4. Cara penuangan : (penghitungan)
- Suspensi sampel/sampel cair diteteskan ke dalam petri dish steril sebanyak 0,1 atau 1 ml secara steril.
- Dituangi media padat steril yang dicairkan sebanyak sampai menutupi semua permukaan dasar petri dish.
- Campur baik-baik, tunggu sampai agar-agarnya membeku.
- Dibalik, masukan ke Inkubator 37oC 48 jam.
Catatan : media yang digunakan tergantung dari jenis bakteri yang dihitung.
Pembacaan :
- Pertumbuhan bakteri pada media padat disebut koloni, yaitu kelompokan-
kelompokan bakteri yang tumbuh pada media tersebut.
- Koloni bakteri pada media padat denga tujuan isolasi dapat dibedakan
berdasarkan kriteria sebagai berikut :
1. Ukuran : diukur berapa diameternya dengan satuan mm
2. Warna : putih, kuning, hitam, hijau, merah, dan sebagainya
3. Bentuk : bulat, serabut, bergelombang, rhizoid, dan sebagainya
4. Permukaan : datar, cembung, cekung, kasar(rough), halus(smooth)
5. Sifatnya : keruh, jernih, kering, berlendir, melekat pada pembenihan, menjalar, hemolitis, anhemolitis, dan sebagainya.
- Koloni bakteri yang tumbuh pada media padat bentuk plate, dengan tujuan memperbanyak, yang penting diperhatikan selain adanya pertumbuhan koloni juga kemurnian koloni itu.
- Koloni bakteri yang tumbuh pada media padat bentuk plate, dengan tujuan penghitungan kriteria koloni tidak perlu diperhatikan, tetapi tinggal dihitung saja.
Diposkan oleh Ripani_Musyaffa di 21:26 1 komentar
Label: Isolasi Bakteri
Reaksi:
PEWARNAAN BTA
PENDAHULUAN
Salah satu bahan yang digunakan untuk mendiagnosa adalah dahak atau sputum. Dahak yang diperiksa paling sedikit 3-5 cc. Jika jumlah kuman kurang dari 5000 dalam 1 cc dahak, maka itu tidak akan kelihatan di bawah mikroskop.
Dahak yang diambil ialah dahak yang kental kuning kehijauan sebanyak 3-5 cc, dengan waktu pengambilan sebagai berikut :
• Dahak sewaktu, penderita datang berobat dengan keluhan apa saja ke poliklinik.
• Dahak pagi, yang diambil besok paginya begitu bangun tidur.
• Dahak sewaktu, yang diambil sewaktu penderita mengantar dahak pagi tersebut.
Ludah tidak dapat diperiksa karena ludah berasal dari kelenjar dalam rongga mulut. Biasanya dalam ludah tidak terdapat kuman TB.
Bakteri tahan asam adalah bakteri yang mempertahankan zat warna karbol-fuchsin (fuchsin basayang dilarutkan dalam suatu campuran phenol-alkohol-air) meskipun dicuci dengan asam klorida dalam alkohol. Sediaan sel bakteri pada gelas alas disiram dengan cairan karbol fuchsin kemudian dipanaskan sampai keluar uap. Setelah itu, zat warna dicuci dengan asam alkohol dan akhirnya diberi warna kontras (biru atau hijau). Bakteri-bakteri tahan asam (spesies Mycobakterium dan beberapa Actinomycetes yang serumpun) berwarna merah dan yang lain-lain akan berwarna sesuai warna kontras.
Mycrobakteria adalah bakteri aerob berbentuk batang, yang tidak membentuk spora. Walaupun tidak mudah diwarnai bakteri ini tahan terhadap penghilangan warna (deklorisasi) oleh asam atau alkohol dan karena itu dinamakan basil tahan asam. Ciri –ciri khas Mycobakterium tuberculosis dalam jaringan, basil tuberkel merupakan batang ramping lurus berukuran kira-kira 0,4 x 3 µm. Pada perbenihan buatan terlihat bentuk coccus dan filamen. Mycobakteria tidak dapat diklasifikasikan sebagai gram positif atau gram negatif. Sekali diwarnai dengan zat warna basa, warna tersebut tidak dapat dihilangkan dengan alkohol, meski dibubuhi dengan iodium. Basil tuberkel yang sebenarnya ditandai oleh sifat tahan asam misalnya 95 % etil alkohol yang mengandung 3 % asam hidroklorida (asam alkohol) dengan cepat akan menghilangkan warna semua bakteri kecuali Mycobakteria. Sifat tahan asam ini bergantung pada integritas struktur selubung berlilin. Pada dahak atau irisan jaringan, Mycobakteria dapat diperlihatkan karena memberi fluoresensi kuning jingga setelah diwarnai dengan zat warna fluorokrom (misalnya auramin, rodamin).
PROSEDUR KERJA
Metode : Zeihl neelsen
Tujuan : Untuk mencari BTA
Prinsip :
Dinding bakteri yang tahan asam mempunyai lapisan lilin dan lemak yang sukar ditembus cat. Oleh karena pengaruh fenol dan pemanasan maka lapisan lilin dan lemak itu dapat ditembus cat basic fuchsin. Pada waktu pencucian lapisan lilin dan lemak yang terbuka akan merapat kembali. Pada pencucian dengan asam alkohol warna fuchsin tidak dilepas. Sedangkan pada bakteri tidak tahan asam akan luntur dan mengambil warna biru dari methylen blue.
Prosedur Pembuatan Sediaan
• Diambil kaca sediaan yang bersih, bebas lemak dan tidak ada goresan.
• Disiapkan sebuah kaca sediaan yang diberi tanda ukuran 2X3 cm sebagai pola.
• Diletakkan kaca pola dibawah kaca sediaan.
• Lampu speritus dinyalakan dan ose dipanaskan sampai membara mulai ujung sampai kepangkal.
• Dengan menggunakan ose steril lalu diambil bagian sputum yang kental berwarna putih kekuninggan atau putih kehijauan, lalu diletakkan pada kaca sediaan.
• Sputum diratakan seperti terlihat pada gambar :
• Dimasukkan ose kedalam botol yang berisi pasir dan olkohol 70 %(tinggi alkohol ± 3 cm diatas pasir). Kemudian tangkai ose digoyangkan pelan-pelan untuk melepaskan sisa partikel sputum yang melekat pada ose.
• Letakkan ose berdekatan pada api spiritus, setelah kering barulah dibakar sampai pijar.
• Keringkan sediaan pada suhu kamar, jangan dikeringkan di atas nyala api.sediaan dilewatkan diatas nyala api lampu speritus sebanyak 3 X selama 3-5 detik.
Prosedur Pewarnaan
• Letakkan sediaan di atas rak pewarnaan dengan apusan menghadap ke atas.
• Tuangkan Carbol Fuchsin sampai menutupi seluruh permukaan kaca sediaan.
• Panaskan kaca sediaan secara hati-hati dengan caara melewatkan nyala api pada bagian bawah kaca sehingga keluar uap(jangan sampai mendidih) selama 3 menit.
• Sediaan dibiarkan hingga dinginn selama 5 menit.
• Sediaan dicuci dengan air mengalir.
• Tuangkan asam alkohol 3% di atas kaca sediaan sampai warna merah dari fuchsin hilang.
• Sediaan dicuci dengann air mengalir
• Tuangkan larutan methylen blue 0,3% diatas sediaan dan biarkan selama 10-20 detik atau larutan methylen blue 0,1% selama 1 menit.
• Sediaan dicuci dengan air mengalir dan keringka pada suhu kamar.
Prosedur Pembacaan dan Interpretasi Hasil
• Sediaan yang sudah kering diperiksa dibawah mikroskop.
• Teteskan satu tetes minyak emersi diatas sediaan, periksa dengan okuler 10X dan objektif 100X.
• Carilah basil tahan asaam (BTA) yang berwarna merah dengan latar belakang biru.
• Periksa paling sedikit 100 lapangan pandang dengan cara menggeserkan sediaan dari kiri ke kanan atau dari kanan ke kiripada garis lurus.
• Pembacaan hasil dilakukan dengan menggunakan skala IUATLD sebagai berikut :
1. Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapangan pandang : Negatif
2. Ditemukan 1-9 BTA/ 100 lapangan pandang : Ditulis jumlah kuman yang ditemukan.
3. Ditemukan 10-99 BTA/ 100 lapangan pandang : + (1+)
4. Ditemukan 1-10 BTA/ 1 lapangan pandang : ++ (2+)
5. Ditemukan > 10 BTA/ 1 lapangan pandang : +++ (3+)
Metode : Kinyoun Gabbet
Tujuan : Untuk mencari BTA
Prinsip :
Dinding bakteri yang tahan asam mempunyai lapisan lilin dan lemak yang sukar ditembus cat. Oleh karena pengaruh fenol dan kadar cat yang tinggi maka lapisan lilin dan lemak itu dapat ditembus cat basic fuchsin. Pada waktu pencucian lapisan lilin dan lemak yang terbuka akan merapat kembali. Pada pencucian dengan asam alkohol warna fuchsin tidak dilepas. Sedangkan pada bakteri tidak tahan asam akan luntur dan mengambil warna biru dari methylen blue.
Cara Kerja :
• Dibuat sediaan kuman dan difiksasi.
• Diwarnai dengan Kinyoun selama 3 menit
• Sediaan dicuci dengan air.
• Diwarnai dengan Gabbet selama 1 menit.
• Dicuci dan dikeringkan
• Diperiksa di bawah mikroskop.
Sediaan yang telah diperiksa kemudian direndam dengan xylol selama 15-30 menit, lalu disimpan dalam kotak sediaan.
Interpretasi hasil : BTA : warna merah dan Non BTA : warna biru
Diposkan oleh Ripani_Musyaffa di 19:07 1 komentar
Label: BTA
Reaksi:
PEWARNAAN GRANULA BAKTERI
PENDAHULUAN
Di dalam sitoplasma dapat ditemukan granula metakhromatikyang terdiri atas volutin,granula glikogen serta granula lemak. Granula metakhromatik sering ditemukan pada jenis-jenis kuman patogen tertentu dan berbentuk khas untuk kuman tersebut. Di dalam sitoplasma dapat ditemukan granula metakhromatik yang tersebut di dalam sediaan mikroskopik. Misalnya kuman difteri mempunyai granula metakhromatik karena bila diwarnai dalam sediaan, granula tersebut akan berwarna lain dari pada zat warna yang digunakan. Misalnya bila diwarnai sediaan kuman difteri dengan zat warna biru metilen,granula Babes-Ernst akan berwarna coklat tua. Pada spesies kuman tertentu, granula metakhromatik terletak pada tempat-tempat khas di dalam sel kuman.
Disamping material nukleus, sitoplasma bakteri mungkin mengandung inklusi sel-kepingan-kepingan kecil material yang tidak menjadi bagian utuh struktur sel. Butiran khusus ini yang rupanya bertindak sebagai sumber fosfat dan energi disebut butiran metakromat karena akan menyerap warna merah apabila diwarnai dengan biru metilen. Butiran metakromat disebut juga kolektif volutin.
Pewarnaan Granula dapat dilakukan dengan metode selain Neisser yaitu :
1. Metode Albert’s
2. Metode Much Weis (Mycobacterium tuberculose).
PROSEDUR KERJA
Metode : Albert & Christensen
Tujuan : Untuk melihat granula bakteri
Prinsip : Pada pengecatan dengan toluidine blue granula bakteri akan berwarna hitam (karena bersifat metakromatik) dan tidak akan larut oleh air sehingga pada pemberian safranin warna granula tetap hitam. Sedangkan pada badan bakteri warna dari toluidin blue akan larut oleh air dan mengambil warna merah dari safranin.
Cara Kerja :
• Dibuat sediaan kuman dan fiksasi
• Diwarnai dengan zat warna toluidin blue, didiamkan selama 1menit.
• Dicuci dengan air mengalir.
• Dialiri dengan larutan yodium.
• Dicuci dengan air mengalir
• Ditambahkan zat warna Safranin, didiamkan selama 1 menit.
• Cat dibuang, isapkan dengan tissue, keringkan di udara.
Interpretasi hasil : Granula : hitam dan Badan bakteri : merah
Diposkan oleh Ripani_Musyaffa di 19:03 0 komentar
Label: Granula Bakteri
Reaksi:
PEWARNAAN SPORA BAKTERI
PENDAHULUAN
Spora bakteri adalah bentuk bakteri yang sedang dalam usaha mengamankan diri terhadap pengaruh buruk dari luar. Segera setelah keadaan luar baik lagi bagi mereka, maka pecahlah bungkus spora dan tumbuhlah bakteri. Spora lazim disebut endospora ialah karena spora itu dibentuk di dalam sel. Endospora jauh lebih tahan terhadap pengaruh luar yang buruk dari pada bakteri biasa yaitu bakteri dalam bentuk vegetatif. Sporulasi dapat dicegah, jika selalu diadakan pemindahan piaraan ke medium yang baru.
Endospora dibuat irisan dapat terlihat terdiri atas pembungkus luar, korteks dan inti yang mengandung struktur nukleus. Apabila sel vegetatif membentuk endospora, sel ini membuat enzim baru, memproduksi dinding sel yang sama sekali baru dan berubah bentuk. Dengan kata lain sporulasi adalah bentuk sederhana diferensiasi sel, karena itu, proses ini diteliti secara mendalam untuk mempelajari peristiwa apa yang memicu perubahan enzim dan morfologi.
Spora biasanya terlihat sebagai badan-badan refraktil intrasel dalam sediaan suspensi sel yang tidak diwarnai atau sebagai daerah tidak berwarna pada sel yang diwarnai secara biasa. Dinding spora relatif tidak dapat ditembus, ini pula yang mencegah hilangnya zat warna spora setelah melalui pencucian dengan alkohol yang cukup lama untuk menghilangkan zat warna sel vegetatif. Sel vegetatif akhirnya dapat diberi zat warna kontras. Spora biasanya diwarnai dengan hijau malachit atau carbol fuchsin.
Spora kuman dapat berbentuk bulat, lonjong atau silindris. Berdasarkan letaknya spora di dalam sel kuman, dikenal letak sentral,subterminal dan terminal. Ada spora yang garis tengahnya lebih besar dari garis tengah sel kuman, sehingga menyebabkan pembengkakan sel kuman.
PROSEDUR KERJA
Metode : Klein
Tujuan : Untuk melihat spora bakteri
Prinsip : Spora kuman mempunyai dinding yang tebal sehingga diperlukan pemanasan agar pori-pori membesar zat warna fuchsin dapat masuk, dengan pencucian pori-pori kembali mengecil menyebabkan zat warna fuchsin tidak dapat dilepas walaupun dilunturkan dengan asam alkohol, sedangkan pada badan bakteri warna fuchsin dilepaskan dan mengambil warna biru dari methylen blue.
Cara Kerja :
• Dibuat suspensi kuman, ditambah dengan carbol fuchsin sama banyak.
• Dipanaskan selama 6 menit pada api kecil atau pada penangas air 80oc selama 10 menit.
• Dibuat sediaan dan dikeringkan.
• Dimasukkan kedalam H2SO4 1% selama 2 detik
• Dimasukkan kedalam alkohol sehingga tidak ada lagi warna merah mengalir.
• Sediaan dicuci dengan air.
• Diwarnai dengan methylen blue selama 1 menit kemudian dicuci dan dikeringkan.
• Diperiksa dibawah mikroskop.
Interpretasi hasil : Spora : warna merah dan Badan bakteri : warna biru.
Diposkan oleh Ripani_Musyaffa di 18:59 0 komentar
Label: Spora Bakteri
Reaksi:
PEWARNAAN KAPSUL BAKTERI
PENDAHULUAN
Beberapa jenis bakteri dan amoeba hijau-biru mengeluarkan bahan-bahan yang amat berlendir dan lengket pada permukaan selnya, melengkungi dinding sel. Bila bahan berlendir tersebut kompak dan tampak sebagai suatu bentuk yang pasti ( bundar/lonjong) maka disebut kapsul, tetapi bila tidak teratur bentuknya dan menempelnya pada sel kurang erat maka disebut selaput lendir.
Kapsul dan lendir tidaklah esensial bagi kehidupan sel, tapi dapat berfungsi sebagai makanan cadangan, perlindungan terhadap fagositosis ( baik dalam tubuh inang maupun dialam bebas ) atau perlindungan terhadap dehidrasi. Kemampuan menghasilkan kapsul merupakan sifat genetis, tetapi produksinya sangat dipengaruhi oleh komposisi medium tempat ditumbuhkannya sel-sel yang bersangkutan. Komposisi medium juga dapat mempengaruhi ukuran kapsul. Ukuran kapsul berbeda-beda menurut jenis bakterinya dan juga dapat berbeda diantara jalur-jalur yang berlainan dalam satu spesies.
Pada beberapa jenis bakteri adanya kapsul sebagai petunjuk virulensi. Semua kapsul bakteri tampaknya dapat larut dalam air. Komposisi kimiawi kapsul ada yang berupa glukosa ( misalnya dektrosa pada leokonostok mesendteroides), polimer gula amino (misalnya asam hialuronat pada Staphylococcus piogenik), polipeptida (misalnya polimer asam D-glutamat pada Bacillus antraksis) atau kompleks polisakarida protein ( misalnya B disentri).
Simpai biasanya diperlihatkan dengan cara pewarnaan negatif atau modifikasi dari cara itu. Salah satu pewarnaan simpai (kapsul) ini ( metode Welch) meliputi pemberian larutan kristal ungu panas disusul kemudian dengan pencucian dengan larutan tembaga sulfat. Tembaga sulfat ini digunakan untuk menghilangkan zat warna berlebihan karena pencucian biasa dengan air akan melarutkan simpai. Garam tembaga memberi pula warna pada latar belakang, sehingga sel dan latar belakang akan tampak biru tua dan simpai berwarna biru yang lebih muda.
PROSEDUR KERJA
Metode : Burry Gins
Tujuan : Untuk melihat kapsul bakteri
Prinsip : Kapsul pada kuman tidak dapat mengikat zat warna, sehingga pada pemberian cat tinta cina dan calbol fuchsin terlihat bulatan terang atau transparan dengan latar belakang gelap dan badan kuman berwarna merah dari fuchsin.
Cara Kerja :
• Persiapkan 2 buah objek glass yang bersih dan bebas lemak
• Letakkan 1 ose tinta cina pada bagian pinggir objek glass
• Diambil 1 ose suspensi bakteri, campurkan dengan tinta cina sampai homogen
• Dengan ujung objek glass yang lain, buat hapusan, dibiarkan kering dan fiksasi
• Ditambahkan carbol fuchsin 1/10 selama 1 menit
• Sisa cat dibuang dan dikeringkan..
• Diperiksa dibawah mikroskop.
Interpretasi hasil : Kapsul: transparan dan Badan bakteri : warna merah.
Thanks for : Leka L, SKM dan Dra. Ratih DD,M.Kes
Diposkan oleh Ripani_Musyaffa di 18:54 0 komentar
Label: Burry Gins, Kapsul Bakteri
Reaksi:
PEWARNAAN GRAM
PENDAHULUAN
Pewarnaan gram merupakan prosedur yang paling bermanfaat dalam Mikrobiologi diagnostik. Ketika dicurigai adanya infeksi bakteri, sebagian besar bahan yang diserahkan harus diapus pada glas objek dan diwarnai gramkemudian diperiksa secara mikroskopik. Pada pemeriksaan mikroskopik reaksi gram dan morfologi bakteri harus diperhatikan . Terlihatnya bakteri pada apusan pewarnaan gram tidak berarti dapat melakukan identifikasi sampai spesies. Beberapa bakteri gram positif tak hidup dapat terpulas secara gram negatif. Biasanya, morpologi bakteri ditetapkan dengan menggunakan organisme yang ditumbuhkan pada agar. Namun, bakteri dalam cairan atau jaringan tubuh dapat mempunyai morpologi yang sangat beragam.
Dinding sel yang tebal pada gram positif menyusut oleh perlakuan alkohol karena terjadinya dehidrasi menyebabkan pori-pori dinding sel menutup, sehingga mencegah larutnya kompleks ungu kristal yodium pada langkah pemucatan, sedangkan sel-sel gram negatif mempunyai kandungan lipid yang lebih tinggi pada dinding selnya dan lipid pada umumnya larut dalam alkohol aceton. Larutnya lipid oleh pemucat yang digunakan dalam pewarnaan gram diduga memperbesar pori-pori dinding sel dan inilah yang menyebabkan proses pemucatan berlangsung lebih cepat.
Faktor-faktor lain yang juga menimbulkan keragaman dalam reaksi gram:
1. Pelaksanaan fiksasi panas terhadap olesan.
2. Kerapatan sel pada olesan.
3. Konsentrasi dan umur-umur reagen yang digunakan untuk pewarnaan gram.
4. Sifat, konsentrasi dan jumlah pemucat yang digunakan.
5. Sejarah biakan.
PROSEDUR KERJA
Metode : Gram stain
Tujuan : Untuk menentukan kuman gram positif dan gram negatif
Prinsip : Kuman gram positif mengalami denaturasi protein pada dinding sel oleh pencucian dengan alkohol, protein menjadi keras dan beku, pori-pori mengecil sehingga kompleks ungu kristal iodium dipertahankan dan sel tetap ungu. Sedangkan kuman gram negatif melarutkan zat lipid selama pencucian dengan alkohol, pori-pori pada dinding sel membesar sehingga zat warna yang sudah diserab mudah dilepas, kemudian mengambil zat warna merah dari fuchsin.
Cara Kerja :
• Buat sediaan kuman dan fiksasi.
• Diwarnai dengan gentian violet selama 3 menit, cuci dengan air mengalir
• Diwarnai dengan lugol selama 1 menit, cuci dengan air mengalir.
• Digenangi dengan alkohol 96% sampai zat warna larut, cuci dengan air mengalir.
• Diwarnai dengan fuchsin selama 2 menit, cuci dengan air mengalir
• Keringkan dan periksa dibawah mikroskop
Interpretasi hasil : Gram positif : kuman berwarna ungu
Gram negatif : kuman berwarna merah.
Spesial Thanks : Dosen AAK Depkes Banjarmasin
Diposkan oleh Ripani_Musyaffa di 18:48 0 komentar
Label: Gram Stainning
Reaksi:
PENGECATAN SEDERHANA PADA BAKTERI
PENDAHULUAN
A. Pembuatan preparat untuk pengecatan
Bahan berasal langsung dari penderita
Bahan dapat berupa: sputum, pus, discharge telinga, discharge hidung, urine (perlu disentrifuge terlebih dahulu, endapannya dibuat preparat).
Cara:
1. Bahan diambil dengan ose steril atau kapas lidi steril digoreskan pada obyek gelas setipis mungkin.
2. Panaskan di atas nyala api spiritus sambil digoncangkan (jarak preparat sampai api
3. spiritus kira-kira 20 cm) sampai preparattersebut kering.
4 Setelah kering tetesi formalin 1%, tunggu 5 menit dan keringkan sekali lagi dan preparaT siap dicat.
Preparat dibuat dari biakan cair
Cara:
1. Ambil obyek glas yang bersih dan steril, bebaskan darilemak dengan memanaskan di atas nyala api spiritus.
2. Ambil kuman dari biakan cair (yang sebelumnya diaduk dulu secara steril) dengan menggunakan ose steril, diratakan pada gelas obyek sehingga membentuk diameter kira-kira 1-2 cm.
3. Ose sesudah dipakai mengambil kuman harus disterilkan kembali dengan membakar diatas nyala api spiritus dan sterilkan kembali sebelum dipakai lagi. Kemudian preparat ini dikerjakan seperti di atas.
Perhatikan:
- Jangan memegang mata ose dengan menggunakan tangan.
- Jangan meletakkan ose di atas meja.
- Letakkan ose pada tempat yang telah disediakan dan sebelumnya ose disterilkan dahulu.
Preparat dibuat dari pertumbuhan media padat
Cara:
1. Teteskan satu ose kaldu pada gelas obyek yang bersih dan bebas lemak.
2. Dengan ose steril ambil sedikit dari satu koloni kuman, campurlah dengan kaldu tersebut, buatlah menjadi homogen dan tipiskan. Preparat kemudian dikeringkan di atas nyala api spiritus dan selanjutnya dikerjakan sebagai membuat preparat dengan bahan berasal dari material langsung.
B. Pengecatan
Pada umumnya pengecatan dibagi atas 3 macam :
a. Pengecatan sederhana
Misalnya dengan menggunakan :
-karbol fuchsin
-gentian violet
-methylen blue
b. Pengecatan differensial / Pengecatan majemuk :
Misalnya :
-pengecatan Gram
-pengecatan Ziehl Neelsen
c. Pengecatan khusus :
Digunakan untuk melihat alat tambahan pada bakteri, misalnya : kapsul, spora, . granula, flagella.
C. Pengecatan sederhana
Cara ini menggunakan hanya satu macam cat saja. Biasanya baik bakteri maupun sekitarnya akan mempunyai warna yang sama. Tetapi dengan intensitas yang berbeda.
Namun kadang-kadang bagian tertentu bakteri / alat tambahan, tidak mampu mengikat / menyerap zat warna dari cat, sehingga terlihat sebagai daerah yang jernih.
Sebelum mengadakan pengecatan terlebih dahulu harus dibuat larutan cat induk yang terdiri dari :
- Serbuk cat 5 gram
- Alkohol 96% 95 gram
Dan dari larutan induk ini dibuat cat yang akan digunakan yang biasanya dalam kadar 10% dari larutan induk , diencerkan dengan menambah aquades atau larutan phenol.
1. Larutan Methylen Biru
- 10 cc larutan induk methylen biru ditambah 90 cc aquadest
2. Larutan Fuchsin
- 10 cc larutan fuchsin induk ditambah 90 aquadest
1. Larutan Loeffler Methylen Biru
- Larutan induk : 1 gr Methylen Biru dilarut dalam 100 ml Ethanol 95%
- 30 cc larutan induk Methylen Biru ditambah hidras kalicus 1% sebanyak 1 cc dan aquadest 99 cc.
2. Larutan Karbol Fuchsin
- Larutan induk : 10 gr Basic Fuchsin (Fuchsin basis) ditambah 100 ml ethanol 95%.
- 10 cc larutan induk Fuchsin dengan 90 cc phenol 5%.
PROSEDUR PENGECATAN SEDERHANA
Tujuan : Untuk mengetahui bentuk kuman
Prinsip : Kuman akan menyerap zat warna sesuai dengan zat warna yang diberikan.
Cara Kerja :
• Dibuat sediaan kuman dan difiksasi.
• Diwarnai dengan zat warna selama ½ - 1 menit
• Sediaan dicuci dengan air.
• Dikeringkan dalam udara kamar.
• Diperiksa di bawah mikroskop.
PENDAHULUAN
Di alam bebas tidak ada mikroorganisme yang hidup tersendiri terlepas dari spesies-spesies lainnya. Sehingga sering kali kuman patogen kedapatan bersama-sama dengan mikroorganisme saprofit. Untuk mencegah masuknya mikroorganisme yang tidak diinginkan dan untuk menanam suatu spesies terdapat beberapa cara yaitu :
1. Penanaman dengan penggoresan ( penanaman pada permukaan agar-agar ), merupakan cara rutin yang dipakai untuk mengasingkan kuman agar didapatkan biakan murni. Sebuah ose (sengkelit) bulat (panjang kawat = 7,5 cm dan diameter 2 mm) digunakan untuk menempelkan bahan pemeriksaan (BP) yang akan dibiakan lalu goreskan pada tepi permukaan perbenihan agar padat dan kering. BP disebarkan tipis-tipis di seluruh permukaan lempeng agar dalam rangkaian garis – garis sejajar pada segmen –segmen lempeng yang berbeda. Sesudah dilakukan pengeraman akan didapatkan pertumbuhan yang rapat pada goresan yang pertama, tetapi selanjutnya pada goresan terakhir akan terlihat koloni-koloni terpisah.
2. Penanaman lapangan (permadani); penanaman lapangan dikerjakan dengan membasahi seluruh permukaan lempeng agar dengan suspensi kuman. Setelah dilakukan pengeraman akan terlihat pertumbuhan kuman yang merata. Biakan ini berguna untuk penentuan jenis kuman dengan bakteriofaga dan uji kepekaan terhadap antibiotika.
3. Biakan agar tabung dikerjakan dengan menggoreskan kuman pada agar tabung biasanya dipergunakan untuk mendapatkan pertumbuhan murni kuman untuk aglutinasi gelas alas.
4. Biakan tusukan; dikerjakan dengan menusukkan ose jarum (p=11cm) yang mengandung biakan / koloni kuman pada perbenihan. Biakan tusukan dipakai untuk menunjukan adanya pencairan gelatin dan mempertahankan biakan baku.
5. Biakan agar tuang; perbenihan agar-agar (15 ml) dalam tabung reaksi dicairkan dan biarkan mendingin dalam penangas air (45-50o C),selanjutnya dituangkan 1 ml biakan yang telah diencerkan sesuai dengan perkiraan pada media agar yang mencair dan diaduk perlahan-lahan. Selanjutnya seluruh isi tabung dituangkan ke dalam lempeng petri, dibiarkan membeku dan setelah dilakukan pengeraman akan tumbuh koloni yang tersebar dalam perbenihan. Cara ini menunjukkan jumlah kuman hidup yang terdapat pada suspensi, dapat digunakan untuk membiakkan air kemih kuantitatif dan perhitungan kuantitatif kuman dalam air / pangan.
6. Biakan cair, terdapat di dalam tabung, botol atau erlenmayer dapat ditanami denan mencelupkan ose yang mengandung kuman. Biakan cair diperlukan untuk menunjukkan biakan yang banyak cepat. Kerugian dari biakan ini adalah tidak dapat membuat biakan murni bahan yang mengandung berbagai mikroorganisme.
PROSEDUR KERJA
Tujuan :
1. Mengetahui cara penanaman kuman pada berbagai jenis media
2. Melakukan isolasi kuman untuk mendapatkan koloni kuman yang terpisah
Cara kerja :
I. PENANAMAN PADA MEDIA PADAT BENTUK PLATE
1. Goresan sejajar : (isolasi)
- Ose dibakar sampai steril, dinginkan.
- Dengan ose yang sudah steril, diambil sampel atau bakteri kultur, dipulaskan disalah satu sisi atau tepi media jangan menyentuh dinding petri dish.
- Dengan ose steril yang lain, pulasan itu digores-goreskan sejajar sampai memenuhi permukaan media.
2. Goresan sejajar melingkar : (isolasi)
- Ose dibakar sampai steril, dinginkan.
- Dengan ose yang sudah steril, diambil sampel atau bakteri kultur, dipulaskan disalah satu sisi atau tepi media jangan menyentuh dinding petri dish.
- Dengan ose steril yang lain, pulasan itu digores-goreskan sejajar pada salah satu tepi media, dengan salah satu sisinya.
- Ose dibalik untuk melanjutkan goresan-goresan sejajar pertama setelah medianya diputar 90o.
- Dengan ose yang dimiringkan goresan-goresan sejajar kedua, digoreskan sejajar lagi setelah media diputar 90o.
- Media diputar 90o, goresan-goresan sejajar yang ketiga digoreskan sejajar lagi dengan ose yang dibalik, sampai memenuhi permukaan media plate
3. Cara taburan : (isolasi dan memperbanyak).
- Suspensi sampel cair atau kultur bakteri di dalam media cair diambil dengan pipet steril sebanyak 0,1 ml diteteskan dipermukaan media plate tepat ditengah- tengahnya.
- Dengan mengunakan spatel yang terbuat dari kaca atau kawat, yang sudah steril dan dingin, tetesan itu diratakan pada seluruh permukaan media plate.
4. Cara penuangan : (penghitungan)
- Suspensi sampel/sampel cair diteteskan ke dalam petri dish steril sebanyak 0,1 atau 1 ml secara steril.
- Dituangi media padat steril yang dicairkan sebanyak sampai menutupi semua permukaan dasar petri dish.
- Campur baik-baik, tunggu sampai agar-agarnya membeku.
- Dibalik, masukan ke Inkubator 37oC 48 jam.
Catatan : media yang digunakan tergantung dari jenis bakteri yang dihitung.
Pembacaan :
- Pertumbuhan bakteri pada media padat disebut koloni, yaitu kelompokan-
kelompokan bakteri yang tumbuh pada media tersebut.
- Koloni bakteri pada media padat denga tujuan isolasi dapat dibedakan
berdasarkan kriteria sebagai berikut :
1. Ukuran : diukur berapa diameternya dengan satuan mm
2. Warna : putih, kuning, hitam, hijau, merah, dan sebagainya
3. Bentuk : bulat, serabut, bergelombang, rhizoid, dan sebagainya
4. Permukaan : datar, cembung, cekung, kasar(rough), halus(smooth)
5. Sifatnya : keruh, jernih, kering, berlendir, melekat pada pembenihan, menjalar, hemolitis, anhemolitis, dan sebagainya.
- Koloni bakteri yang tumbuh pada media padat bentuk plate, dengan tujuan memperbanyak, yang penting diperhatikan selain adanya pertumbuhan koloni juga kemurnian koloni itu.
- Koloni bakteri yang tumbuh pada media padat bentuk plate, dengan tujuan penghitungan kriteria koloni tidak perlu diperhatikan, tetapi tinggal dihitung saja.
Diposkan oleh Ripani_Musyaffa di 21:26 1 komentar
Label: Isolasi Bakteri
Reaksi:
PEWARNAAN BTA
PENDAHULUAN
Salah satu bahan yang digunakan untuk mendiagnosa adalah dahak atau sputum. Dahak yang diperiksa paling sedikit 3-5 cc. Jika jumlah kuman kurang dari 5000 dalam 1 cc dahak, maka itu tidak akan kelihatan di bawah mikroskop.
Dahak yang diambil ialah dahak yang kental kuning kehijauan sebanyak 3-5 cc, dengan waktu pengambilan sebagai berikut :
• Dahak sewaktu, penderita datang berobat dengan keluhan apa saja ke poliklinik.
• Dahak pagi, yang diambil besok paginya begitu bangun tidur.
• Dahak sewaktu, yang diambil sewaktu penderita mengantar dahak pagi tersebut.
Ludah tidak dapat diperiksa karena ludah berasal dari kelenjar dalam rongga mulut. Biasanya dalam ludah tidak terdapat kuman TB.
Bakteri tahan asam adalah bakteri yang mempertahankan zat warna karbol-fuchsin (fuchsin basayang dilarutkan dalam suatu campuran phenol-alkohol-air) meskipun dicuci dengan asam klorida dalam alkohol. Sediaan sel bakteri pada gelas alas disiram dengan cairan karbol fuchsin kemudian dipanaskan sampai keluar uap. Setelah itu, zat warna dicuci dengan asam alkohol dan akhirnya diberi warna kontras (biru atau hijau). Bakteri-bakteri tahan asam (spesies Mycobakterium dan beberapa Actinomycetes yang serumpun) berwarna merah dan yang lain-lain akan berwarna sesuai warna kontras.
Mycrobakteria adalah bakteri aerob berbentuk batang, yang tidak membentuk spora. Walaupun tidak mudah diwarnai bakteri ini tahan terhadap penghilangan warna (deklorisasi) oleh asam atau alkohol dan karena itu dinamakan basil tahan asam. Ciri –ciri khas Mycobakterium tuberculosis dalam jaringan, basil tuberkel merupakan batang ramping lurus berukuran kira-kira 0,4 x 3 µm. Pada perbenihan buatan terlihat bentuk coccus dan filamen. Mycobakteria tidak dapat diklasifikasikan sebagai gram positif atau gram negatif. Sekali diwarnai dengan zat warna basa, warna tersebut tidak dapat dihilangkan dengan alkohol, meski dibubuhi dengan iodium. Basil tuberkel yang sebenarnya ditandai oleh sifat tahan asam misalnya 95 % etil alkohol yang mengandung 3 % asam hidroklorida (asam alkohol) dengan cepat akan menghilangkan warna semua bakteri kecuali Mycobakteria. Sifat tahan asam ini bergantung pada integritas struktur selubung berlilin. Pada dahak atau irisan jaringan, Mycobakteria dapat diperlihatkan karena memberi fluoresensi kuning jingga setelah diwarnai dengan zat warna fluorokrom (misalnya auramin, rodamin).
PROSEDUR KERJA
Metode : Zeihl neelsen
Tujuan : Untuk mencari BTA
Prinsip :
Dinding bakteri yang tahan asam mempunyai lapisan lilin dan lemak yang sukar ditembus cat. Oleh karena pengaruh fenol dan pemanasan maka lapisan lilin dan lemak itu dapat ditembus cat basic fuchsin. Pada waktu pencucian lapisan lilin dan lemak yang terbuka akan merapat kembali. Pada pencucian dengan asam alkohol warna fuchsin tidak dilepas. Sedangkan pada bakteri tidak tahan asam akan luntur dan mengambil warna biru dari methylen blue.
Prosedur Pembuatan Sediaan
• Diambil kaca sediaan yang bersih, bebas lemak dan tidak ada goresan.
• Disiapkan sebuah kaca sediaan yang diberi tanda ukuran 2X3 cm sebagai pola.
• Diletakkan kaca pola dibawah kaca sediaan.
• Lampu speritus dinyalakan dan ose dipanaskan sampai membara mulai ujung sampai kepangkal.
• Dengan menggunakan ose steril lalu diambil bagian sputum yang kental berwarna putih kekuninggan atau putih kehijauan, lalu diletakkan pada kaca sediaan.
• Sputum diratakan seperti terlihat pada gambar :
• Dimasukkan ose kedalam botol yang berisi pasir dan olkohol 70 %(tinggi alkohol ± 3 cm diatas pasir). Kemudian tangkai ose digoyangkan pelan-pelan untuk melepaskan sisa partikel sputum yang melekat pada ose.
• Letakkan ose berdekatan pada api spiritus, setelah kering barulah dibakar sampai pijar.
• Keringkan sediaan pada suhu kamar, jangan dikeringkan di atas nyala api.sediaan dilewatkan diatas nyala api lampu speritus sebanyak 3 X selama 3-5 detik.
Prosedur Pewarnaan
• Letakkan sediaan di atas rak pewarnaan dengan apusan menghadap ke atas.
• Tuangkan Carbol Fuchsin sampai menutupi seluruh permukaan kaca sediaan.
• Panaskan kaca sediaan secara hati-hati dengan caara melewatkan nyala api pada bagian bawah kaca sehingga keluar uap(jangan sampai mendidih) selama 3 menit.
• Sediaan dibiarkan hingga dinginn selama 5 menit.
• Sediaan dicuci dengan air mengalir.
• Tuangkan asam alkohol 3% di atas kaca sediaan sampai warna merah dari fuchsin hilang.
• Sediaan dicuci dengann air mengalir
• Tuangkan larutan methylen blue 0,3% diatas sediaan dan biarkan selama 10-20 detik atau larutan methylen blue 0,1% selama 1 menit.
• Sediaan dicuci dengan air mengalir dan keringka pada suhu kamar.
Prosedur Pembacaan dan Interpretasi Hasil
• Sediaan yang sudah kering diperiksa dibawah mikroskop.
• Teteskan satu tetes minyak emersi diatas sediaan, periksa dengan okuler 10X dan objektif 100X.
• Carilah basil tahan asaam (BTA) yang berwarna merah dengan latar belakang biru.
• Periksa paling sedikit 100 lapangan pandang dengan cara menggeserkan sediaan dari kiri ke kanan atau dari kanan ke kiripada garis lurus.
• Pembacaan hasil dilakukan dengan menggunakan skala IUATLD sebagai berikut :
1. Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapangan pandang : Negatif
2. Ditemukan 1-9 BTA/ 100 lapangan pandang : Ditulis jumlah kuman yang ditemukan.
3. Ditemukan 10-99 BTA/ 100 lapangan pandang : + (1+)
4. Ditemukan 1-10 BTA/ 1 lapangan pandang : ++ (2+)
5. Ditemukan > 10 BTA/ 1 lapangan pandang : +++ (3+)
Metode : Kinyoun Gabbet
Tujuan : Untuk mencari BTA
Prinsip :
Dinding bakteri yang tahan asam mempunyai lapisan lilin dan lemak yang sukar ditembus cat. Oleh karena pengaruh fenol dan kadar cat yang tinggi maka lapisan lilin dan lemak itu dapat ditembus cat basic fuchsin. Pada waktu pencucian lapisan lilin dan lemak yang terbuka akan merapat kembali. Pada pencucian dengan asam alkohol warna fuchsin tidak dilepas. Sedangkan pada bakteri tidak tahan asam akan luntur dan mengambil warna biru dari methylen blue.
Cara Kerja :
• Dibuat sediaan kuman dan difiksasi.
• Diwarnai dengan Kinyoun selama 3 menit
• Sediaan dicuci dengan air.
• Diwarnai dengan Gabbet selama 1 menit.
• Dicuci dan dikeringkan
• Diperiksa di bawah mikroskop.
Sediaan yang telah diperiksa kemudian direndam dengan xylol selama 15-30 menit, lalu disimpan dalam kotak sediaan.
Interpretasi hasil : BTA : warna merah dan Non BTA : warna biru
Diposkan oleh Ripani_Musyaffa di 19:07 1 komentar
Label: BTA
Reaksi:
PEWARNAAN GRANULA BAKTERI
PENDAHULUAN
Di dalam sitoplasma dapat ditemukan granula metakhromatikyang terdiri atas volutin,granula glikogen serta granula lemak. Granula metakhromatik sering ditemukan pada jenis-jenis kuman patogen tertentu dan berbentuk khas untuk kuman tersebut. Di dalam sitoplasma dapat ditemukan granula metakhromatik yang tersebut di dalam sediaan mikroskopik. Misalnya kuman difteri mempunyai granula metakhromatik karena bila diwarnai dalam sediaan, granula tersebut akan berwarna lain dari pada zat warna yang digunakan. Misalnya bila diwarnai sediaan kuman difteri dengan zat warna biru metilen,granula Babes-Ernst akan berwarna coklat tua. Pada spesies kuman tertentu, granula metakhromatik terletak pada tempat-tempat khas di dalam sel kuman.
Disamping material nukleus, sitoplasma bakteri mungkin mengandung inklusi sel-kepingan-kepingan kecil material yang tidak menjadi bagian utuh struktur sel. Butiran khusus ini yang rupanya bertindak sebagai sumber fosfat dan energi disebut butiran metakromat karena akan menyerap warna merah apabila diwarnai dengan biru metilen. Butiran metakromat disebut juga kolektif volutin.
Pewarnaan Granula dapat dilakukan dengan metode selain Neisser yaitu :
1. Metode Albert’s
2. Metode Much Weis (Mycobacterium tuberculose).
PROSEDUR KERJA
Metode : Albert & Christensen
Tujuan : Untuk melihat granula bakteri
Prinsip : Pada pengecatan dengan toluidine blue granula bakteri akan berwarna hitam (karena bersifat metakromatik) dan tidak akan larut oleh air sehingga pada pemberian safranin warna granula tetap hitam. Sedangkan pada badan bakteri warna dari toluidin blue akan larut oleh air dan mengambil warna merah dari safranin.
Cara Kerja :
• Dibuat sediaan kuman dan fiksasi
• Diwarnai dengan zat warna toluidin blue, didiamkan selama 1menit.
• Dicuci dengan air mengalir.
• Dialiri dengan larutan yodium.
• Dicuci dengan air mengalir
• Ditambahkan zat warna Safranin, didiamkan selama 1 menit.
• Cat dibuang, isapkan dengan tissue, keringkan di udara.
Interpretasi hasil : Granula : hitam dan Badan bakteri : merah
Diposkan oleh Ripani_Musyaffa di 19:03 0 komentar
Label: Granula Bakteri
Reaksi:
PEWARNAAN SPORA BAKTERI
PENDAHULUAN
Spora bakteri adalah bentuk bakteri yang sedang dalam usaha mengamankan diri terhadap pengaruh buruk dari luar. Segera setelah keadaan luar baik lagi bagi mereka, maka pecahlah bungkus spora dan tumbuhlah bakteri. Spora lazim disebut endospora ialah karena spora itu dibentuk di dalam sel. Endospora jauh lebih tahan terhadap pengaruh luar yang buruk dari pada bakteri biasa yaitu bakteri dalam bentuk vegetatif. Sporulasi dapat dicegah, jika selalu diadakan pemindahan piaraan ke medium yang baru.
Endospora dibuat irisan dapat terlihat terdiri atas pembungkus luar, korteks dan inti yang mengandung struktur nukleus. Apabila sel vegetatif membentuk endospora, sel ini membuat enzim baru, memproduksi dinding sel yang sama sekali baru dan berubah bentuk. Dengan kata lain sporulasi adalah bentuk sederhana diferensiasi sel, karena itu, proses ini diteliti secara mendalam untuk mempelajari peristiwa apa yang memicu perubahan enzim dan morfologi.
Spora biasanya terlihat sebagai badan-badan refraktil intrasel dalam sediaan suspensi sel yang tidak diwarnai atau sebagai daerah tidak berwarna pada sel yang diwarnai secara biasa. Dinding spora relatif tidak dapat ditembus, ini pula yang mencegah hilangnya zat warna spora setelah melalui pencucian dengan alkohol yang cukup lama untuk menghilangkan zat warna sel vegetatif. Sel vegetatif akhirnya dapat diberi zat warna kontras. Spora biasanya diwarnai dengan hijau malachit atau carbol fuchsin.
Spora kuman dapat berbentuk bulat, lonjong atau silindris. Berdasarkan letaknya spora di dalam sel kuman, dikenal letak sentral,subterminal dan terminal. Ada spora yang garis tengahnya lebih besar dari garis tengah sel kuman, sehingga menyebabkan pembengkakan sel kuman.
PROSEDUR KERJA
Metode : Klein
Tujuan : Untuk melihat spora bakteri
Prinsip : Spora kuman mempunyai dinding yang tebal sehingga diperlukan pemanasan agar pori-pori membesar zat warna fuchsin dapat masuk, dengan pencucian pori-pori kembali mengecil menyebabkan zat warna fuchsin tidak dapat dilepas walaupun dilunturkan dengan asam alkohol, sedangkan pada badan bakteri warna fuchsin dilepaskan dan mengambil warna biru dari methylen blue.
Cara Kerja :
• Dibuat suspensi kuman, ditambah dengan carbol fuchsin sama banyak.
• Dipanaskan selama 6 menit pada api kecil atau pada penangas air 80oc selama 10 menit.
• Dibuat sediaan dan dikeringkan.
• Dimasukkan kedalam H2SO4 1% selama 2 detik
• Dimasukkan kedalam alkohol sehingga tidak ada lagi warna merah mengalir.
• Sediaan dicuci dengan air.
• Diwarnai dengan methylen blue selama 1 menit kemudian dicuci dan dikeringkan.
• Diperiksa dibawah mikroskop.
Interpretasi hasil : Spora : warna merah dan Badan bakteri : warna biru.
Diposkan oleh Ripani_Musyaffa di 18:59 0 komentar
Label: Spora Bakteri
Reaksi:
PEWARNAAN KAPSUL BAKTERI
PENDAHULUAN
Beberapa jenis bakteri dan amoeba hijau-biru mengeluarkan bahan-bahan yang amat berlendir dan lengket pada permukaan selnya, melengkungi dinding sel. Bila bahan berlendir tersebut kompak dan tampak sebagai suatu bentuk yang pasti ( bundar/lonjong) maka disebut kapsul, tetapi bila tidak teratur bentuknya dan menempelnya pada sel kurang erat maka disebut selaput lendir.
Kapsul dan lendir tidaklah esensial bagi kehidupan sel, tapi dapat berfungsi sebagai makanan cadangan, perlindungan terhadap fagositosis ( baik dalam tubuh inang maupun dialam bebas ) atau perlindungan terhadap dehidrasi. Kemampuan menghasilkan kapsul merupakan sifat genetis, tetapi produksinya sangat dipengaruhi oleh komposisi medium tempat ditumbuhkannya sel-sel yang bersangkutan. Komposisi medium juga dapat mempengaruhi ukuran kapsul. Ukuran kapsul berbeda-beda menurut jenis bakterinya dan juga dapat berbeda diantara jalur-jalur yang berlainan dalam satu spesies.
Pada beberapa jenis bakteri adanya kapsul sebagai petunjuk virulensi. Semua kapsul bakteri tampaknya dapat larut dalam air. Komposisi kimiawi kapsul ada yang berupa glukosa ( misalnya dektrosa pada leokonostok mesendteroides), polimer gula amino (misalnya asam hialuronat pada Staphylococcus piogenik), polipeptida (misalnya polimer asam D-glutamat pada Bacillus antraksis) atau kompleks polisakarida protein ( misalnya B disentri).
Simpai biasanya diperlihatkan dengan cara pewarnaan negatif atau modifikasi dari cara itu. Salah satu pewarnaan simpai (kapsul) ini ( metode Welch) meliputi pemberian larutan kristal ungu panas disusul kemudian dengan pencucian dengan larutan tembaga sulfat. Tembaga sulfat ini digunakan untuk menghilangkan zat warna berlebihan karena pencucian biasa dengan air akan melarutkan simpai. Garam tembaga memberi pula warna pada latar belakang, sehingga sel dan latar belakang akan tampak biru tua dan simpai berwarna biru yang lebih muda.
PROSEDUR KERJA
Metode : Burry Gins
Tujuan : Untuk melihat kapsul bakteri
Prinsip : Kapsul pada kuman tidak dapat mengikat zat warna, sehingga pada pemberian cat tinta cina dan calbol fuchsin terlihat bulatan terang atau transparan dengan latar belakang gelap dan badan kuman berwarna merah dari fuchsin.
Cara Kerja :
• Persiapkan 2 buah objek glass yang bersih dan bebas lemak
• Letakkan 1 ose tinta cina pada bagian pinggir objek glass
• Diambil 1 ose suspensi bakteri, campurkan dengan tinta cina sampai homogen
• Dengan ujung objek glass yang lain, buat hapusan, dibiarkan kering dan fiksasi
• Ditambahkan carbol fuchsin 1/10 selama 1 menit
• Sisa cat dibuang dan dikeringkan..
• Diperiksa dibawah mikroskop.
Interpretasi hasil : Kapsul: transparan dan Badan bakteri : warna merah.
Thanks for : Leka L, SKM dan Dra. Ratih DD,M.Kes
Diposkan oleh Ripani_Musyaffa di 18:54 0 komentar
Label: Burry Gins, Kapsul Bakteri
Reaksi:
PEWARNAAN GRAM
PENDAHULUAN
Pewarnaan gram merupakan prosedur yang paling bermanfaat dalam Mikrobiologi diagnostik. Ketika dicurigai adanya infeksi bakteri, sebagian besar bahan yang diserahkan harus diapus pada glas objek dan diwarnai gramkemudian diperiksa secara mikroskopik. Pada pemeriksaan mikroskopik reaksi gram dan morfologi bakteri harus diperhatikan . Terlihatnya bakteri pada apusan pewarnaan gram tidak berarti dapat melakukan identifikasi sampai spesies. Beberapa bakteri gram positif tak hidup dapat terpulas secara gram negatif. Biasanya, morpologi bakteri ditetapkan dengan menggunakan organisme yang ditumbuhkan pada agar. Namun, bakteri dalam cairan atau jaringan tubuh dapat mempunyai morpologi yang sangat beragam.
Dinding sel yang tebal pada gram positif menyusut oleh perlakuan alkohol karena terjadinya dehidrasi menyebabkan pori-pori dinding sel menutup, sehingga mencegah larutnya kompleks ungu kristal yodium pada langkah pemucatan, sedangkan sel-sel gram negatif mempunyai kandungan lipid yang lebih tinggi pada dinding selnya dan lipid pada umumnya larut dalam alkohol aceton. Larutnya lipid oleh pemucat yang digunakan dalam pewarnaan gram diduga memperbesar pori-pori dinding sel dan inilah yang menyebabkan proses pemucatan berlangsung lebih cepat.
Faktor-faktor lain yang juga menimbulkan keragaman dalam reaksi gram:
1. Pelaksanaan fiksasi panas terhadap olesan.
2. Kerapatan sel pada olesan.
3. Konsentrasi dan umur-umur reagen yang digunakan untuk pewarnaan gram.
4. Sifat, konsentrasi dan jumlah pemucat yang digunakan.
5. Sejarah biakan.
PROSEDUR KERJA
Metode : Gram stain
Tujuan : Untuk menentukan kuman gram positif dan gram negatif
Prinsip : Kuman gram positif mengalami denaturasi protein pada dinding sel oleh pencucian dengan alkohol, protein menjadi keras dan beku, pori-pori mengecil sehingga kompleks ungu kristal iodium dipertahankan dan sel tetap ungu. Sedangkan kuman gram negatif melarutkan zat lipid selama pencucian dengan alkohol, pori-pori pada dinding sel membesar sehingga zat warna yang sudah diserab mudah dilepas, kemudian mengambil zat warna merah dari fuchsin.
Cara Kerja :
• Buat sediaan kuman dan fiksasi.
• Diwarnai dengan gentian violet selama 3 menit, cuci dengan air mengalir
• Diwarnai dengan lugol selama 1 menit, cuci dengan air mengalir.
• Digenangi dengan alkohol 96% sampai zat warna larut, cuci dengan air mengalir.
• Diwarnai dengan fuchsin selama 2 menit, cuci dengan air mengalir
• Keringkan dan periksa dibawah mikroskop
Interpretasi hasil : Gram positif : kuman berwarna ungu
Gram negatif : kuman berwarna merah.
Spesial Thanks : Dosen AAK Depkes Banjarmasin
Diposkan oleh Ripani_Musyaffa di 18:48 0 komentar
Label: Gram Stainning
Reaksi:
PENGECATAN SEDERHANA PADA BAKTERI
PENDAHULUAN
A. Pembuatan preparat untuk pengecatan
Bahan berasal langsung dari penderita
Bahan dapat berupa: sputum, pus, discharge telinga, discharge hidung, urine (perlu disentrifuge terlebih dahulu, endapannya dibuat preparat).
Cara:
1. Bahan diambil dengan ose steril atau kapas lidi steril digoreskan pada obyek gelas setipis mungkin.
2. Panaskan di atas nyala api spiritus sambil digoncangkan (jarak preparat sampai api
3. spiritus kira-kira 20 cm) sampai preparattersebut kering.
4 Setelah kering tetesi formalin 1%, tunggu 5 menit dan keringkan sekali lagi dan preparaT siap dicat.
Preparat dibuat dari biakan cair
Cara:
1. Ambil obyek glas yang bersih dan steril, bebaskan darilemak dengan memanaskan di atas nyala api spiritus.
2. Ambil kuman dari biakan cair (yang sebelumnya diaduk dulu secara steril) dengan menggunakan ose steril, diratakan pada gelas obyek sehingga membentuk diameter kira-kira 1-2 cm.
3. Ose sesudah dipakai mengambil kuman harus disterilkan kembali dengan membakar diatas nyala api spiritus dan sterilkan kembali sebelum dipakai lagi. Kemudian preparat ini dikerjakan seperti di atas.
Perhatikan:
- Jangan memegang mata ose dengan menggunakan tangan.
- Jangan meletakkan ose di atas meja.
- Letakkan ose pada tempat yang telah disediakan dan sebelumnya ose disterilkan dahulu.
Preparat dibuat dari pertumbuhan media padat
Cara:
1. Teteskan satu ose kaldu pada gelas obyek yang bersih dan bebas lemak.
2. Dengan ose steril ambil sedikit dari satu koloni kuman, campurlah dengan kaldu tersebut, buatlah menjadi homogen dan tipiskan. Preparat kemudian dikeringkan di atas nyala api spiritus dan selanjutnya dikerjakan sebagai membuat preparat dengan bahan berasal dari material langsung.
B. Pengecatan
Pada umumnya pengecatan dibagi atas 3 macam :
a. Pengecatan sederhana
Misalnya dengan menggunakan :
-karbol fuchsin
-gentian violet
-methylen blue
b. Pengecatan differensial / Pengecatan majemuk :
Misalnya :
-pengecatan Gram
-pengecatan Ziehl Neelsen
c. Pengecatan khusus :
Digunakan untuk melihat alat tambahan pada bakteri, misalnya : kapsul, spora, . granula, flagella.
C. Pengecatan sederhana
Cara ini menggunakan hanya satu macam cat saja. Biasanya baik bakteri maupun sekitarnya akan mempunyai warna yang sama. Tetapi dengan intensitas yang berbeda.
Namun kadang-kadang bagian tertentu bakteri / alat tambahan, tidak mampu mengikat / menyerap zat warna dari cat, sehingga terlihat sebagai daerah yang jernih.
Sebelum mengadakan pengecatan terlebih dahulu harus dibuat larutan cat induk yang terdiri dari :
- Serbuk cat 5 gram
- Alkohol 96% 95 gram
Dan dari larutan induk ini dibuat cat yang akan digunakan yang biasanya dalam kadar 10% dari larutan induk , diencerkan dengan menambah aquades atau larutan phenol.
1. Larutan Methylen Biru
- 10 cc larutan induk methylen biru ditambah 90 cc aquadest
2. Larutan Fuchsin
- 10 cc larutan fuchsin induk ditambah 90 aquadest
1. Larutan Loeffler Methylen Biru
- Larutan induk : 1 gr Methylen Biru dilarut dalam 100 ml Ethanol 95%
- 30 cc larutan induk Methylen Biru ditambah hidras kalicus 1% sebanyak 1 cc dan aquadest 99 cc.
2. Larutan Karbol Fuchsin
- Larutan induk : 10 gr Basic Fuchsin (Fuchsin basis) ditambah 100 ml ethanol 95%.
- 10 cc larutan induk Fuchsin dengan 90 cc phenol 5%.
PROSEDUR PENGECATAN SEDERHANA
Tujuan : Untuk mengetahui bentuk kuman
Prinsip : Kuman akan menyerap zat warna sesuai dengan zat warna yang diberikan.
Cara Kerja :
• Dibuat sediaan kuman dan difiksasi.
• Diwarnai dengan zat warna selama ½ - 1 menit
• Sediaan dicuci dengan air.
• Dikeringkan dalam udara kamar.
• Diperiksa di bawah mikroskop.
biokimia
sa, 23 Maret 2010
BIOKIMIA (id.wikipedia.org)
PENGERTIAN BIOKOMIA
Biokimia adalah kimia mahluk hidup. Biokimiawan mempelajari molekul dan reaksi kimia terkatalisis oleh enzimorganisme. Lihat artikel biologi molekular untuk diagram dan deskripsi hubungan antara biokimia, biologi molekular, dan genetika. yang berlangsung dalam semua
Biokimia merupakan ilmu yang mempelajari struktur dan fungsi komponen selular, seperti protein, karbohidrat, lipid, asam nukleat, dan biomolekul lainnya. Saat ini biokimia lebih terfokus secara khusus pada kimia reaksi termediasi enzim dan sifat-sifat protein.
Saat ini, biokimia metabolisme sel telah banyak dipelajari. Bidang lain dalam biokimia di antaranya sandi genetikDNA, RNA), sintesis protein, angkutan membran sel, dan transduksi sinyal.
PERKEMBANGAN BIOKIMIA
Kebangkitan biokimia diawali dengan penemuan pertama molekul enzim, diastase, pada tahun 1833 oleh Anselme Payen. Tahun 1828, Friedrich Wöhler menerbitkan sebuah buku tentang sintesis urea, yang membuktikan bahwa senyawa organik dapat dibuat secara mandiri. Penemuan ini bertolak belakang dengan pemahaman umum pada waktu itu yang meyakini bahwa senyawa organik hanya bisa dibuat oleh organisme. Istilah biokimia pertama kali dikemukakan pada tahun 1903 oleh Karl Neuber, seorang kimiawan Jerman. Sejak saat itu, biokimia semakin berkembang, terutama sejak pertengahan abad ke-20, dengan ditemukannya teknik-teknik baru seperti kromatografi, difraksi sinar X, elektroforesis, RMI (nuclear magnetic resonance, NMR), pelabelan radioisotop, mikroskop elektron, dan simulasi dinamika molekular. Teknik-teknik ini memungkinkan penemuan dan analisis yang lebih mendalam berbagai molekul dan jalur metabolik sel, seperti glikolisis dan siklus Krebs. Perkembangan ilmu baru seperti bioinformatika juga banyak membantu dalam peramalan dan pemodelan struktur molekul raksasa.
Saat ini, penemuan-penemuan biokimia digunakan di berbagai bidang, mulai dari genetikabiologi molekular dan dari pertanian hingga kedokteran. Penerapan biokimia yang pertama kali barangkali adalah dalam pembuatan roti menggunakan khamir, sekitar 5000 tahun yang lalu.
BIOKIMIA (id.wikipedia.org)
PENGERTIAN BIOKOMIA
Biokimia adalah kimia mahluk hidup. Biokimiawan mempelajari molekul dan reaksi kimia terkatalisis oleh enzimorganisme. Lihat artikel biologi molekular untuk diagram dan deskripsi hubungan antara biokimia, biologi molekular, dan genetika. yang berlangsung dalam semua
Biokimia merupakan ilmu yang mempelajari struktur dan fungsi komponen selular, seperti protein, karbohidrat, lipid, asam nukleat, dan biomolekul lainnya. Saat ini biokimia lebih terfokus secara khusus pada kimia reaksi termediasi enzim dan sifat-sifat protein.
Saat ini, biokimia metabolisme sel telah banyak dipelajari. Bidang lain dalam biokimia di antaranya sandi genetikDNA, RNA), sintesis protein, angkutan membran sel, dan transduksi sinyal.
PERKEMBANGAN BIOKIMIA
Kebangkitan biokimia diawali dengan penemuan pertama molekul enzim, diastase, pada tahun 1833 oleh Anselme Payen. Tahun 1828, Friedrich Wöhler menerbitkan sebuah buku tentang sintesis urea, yang membuktikan bahwa senyawa organik dapat dibuat secara mandiri. Penemuan ini bertolak belakang dengan pemahaman umum pada waktu itu yang meyakini bahwa senyawa organik hanya bisa dibuat oleh organisme. Istilah biokimia pertama kali dikemukakan pada tahun 1903 oleh Karl Neuber, seorang kimiawan Jerman. Sejak saat itu, biokimia semakin berkembang, terutama sejak pertengahan abad ke-20, dengan ditemukannya teknik-teknik baru seperti kromatografi, difraksi sinar X, elektroforesis, RMI (nuclear magnetic resonance, NMR), pelabelan radioisotop, mikroskop elektron, dan simulasi dinamika molekular. Teknik-teknik ini memungkinkan penemuan dan analisis yang lebih mendalam berbagai molekul dan jalur metabolik sel, seperti glikolisis dan siklus Krebs. Perkembangan ilmu baru seperti bioinformatika juga banyak membantu dalam peramalan dan pemodelan struktur molekul raksasa.
Saat ini, penemuan-penemuan biokimia digunakan di berbagai bidang, mulai dari genetikabiologi molekular dan dari pertanian hingga kedokteran. Penerapan biokimia yang pertama kali barangkali adalah dalam pembuatan roti menggunakan khamir, sekitar 5000 tahun yang lalu.
parasitologi
skip to main | skip to sidebar
ngae_ngae
* Home
* About
* Log In
ngae_ngae.com
buka mata.. buka pikiran.. buka hati.. with.. ngae_ngae.com karna ilmu and informasi bukan disimpan tapi dibagi dan diaplikasi...
my picture
about me
Foto Saya
sangtu ajus
adalah seorang mahasiswa poltekkes depkes mataram jurusan analis kesehatan ( D3) yg ingin sukses dan merubah dunia.. karena.. hidup ga slamanya d atas n ga slamanya d bawah... nikmati sajaa.. tetap tenang,n samangat!!
Lihat profil lengkapku
follower
pages
* Halaman Muka
my pool
Blog ini
Di-link Dari Sini
Web
Blog ini
Di-link Dari Sini
Web
Kamis, 25 Maret 2010
PARASITOLOGI (massofa.wordpress.com)
Parasitologi adalah suatu ilmu cabang Biologi yang mempelajari tentang semua organisme parasit. Tetapi dengan adanya kemajuan ilmu, parasitologi kini terbatas mempelajari organisme parasit yang tergolong hewan parasit, meliputi: protozoa, helminthes, arthropoda dan insekta parasit, baik yang zoonosis ataupun anthroponosis. Cakupan parasitologi meliputi taksonomi, morfologi, siklus hidup masing-masing parasit, serta patologi dan epidemiologi penyakit yang ditimbulkannya. Organisme parasit adalah organisme yang hidupnya bersifat parasitis; yaitu hidup yang selalu merugikan organisme yang ditempatinya (hospes). Predator adalah organisme yang hidupnya juga bersifat merugikan organisme lain (yang dimangsa). Bedanya, kalau predator ukuran tubuhnya jauh lebih besar dari yang dimangsa, bersifat membunuh dan memakan sebagian besar tubuh mangsanya. Sedangkan parasit, selain ukurannya jauh lebih kecil dari hospesnya juga tidak menghendaki hospesnya mati, sebab kehidupan hospes sangat essensial dibutuhkan bagi parasit yang bersangkutan.
Tujuan Pengajaran Parasitologi
Menyadari akibat yang dapat ditimbulkan oleh gangguan parasit terhadap kesejahteraan manusia, maka perlu dilakukan usaha pencegahan dan pengendalian penyakitnya. Sehubungan dengan hal tersebut maka sangat diperlukan suatu pengetahuan tentang kehidupan organisme parasit yang bersangkutan selengkapnya. Tujuan pengajaran parasitologi, dalam hal ini di antaranya adalah mengajarkan tentang siklus hidup parasit serta aspek epidemiologi penyakit yang ditimbulkannya. Dengan mempelajari siklus hidup parasit, kita akan dapat mengetahui bilamana dan bagaimana kita dapat terinfeksi oleh parasit, serta bagaimana kemungkinan akibat yang dapat ditimbulkannya. Selanjutnya ditunjang oleh pengetahuan epidemiologi penyakit, kita akan dapat menentukan cara pencegahan dan pengendaliannya.
Istilah dalam Parasitologi dan Pembagian Hewan Parasit
1. Organisme (manusia atau hewan) yang ditempati oleh organisme lain (parasit) di mana organisme tersebut merugikan hospes (inang) yang ditumpanginya karena mengambil makanan disebut hospes.
2. Hospes yang dirugikan itu dapat digolongkan menjadi 4 macam yaitu hospes definitif, hospes perantara, hospes predileksi dan hospes reservoir. Hospes definitif yaitu hospes yang membantu hidup parasit dalam stadium dewasa/stadium seksual.
3. Berdasar lama waktu hidupnya parasit dibagi menjadi dua yaitu parasit temporer dan stasioner. Parasit temporer disebut juga parasit nonperiodis (nonberkala) yang mengunjungi hospesnya pada waktu-waktu berselang atau parasit tersebut tidak menetap pada tubuh hospesnya.
4. Pediculus humanus disebut sebagai ektoparasit karena hidup di kepala atau hidup pada permukaan luar hospesnya.
Hubungan antara Parasit dengan Inang
Derajat preferensi inang adalah produk adaptasi biologis dari parasit yang menyebabkan parasit tersebut secara alami mempunyai pilihan terhadap inang dan juga jaringan tubuh inang. Semakin tinggi derajat preferensi suatu parasit terhadap inang akan menyebabkan adanya spesifitas inang.
Kekebalan terhadap parasit, Modus dan Sumber Penulurannya
Di dalam tubuh terdapat suatu mekanisme yaitu mekanisme tanggap kebal yang akan mengenali dan segera memusnahkan setiap sel yang berbeda/asing dari sel normal tubuhnya sendiri. Seperti pada kekebalan terhadap bakteri, cendawan, dan virus, kekebalan dalam parasitologi terdiri dari kekebalan bawaan yang mungkin disebabkan spesifitas inang, karakteristik fisik inang, sifat biokimia yang khas dan kebiasaan inang serta kekebalan didapat. Kekebalan didapat dibedakan menjadi:
- Kekebalan secara pasif, contohnya ialah kekebalan anak yang didapat dari kolostrum ibunya.
- Kekebalan didapat secara aktif.
Reaksi kekebalan didapat secara aktif timbul setelah adanya rangsangan oleh antigen. Tergantung dari sifat antigen sehingga terjadi pembelahan limfosit-limfosit menjadi sel-T atau sel B. Sel T mempunyai reseptor khusus terhadap antigen tertentu, sedangkan sel B akan mengeluarkan antibodi yang dikenal sebagai imunoglobulin yang akan berikatan secara khas pula dengan antigen. Modus penularan ialah cara atau metode penularan penyakit yang biasanya terjadi. Pada umumnya, cara penularan penyakit parasit adalah secara kontak langsung, melalui mulut (food-borne parasitosis), melalui kulit, melalui plasenta, melalui alat kelamin dan melalui air susu. Sumber penularan bagi penyakit parasit, seperti halnya bagi penyakit menular lain terjadi dari inang yang satu ke inang yang lain. Penularan dapat juga dari sumber penyakit kepada inang baru. Adapun yang dapat berlaku sebagai sumber penularan penyakit parasit ialah organisme baik hewan maupun tumbuhan dan benda mati seperti tanah, air, makanan dan minuman.
Ekologi Parasit
Ekologi parasit adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara parasit dengan lingkungan habitatnya, terutama mengenai distribusi parasit dengan sumber makanannya dan interaksi jenis-jenis parasit dalam satu habitat. Parasit yang terdapat di dalam tubuh inang, mungkin terdapat di dalam sistem pencernaan, sistem sirkulasi, sistem respirasi atau alat-alat dalam tubuh seperti hati, ginjal, otak dan limpa. Biometeorologi adalah ilmu tentang atmosfer dan segala fenomena-fenomenanya/ilmu tentang cuaca yang berhubungan dengan data kehidupan. Faktor meteorologi yang berpengaruh pada kelangsungan hidup parasit adalah:
a. Data biometeorologi
b. Penguapan air
c. Kandungan air dalam tanah.
Pengaruh Faktor Cuaca terhadap Siklus Hidup Parasit
Pengaruh jumlah hujan dan temperatur terhadap kelangsungan hidup suatu jenis parasit berbeda, sebagai contoh Nematoda parasit membutuhkan lebih sedikit curah hujan dibandingkan dengan Trematoda. Trematoda membutuhkan jumlah air yang lebih banyak dibandingkan dengan Nematoda sebab untuk menetaskan miracidium diperlukan genangan air. Demikian juga pada telur cacing nematoda umumnya lebih tahan terhadap temperatur yang lebih tinggi daripada Trematoda dan Cestoda, tetapi sebagai larva infektif sebaliknya, yaitu larva Nematoda lebih tahan dingin daripada larva Trematoda dan Cestoda. Diduga bagian sinar matahari yang berpengaruh besar pada siklus hidup parasit adalah sinar ultraviolet. Dalam bereaksi terhadap tantangan dari faktor-faktor cuaca tersebut parasit bereaksi secara gabungan dan bukan bereaksi terhadap faktor itu satu demi satu.
Ruang Lingkup Parasitisme
Dalam mempelajari parasitologi diperlukan pengertian dan pendekatan ekologi serta memahami ekologi parasit yang merupakan dasar pembahasan berbagai masalah antara lain masuknya parasit ke dalam hospes, kepadatan parasit, inang dan sebagainya. Demikian juga untuk memahami penyebarannya perlu dipelajari mikro distribusi parasit. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kehidupan parasit antara lain air, temperatur, sinar matahari, waktu, flora dan fauna. Semua makhluk hidup itu bereaksi terhadap banyak faktor-faktor tersebut secara bersama-sama, tidak terhadap faktor satu demi satu. Selanjutnya dalam mencegah dan mengobati penyakit secara umum dengan tindakan praktis, khususnya dalam pencegahan serta pemberantasannya.
Penggolongan Zoonosis dan Aspek yang Mempengaruhinya
Zoonosis adalah penyakit atau penularan-penularan yang secara alamiah terjadi antara hewan dan manusia. Penggolongan zoonosis dapat didasarkan pada:
(1) tingkat derajat revervoirnya dalam sistem zoologi,
(2) siklus penularan dan prospek pengendaliannya,
(3) taksonomi parasit penyebabnya.
Hal-hal yang berpengaruh terhadap kasus zoonosis parasiter pada manusia adalah:
1. aspek sosial budaya atau ekonomi; di antaranya adalah jenis pekerjaan. Sebagai pemburu juga pekerja hutan, mereka lebih terbuka kemungkinannya untuk memperoleh zoonosis parasiter dari hewan buruan dan hewan liar di hutan sebagai reservoirnya. Berbeda dengan pekerja pengalengan susu, daging atau ikan yang secara langsung lebih terbuka terhadap penularan zoonosis parasiter dari jenis toksoplasmosis, hidatidosis dan larva migran.
2. Aspek ekologi; bertambahnya populasi atau dengan adanya transmigrasi, yang akan mengubah keadaan lingkungan. Perubahan ekologi, seperti adanya 2 ekosistem yang semula terpisah, kemudian bersatu dan dapat menjadi fokus baru bagi berbagai penyakit zoonosis; di antaranya schistosomiasis, trypanosomiasis, paragonimiasis dan sebagainya
3. Aspek iklim dan cuaca; sebagai contoh: negara Indonesia dengan iklim tropis, panas, tetapi curah hujan cukup sehingga kelembabannya cukup pula. Hal tersebut memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan berbagai jenis parasit selagi berada di luar tubuh hospesnya. Contoh: sporulasi ookista Toxoplasma gondii, pembentukan telur infektif berbagai cacing parasit usus, demikian pula bagi kelangsungan hidup berbagai vektor dan hospes perantara yang sangat dipengaruhi oleh iklim dan cuaca. Faktor-faktor yang mendukung siklus hidup zoonosis parasiter di daerah endemis, di antaranya: faktor bangsa, ethnis, agama, populasi geografis.
Protozoa Parasit Usus
Struktur tubuh protozoa tersusun dari unit-unit (komponen) fungsional yang disebut sebagai organel-organel bukan organ-organ sebab Protozoa adalah hewan bersel satu atau terdiri dari satu sel saja. Seluruh fungsi kehidupannya dilakukan oleh satu sel tersebut. Sedangkan “organ” terdiri dari banyak sel dan “organel-organel” adalah bagian sel yang mengalami diferensiasi yang disesuaikan dengan fungsinya. Pengelompokan Protozoa parasit dalam parasitologi dilakukan berdasarkan patologi anatomi hospesnya dengan urutan yang disesuaikan dengan taksonominya. Alasan pengelompokan tersebut, dimaksudkan untuk mempermudah dalam mempelajarinya.
Protozoa Parasit Rongga Tubuh
Protozoa atrial adalah protozoa yang berhabitat pada rongga tubuh seperti mulut, hidung, vagina, urethera. Dalam kelompok protozoa atrial yaitu Entomoeba gingivalis (Kelas Sarcodina) dan Trichomonas tenax dan T. vaginalis (Kelas Flagellata), hanya T. vaginalis yang patogen. E. gingivalis hanya diketahui bentuk trophozoit saja yang sangat mirip dengan E. histolytica. Spesies ini tinggal di dalam gingiva manusia bersifat apatogen sama halnya dengan T. tenax. T. vaginalis habitat pada vagina dan glandula prostata. Pada wanita menyebabkan vaginistis yaitu dapat mengeluarkan banyak sekret keputihan yang menyebabkan keputihan. Infeksi pada laki-laki dirasakan setelah adanya infeksi sekunder oleh bakteri dan mungkin menyebabkan uretritis dan prostata.
Protozoa Parasit pada Darah Manusia serta Vertebrata lainnya
Protozoa yang hidup parasit di dalam darah dan jaringan manusia mencakup berbagai jenis yaitu Trypanosoma spp, Leishmania spp, Plasmodium spp, dan Toxoplasma gondii. Parasit Trypanosoma cukup luas penyebarannya, sebagian tidak patogen, di dalam darah hewan mamalia, reptilia, amfibia, burung, ikan ada ada 3 spesies patogen pada manusia yaitu Trypanosoma gambiense, T. rhodesiense dan T. cruzi. Bentuk-bentuk perkembangan familia Trypanosomidae ini adalah Trypomastigot, Epimastigot, Promastigot, dan Amastigot. Bentuk-bentuk perkembangan ini ada yang lengkap dan ada pula yang tidak lengkap. Daur hidup Trypanosoma pada mamalia terjadi berganti-ganti di dalam inang vertebrata dan invertebrata. Penularan Trypanosoma dan dapat secara langsung dan dapat secara tidak langsung yaitu mengalami pertumbuhan siklik (mekanik) di dalam serangga pengisap darah sebelum menjadi infektif. Vektor bagi Trypanosoma gambiense dan T. rhodesiense adalah lalat tse-tse, sedangkan Trypanosoma cruzi adalah serangga reduvidae. Klasifikasi Trypanosoma didasarkan atas morfologi, cara penularan dan sifat patogen. Parasit Plasmodium penyebab malaria yang tersebar sangat luas dan banyak menimbulkan kematian pada manusia ada 4 spesies yaitu P. vivax, P. malariae, P. falciparum dan P. ovale, sedangkan spesies lainnya dapat menginfeksi burung, monyet, rodentia dan sebagainya. Pembasmiannya sangat tergantung pada penggunaan insektisida, pengobatan dan faktor-faktor sosio ekonomi yang cukup komplex. Untuk kelangsungan hidup parasit tersebut mempunyai fase schizogoni, fase gametogami, dan fase sporogoni. Patologinya menyebabkan pecahnya eritrosit, reaksi humoral kelemahan limpa, hati, ginjal dan gangguan peredaran darah. Gejala klinis ialah serangan demam yang intermitten dan pembesaran limpa. Pencegahan mencakup pengurangan sumber infeksi, pengendalian nyamuk malaria. Pengobatan meliputi penghancuran parasit praeritrositik, obat represif, obat penyembuh dan obat radikal untuk bentuk eksoeritrositik, gametositik dan gametastatik.
Protozoa Parasit Pada Jaringan
Protozoa parasit jaringan merupakan protozoa parasit yang hidup berparasit di dalam jaringan hospesnya. Protozoa parasit ini merupakan penyebab penyakit bagi manusia dan hewan khususnya dan berperan penting dalam dunia kesehatan pada umumnya. Protozoa yang bersifat parasit pada jaringan hospes ini meliputi 2 kelas yaitu kelas Flagellata dan Sporozoa. Pada kelas Flagellata berupa genus Leishmania sedangkan pada kelas Sporozoa berupa genus Toxoplasma. Dari genus Leishmania ini hanya terdapat 3 spesies penting terutama bagi kesehatan manusia yaitu dapat menyebabkan penyakit leishmaniasis. Adapun ketiga spesies tersebut adalah Leishmania donovani penyebab leishmaniasis visceral; Leishmania tropica penyebab leishmaniasis kulit dan Leishmania brazilliennis penyebab leishmaniasis muko kutis. Meskipun ketiga genus Leishmania ini merupakan protozoa parasit pada jaringan, tetapi di dalam daur (siklus) hidupnya masih tetap membutuhkan hospes perantara untuk kelangsungan hidupnya. Adapun sebagai hospes perantaranya adalah lalat Phlebotomus dan darah manusia. Di antara genus Toxoplasma hanya satu spesies saja yang mampu menginfeksi berbagai macam hospes yaitu spesies Toxoplasma gondii. T. gondii ini merupakan penyebab penyakit toxoplasmosis pada manusia. Di dalam daur hidupnya mempunyai tiga bentuk perkembangan yaitu bentuk zoite, kista dan ookista. Sebagai berikut infektifnya adalah sporozoit, kestozoit dan endozoit. Sedangkan cara infeksinya adalah bukan dengan melalui vektor, tetapi dengan berbagai cara yaitu per-os, transplantasi, transfusi ataupun dengan kista, trophozoit atau ookista selama melakukan penelitian di laboratorium. Peristiwa ini dapat mengakibatkan toxoplasmosis kongenital dan toxoplasmosis dapatan (perolehan). Penularan dari manusia ke manusia terjadi dengan melalui plasenta penyebab toxoplasmosis kongenital.
Trematoda Usus
Trematoda merupakan cacing pipih yang berbentuk seperti daun, dilengkapi dengan alat-alat ekskresi, alat pencernaan, alat reproduksi jantan dan betina yang menjadi satu (hermafrodit) kecuali pada Trematoda darah (Schistosoma). Mempunyai batil isap kepala di bagian anterior tubuh dan batil isap perut di bagian posterior tubuh. Dalam siklus hidupnya Trematoda pada umumnya memerlukan keong sebagai hospes perantara I dan hewan lain (Ikan, Crustacea , keong) ataupun tumbuh-tumbuhan air sebagai hospes perantara kedua. Manusia atau hewan Vertebrata dapat menjadi hospes definitifnya. Habitat Trematoda dalam tubuh hospes definitif bermacam-macam, ada yang di usus, hati, paru-paru, dan darah. Macam-macam spesies Trematoda usus adalah: F. buski, H. heterophyes, M. yokagawai, Echinostoma, Hypoderaeum dan Gastrodiscus. Manusia menjadi hospes definitifnya dan hewan-hewan lain seperti mamalia (anjing, kucing) dan burung dapat menjadi hospes reservoar. Siklus hidup selalu memerlukan keong sebagai hospes perantara I dan hospes perantara II (keong : Echinostoma, tumbuhan air F.buski; ikan H.heterophyes dan M.yokogawai). Patologi penyakit yang disebabkan oleh Trematoda usus disebabkan oleh perlekatan cacing pada mukosa usus dengan batil isapnya. Semakin besar ukuran cacing maka semakin parah kerusakan yang ditimbulkan. Gejala klinis tergantung jumlah parasit dalam usus, pada infeksi ringan gejala tidak nyata, sedangkan pada infeksi berat gejala yang timbul adalah sakit perut, diare, dan akibat terjadinya malabsorpsi bisa timbul edema. Diagnosis dilakukan dengan menemukan telur dalam tinja penderita. Bila bentuk telur hampir sama maka perlu menemukan cacing dewasanya dalam tinja penderita. Obat-obatan untuk trematoda usus hampir sama, yaitu tetrakloretilen, heksilresorsinol, dan praziquantel.
Cestoda Usus
Cestoda merupakan cacing berbentuk seperti pita memanjang. tubuh terdiri dari kepala (skolek), dan proglottid (segmen tubuh) yang terdiri dari: proglottid immature, mature, dan gravid. Proglottid gravid dapat digunakan untuk identifikasi spesies berdasarkan bentuknya dan bentuk uterus di dalamnya. Terdapat 2 golongan besar Cestoda, yaitu: 1. Pseudophyllidean yang mempunyai skolek berbentuk seperti sendok dengan dilengkapi 2 buah alat isap yang berbentuk celah memanjang yang disebut bothria, contoh spesies: Diphyllobothrium latum. 2. Cyclophyllidean yang mempunyai skolek dengan alat isap berbentuk seperti mangkuk yang disebut asetabulum, jumlahnya 4 buah. Diphyllobothrium latum merupakan pseudophyilidean. Cestoda yang hidup di usus manusia sebagai hospes definitifnya. Hospes reservoarnya adalah hewan/mamalia pemakan ikan. Memerlukan 2 buah hospes perantara dalam daur hidupnya yaitu: (1) Cyclops atau Diaptomus di mana larva cacing disebut proserkoid, dan (2) Ikan air tawar dengan larva cacing di dalamnya disebut pleroserkoid. Fam.Taeniidae yang termasuk Cyclophyllidean Cestoda mempunyai 3 spesies penting bagi kesehatan manusia maupun hewan, yaitu T.saginata, T.solium, dan E.granulossus. Bentuk telur antara ketiga cacing tersebut sukar dibedakan satu sama lain. Ketiganya mempunyai skolek yang dilengkapi dengan batil isap berbentuk mangkuk yang disebut asetabulum. Pada skolek T.solium dan E.granulossus dilengkapi dengan rostellum dan kait-kait . Sedangkan skolek T.saginata tidak ada rostrumnya. T.saginata dan T.solium merupakan cacing pita yang panjang sampai bermeter-meter ukurannya, sedangkan E.granulossus merupakan cacing pita yang terpendek, hanya mempunyai 3 buah proglottid saja. Manusia dapat terinfeksi T.saginata bila makan daging sapi yang mengandung kista yang disebut sistiserkus bovis, dan menderita taeniasis saginata (terdapat cacing dewasa dalam ususnya). Infeksi T.solium pada manusia dapat terjadi melalui 2 cara yaitu:
1. Bila menelan telurnya akan terjadi larva dalam jaringan tubuh manusia, disebut menderita sistiserkosis.
2. Bila makan daging babi yang mengandung larva sistiserkus selulose, manusia akan menderita taeniasis solium.
Diagnosis taeniasis saginata/solium dengan menemukan telur/proglottid gravid pada tinja penderita. Sedangkan sistiserkosis dapat diketahui dengan pemeriksaan serologis, CT-scan atau dengan pembedahan (tergantung letak kista dalam jaringan tubuh manusia). Infeksi E.granulossus pada manusia dapat terjadi bila menelan telurnya, manusia akan menderita hidatidosis (terjadinya kista hidatida dalam jaringan tubuh manusia). Tempat yang sering terjadi kista adalah hati (66%). Diagnosis dengan pemeriksaan serologis, sinar rontgen, dan pembedahan bila letaknya memungkinkan. Cacing pita yang kecil H.nana hospes definitifnya manusia, dan penularan dapat terjadi secara langsung bila manusia menelan telur cacing tersebut. H.nana var.fraterna dan H.diminuta yang hospes definitifnya tikus memerlukan hospes perantara, yaitu pinjal tikus, dan kumbang tepung. Hospes perantara bila menelan telur cacing tersebut akan menetas menjadi larva sistiserkoid. Bila manusia menelan hospes perantara yang mengandung sistiserkoid akan menderita hymenolepsis.
Cacing pita D.caninum merupakan cacing pita anjing /carnivora lainnya. Habitat dalam hospes adalah dalam usus halus. Manusia terinfeksi secara kebetulan/aksidental terutama terjadi pada anak-anak yang menelan pinjal anjing/kucing yang mengandung larva sistiserkoid. Akibat infeksi ini pada anak-anak tidak begitu nyata bila infeksinya ringan namun bila infeksi berat dapat terjadi gangguan pencernaan, diare, dan reaksi alergi. Pencegahan dengan meningkatkan kebersihan perorangan serta lingkungan dengan mengobati anjing dari pinjal yang menempel pada tubuhnya. Pengobatan dipylidiasis seperti pada infeksi cacing pita lainnya, yaitu dengan: niklosamid, praziquantel, atau kuinakrin
Nematoda Usus
Cacing tambang terdiri dari beberapa spesies, yang menginfeksi manusia adalah N.americanus dan A.duodenale, yang menginfeksi hewan (anjing/kucing) baik liar maupun domestik adalah A.ceylanicum meskipun cacing ini dilaporkan dapat menjadi dewasa dalam usus halus manusia dan tidak pernah menyebabkan creeping eruption, A.caninum dan A.braziliense yang tidak dapat menjadi dewasa dalam usus halus manusia dan menyebabkan creeping eruption pada manusia. Perbedaan morfologi antar spesies dapat dilihat dari bentuk rongga mulut, ada tidaknya gigi, dan bentuk bursa kopulatriks cacing jantan. Akibat utama yang ditimbulkan bila menginfeksi manusia atau hewan adalah anemia mikrositik hipokromik, karena cacing tambang menyebabkan perdarahan di usus akibat luka yang ditimbulkan juga cacing tambang mengisap darah hospes. Penyakit cacing tambang tersebar luas di daerah tropis, pencegahan tergantung pada sanitasi lingkungan, kebiasaan berdefikasi, dan memakai alas kaki. Strongyloides stercoralis merupakan cacing Nematoda usus yang hidup parasit pada manusia, namun dalam siklus hidupnya terdapat fase hidup bebas di tanah. Bentuk telurnya sulit dibedakan dengan telur cacing tambang. Manusia dapat terinfeksi melalui 3 cara: yaitu langsung, tak langsung, dan autoinfeksi. Cara pencegahan dan penyebaran cacing ini sama seperti cacing tambang. Obat yang efektif untuk strongyloidiasis adalah thiabendazol. Akibat utama yang ditimbulkan adalah peradangan pada usus, disentri terus-menerus dan rasa sakit pada perut bagian kanan atas. Diagnosis dengan menemukan larva dalam tinja atau dalam sputum penderita. Pada cacing Nematoda usus ada beberapa spesies yang menginfeksi manusia maupun hewan. Nematoda usus terbesar adalah A.lumbricoides yang bersama-sama dengan T.trichiura, serta cacing tambang sering menginfeksi manusia karena telur cacing tersebut semuanya mengalami pemasakan di tanah dan cara penularannya lewat tanah yang terkontaminasi sehingga cacing tersebut termasuk dalam golongan soil-transmitted helminths. A.lumbricoides, T.trichiura dan E.vermicularis mempunyai stadium infektif yaitu telur yang mengandung larva. Siklus hidup A.lumbricoides lebih rumit karena melewati siklus paru-paru, sedangkan T.trichiura dan E.vermicularis tidak. Gejala klinis penyakit cacing ini bila infeksi ringan tidak jelas, biasanya hanya tidak enak pada perut kadang-kadang mual. Infeksi askariasis yang berat dapat menyebabkan kurang gizi dan sering terjadi sumbatan pada usus. Trikhuriasis berat biasanya dapat terjadi anemia, sedangkan pada enterobiasis gejala yang khas adalah gatal-gatal di sekitar anus pada waktu malam hari saat cacing betina keluar dari usus untuk meletakkan telunya di daerah perianal. Diagnosis askariasis dan trikhuriasis dengan menemukan telur dalam tinja penderita, sedangkan untuk enterobiasis dapat ditegakkan dengan anal swab karena telur E. vermicularis tidak dikeluarkan bersama tinja penderita. Infeksi cacing usus ini tersebar luas di seluruh dunia baik daerah tropis maupun sub tropis. Anak-anak lebih sering terinfeksi dari pada orang dewasa karena kebiasaan main tanah dan kurang/belum dapat menjaga kebersihan sendiri. Semua infeksi cacing usus dapat dicegah dengan meningkatkan kebersihan lingkungan, pembuangan tinja atau sanitasi yang baik, mengerti cara-cara hidup sehat, tidak menggunakan tinja sebagai pupuk tanaman dan mencuci bersih sayuran/buah yang akan di makan mentah. Obat cacing, seperti piperasin, mebendazole, tiabendazol, dan lain-lain dapat diberikan dengan hasil yang cukup memuaskan.
Trematoda dan Cstoda yang Hidup Parasit pada Darah/Jaringan Tubuh Manusia dan Hewan
Spesies trematoda hati yang dapat menginfeksi manusia adalah C. sinensis dan O. viverini, sedangkan O. felineus, F. hepatica dan F. gigantica lebih banyak menginfeksi hewan. Stadium infektil cacing hati adalah metaserkaria. Telur dari C. sinensis dan Opistorchis pada waktu dikeluarkan sudah mengandung mirasidium, ukurannya lebih kecil dibandingkan dengan telur Fasciola yang besar dan tidak berembrio pada waktu dikeluarkan bersama tinja. Habitat cacing-cacing tersebut terutama adalah di saluran empedu, kecuali F. gigantica yang habitatnya di hati. Hospes perantara I cacing-cacing tersebut adalah keong, namun hospes perantara II C. sinensis dan Opistorchis adalah ikan air tawar dan hospes perantara II Fasciola adalah tumbuh-tumbuhan air. Patologis dan gejala klinis terutama karena peradangan yang disebabkan oleh hasil metabolisme cacing yang bersifat toksin. Gejala utama dalah demam, sakit daerah perut, pembesaran hati yang lunak, diare dan anemia. Diagnosis dengan menemukan telur dalam tinja penderita. Pencegahan dengan memasak ikan dan tumbuhan air yang akan dimakan. Pengobatan dengan bithionol. Paragonimus westermani merupakan trematoda yang menginfeksi paru-paru manusia dan hewan (mamalia). Stadium infektifnya adalah metasekaria yang mengkista dalam tubuh ketam atau udang (HP perantar II). Keong merupakan hospes perantara I nya. Patologi dan gejala klinis disebabkan oleh cacing dewasa dalam alveoli paru-paru dan mengeluarkan telur yang menyebabkan gejala batuk dengan bercak seperti serbuk besi dan sputum yang mengandung telur. Diagnosis dengan menemukan telur dalam sputum atau tinja penderita. Pencegahan dengan memasak dengan baik ketam atau udang yang akan dimakan. Trematoda darah pada manusia adalah Schistosoma japonicum, S. haematobium dan S. mansoni. Infeksi terjadi dengan cara serkaria menembus kulit hospes. hanya mempunyai 1 hospes perantara yaitu keong Oncomelania (S. japonicum); Biomphalaria (S. mansoni) dan Bulinus (S. mansoni). Berbagai hewan dapat terinfeksi oleh cacing ini dan menjadi hospes reservoarnya. Habitat S. japonicum dan S. mansoni adalah pada vena meseterika dan cabang-cabangnya, telur yang dikeluarkan oleh cacing dewasa dapat ditemukan dalam tinja penderita (untuk diagnosis). Sedangkan habitat S. haematobium adalah pada vena kandung kencing, sehingga untuk diagnosis dengan menemukan telur dalam urin penderita. Pencegahan dengan perbaikan irigasi, pemberantasan keong dan pengobatan dengan kalium ammoniumnitrat, nitridazole dan astiban.
Nematoda Darah/Jaringan Tubuh Manusia dan Hewan
Nematoda darah atau dikenal sebagai Nematoda filaria, menyebabkan penyakit kaki gajah atau elefantiasis/filariasis. Di Indonesia terdapat 3 spesies cacing ini yang dikenal juga sebagai cacing filaria limfatik, sebab habitat cacing dewasa adalah di dalam sistem limfe (saluran dan kelenjar limfe) manusia yang menjadi hospes definitifnya, maupun dalam sistem limfe hewan yang menjadi hospes reservoar (kera dan kucing hutan). Spesies cacing filaria yang ada di Indonesia adalah: Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori. Cacing filaria ini ditularkan melalui gigitan nyamuk yang menjadi vektomya. Filariasis bancrofti mempunyai 2 tipe, yaitu: 1.Tipe urban, atau terdapat di daerah perkotaan, vektornya nyamuk Culex quenquefasciatus/C. fatigans. 2.Tipe rural, vektornya nyamuk Anopheles atau nyamuk Aedes tergantung pada daerahnya. Periodisitasnya adalah periodik nokturna, di mana mikrofilaria banyak ditemukan dalam darah tepi penderita pada waktu malam hari. Filariasis malayi lebih banyak terjadi di daerah rural, vektornya adalah nyamuk Mansonia yang tempat perindukannya di rawa-rawa dekat hutan dan beberapa jenis dari nyamuk Anopheles dapat pula menjadi vektor penyakit ini. Perbedaan nyamuk yang menjadi vektornya tergantung pada daerah geografis. Periodisitas filariasis malayi adalah subperiodik nokturna, artinya mikrofilaria dapat ditemukan dalam darah tepi penderita pada waktu siang dan malam hari, meskipun jumlahnya lebih banyak pada malam hari. Bila mikrofilaria dalam darah tepi penderita masuk ke dalam tubuh nyamuk vektor pada waktu nyamuk rnengisap darah, maka akan berubah menjadi larva stadium I-III (L1-L2-L3). L3 bila nyamuk mengisap darah manusia akan terbawa masuk ke dalam tubuh dan menuju saluran limfe serta menjadi dewasa dalam kelenjar limfe. Gejala utama filariasis adalah: limfangitis, limfadenitis, limfedema, yang bisa terjadi berulang-ulang sampai akhimya bila sudah kronis (bertahun-tahun) akan terjadi elefantiasis. Pada infeksi W. bancrofti biasa menyerang ekstremitas bagian atas, alat genital, yang bisa menimbulkan hidrokel dan juga buah dada, namun juga bisa menyerang kaki. Filariasis malayi lebih banyak menyerang bagian kaki. Diagnosis dengan menemukan mikrofilaria dalam darah tepi penderita, tergantung periodisitasnya maka biasanya pemeriksaan dilakukan pada malam hari untuk menemukan mikrofilarianya. Lalu sediaan darah dicat dengan Giemsa, sehingga dapat dilihat perbedaan bentuk mf-nya untuk menentukan spesiesnya. Pengobatan filariasis sampai saat ini yang efektif adalah pemberian DEC (dietil karbamasin). Pencegahan terutama menjaga diri agar tidak digigit nyamuk, dengan memakai kelambu waktu tidur atau menggunakan repelen. Membasmi tempat perindukan nyamuk vektor, namun untuk yang habitatnya di rawa-rawa akan sulit dilakukan. Nematoda jaringan adalah beberapa spesies cacing Nematoda yang hospes yang definitifnya hewan, di mana cacing dewasa hidup dalam usus halus hewan tersebut. Bentuk larvanya yang menginfeksi jaringan tubuh manusia dan menimbulkan masalah penyakit. Tiga jenis cacing tersebut adalah: Trichinella spiralis yang hospes definitifnya adalah babi dan hewan lain (tikus, beruang, anjing liar dll), juga manusia. Habitat cacing dewasa dalam usus halus hospes. Manusia terinfeksi karena makan daging babi yang mengandung sista yang berisi larva di dalamnya. Daging tersebut bila dimakan tanpa dimasak dengan baik, maka larva akan menetas dalam usus dan menjadi dewasa. Cacing betina yang bersifat vivipar, menghasilkan larva yang akan menembus mukosa usus terbawa aliran darah sampai ke jaringan otot dan menyebabkan trikhinosis.
di 03:27
0 komentar:
Poskan Komentar
Link ke posting ini
Buat sebuah Link
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
my music
search this blog
didukung oleh
Blog Archive
* ▼ 2010 (24)
o ► Juni (1)
+ MENGHINDARI MIGREN
o ► Mei (1)
+ SELAMAT HARI RAYA GALUNGAN DAN KUNINGAN
o ► April (10)
+ Tips/Cara Menjaga Hubungan Cinta Dengan Pacar
+ Pasang Jam Di Sidebar
+ Tips Cara Meninggikan Badan (bloggerceria.com)
+ Me And My Lovely
+ CERITA LUCU (baru1.com)
+ Tips Cara Belajar Bermain Gitar dan Bass Bagi Pemu...
+ 7 Cara Mengungkapkan " Aku Cinta Padamu " pada Wan...
+ 3 Hal Yang Disukai Wanita Tapi Dibenci Pria (id.sh...
+ 7 Hal Yang Disukai Wanita Dari Pria (kompas.com)
+ 6 Cara Menghilangkan Rasa Bosan dan Marah
o ▼ Maret (12)
+ PARASITOLOGI (massofa.wordpress.com)
+ PENYAKIT MALARIA
+ Prosedur Pengambilan Darah Vena
+ KIMIA ORGANIK (id.wikipedia.org)
+ ILMU KESEHATAN MASYARAKAT (id.wikipedia.org)
+ FARMASI (id.wikipedia.org)
+ Bakteriologi (id.wikipedia.org)
+ DEHIDRASI (id.wikipedia.org)
+ BIOKIMIA (id.wikipedia.org)
+ Anjing dan Bayangannya (www.ceritakecil.com)
+ AJAKAN IKUT KORUPSI ( KETAWA.COM)
+ ORGANISASI RAHASIA BILDERBERG GROUP (www.thenoock....
ngae_ngae
* Home
* About
* Log In
ngae_ngae.com
buka mata.. buka pikiran.. buka hati.. with.. ngae_ngae.com karna ilmu and informasi bukan disimpan tapi dibagi dan diaplikasi...
my picture
about me
Foto Saya
sangtu ajus
adalah seorang mahasiswa poltekkes depkes mataram jurusan analis kesehatan ( D3) yg ingin sukses dan merubah dunia.. karena.. hidup ga slamanya d atas n ga slamanya d bawah... nikmati sajaa.. tetap tenang,n samangat!!
Lihat profil lengkapku
follower
pages
* Halaman Muka
my pool
Blog ini
Di-link Dari Sini
Web
Blog ini
Di-link Dari Sini
Web
Kamis, 25 Maret 2010
PARASITOLOGI (massofa.wordpress.com)
Parasitologi adalah suatu ilmu cabang Biologi yang mempelajari tentang semua organisme parasit. Tetapi dengan adanya kemajuan ilmu, parasitologi kini terbatas mempelajari organisme parasit yang tergolong hewan parasit, meliputi: protozoa, helminthes, arthropoda dan insekta parasit, baik yang zoonosis ataupun anthroponosis. Cakupan parasitologi meliputi taksonomi, morfologi, siklus hidup masing-masing parasit, serta patologi dan epidemiologi penyakit yang ditimbulkannya. Organisme parasit adalah organisme yang hidupnya bersifat parasitis; yaitu hidup yang selalu merugikan organisme yang ditempatinya (hospes). Predator adalah organisme yang hidupnya juga bersifat merugikan organisme lain (yang dimangsa). Bedanya, kalau predator ukuran tubuhnya jauh lebih besar dari yang dimangsa, bersifat membunuh dan memakan sebagian besar tubuh mangsanya. Sedangkan parasit, selain ukurannya jauh lebih kecil dari hospesnya juga tidak menghendaki hospesnya mati, sebab kehidupan hospes sangat essensial dibutuhkan bagi parasit yang bersangkutan.
Tujuan Pengajaran Parasitologi
Menyadari akibat yang dapat ditimbulkan oleh gangguan parasit terhadap kesejahteraan manusia, maka perlu dilakukan usaha pencegahan dan pengendalian penyakitnya. Sehubungan dengan hal tersebut maka sangat diperlukan suatu pengetahuan tentang kehidupan organisme parasit yang bersangkutan selengkapnya. Tujuan pengajaran parasitologi, dalam hal ini di antaranya adalah mengajarkan tentang siklus hidup parasit serta aspek epidemiologi penyakit yang ditimbulkannya. Dengan mempelajari siklus hidup parasit, kita akan dapat mengetahui bilamana dan bagaimana kita dapat terinfeksi oleh parasit, serta bagaimana kemungkinan akibat yang dapat ditimbulkannya. Selanjutnya ditunjang oleh pengetahuan epidemiologi penyakit, kita akan dapat menentukan cara pencegahan dan pengendaliannya.
Istilah dalam Parasitologi dan Pembagian Hewan Parasit
1. Organisme (manusia atau hewan) yang ditempati oleh organisme lain (parasit) di mana organisme tersebut merugikan hospes (inang) yang ditumpanginya karena mengambil makanan disebut hospes.
2. Hospes yang dirugikan itu dapat digolongkan menjadi 4 macam yaitu hospes definitif, hospes perantara, hospes predileksi dan hospes reservoir. Hospes definitif yaitu hospes yang membantu hidup parasit dalam stadium dewasa/stadium seksual.
3. Berdasar lama waktu hidupnya parasit dibagi menjadi dua yaitu parasit temporer dan stasioner. Parasit temporer disebut juga parasit nonperiodis (nonberkala) yang mengunjungi hospesnya pada waktu-waktu berselang atau parasit tersebut tidak menetap pada tubuh hospesnya.
4. Pediculus humanus disebut sebagai ektoparasit karena hidup di kepala atau hidup pada permukaan luar hospesnya.
Hubungan antara Parasit dengan Inang
Derajat preferensi inang adalah produk adaptasi biologis dari parasit yang menyebabkan parasit tersebut secara alami mempunyai pilihan terhadap inang dan juga jaringan tubuh inang. Semakin tinggi derajat preferensi suatu parasit terhadap inang akan menyebabkan adanya spesifitas inang.
Kekebalan terhadap parasit, Modus dan Sumber Penulurannya
Di dalam tubuh terdapat suatu mekanisme yaitu mekanisme tanggap kebal yang akan mengenali dan segera memusnahkan setiap sel yang berbeda/asing dari sel normal tubuhnya sendiri. Seperti pada kekebalan terhadap bakteri, cendawan, dan virus, kekebalan dalam parasitologi terdiri dari kekebalan bawaan yang mungkin disebabkan spesifitas inang, karakteristik fisik inang, sifat biokimia yang khas dan kebiasaan inang serta kekebalan didapat. Kekebalan didapat dibedakan menjadi:
- Kekebalan secara pasif, contohnya ialah kekebalan anak yang didapat dari kolostrum ibunya.
- Kekebalan didapat secara aktif.
Reaksi kekebalan didapat secara aktif timbul setelah adanya rangsangan oleh antigen. Tergantung dari sifat antigen sehingga terjadi pembelahan limfosit-limfosit menjadi sel-T atau sel B. Sel T mempunyai reseptor khusus terhadap antigen tertentu, sedangkan sel B akan mengeluarkan antibodi yang dikenal sebagai imunoglobulin yang akan berikatan secara khas pula dengan antigen. Modus penularan ialah cara atau metode penularan penyakit yang biasanya terjadi. Pada umumnya, cara penularan penyakit parasit adalah secara kontak langsung, melalui mulut (food-borne parasitosis), melalui kulit, melalui plasenta, melalui alat kelamin dan melalui air susu. Sumber penularan bagi penyakit parasit, seperti halnya bagi penyakit menular lain terjadi dari inang yang satu ke inang yang lain. Penularan dapat juga dari sumber penyakit kepada inang baru. Adapun yang dapat berlaku sebagai sumber penularan penyakit parasit ialah organisme baik hewan maupun tumbuhan dan benda mati seperti tanah, air, makanan dan minuman.
Ekologi Parasit
Ekologi parasit adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara parasit dengan lingkungan habitatnya, terutama mengenai distribusi parasit dengan sumber makanannya dan interaksi jenis-jenis parasit dalam satu habitat. Parasit yang terdapat di dalam tubuh inang, mungkin terdapat di dalam sistem pencernaan, sistem sirkulasi, sistem respirasi atau alat-alat dalam tubuh seperti hati, ginjal, otak dan limpa. Biometeorologi adalah ilmu tentang atmosfer dan segala fenomena-fenomenanya/ilmu tentang cuaca yang berhubungan dengan data kehidupan. Faktor meteorologi yang berpengaruh pada kelangsungan hidup parasit adalah:
a. Data biometeorologi
b. Penguapan air
c. Kandungan air dalam tanah.
Pengaruh Faktor Cuaca terhadap Siklus Hidup Parasit
Pengaruh jumlah hujan dan temperatur terhadap kelangsungan hidup suatu jenis parasit berbeda, sebagai contoh Nematoda parasit membutuhkan lebih sedikit curah hujan dibandingkan dengan Trematoda. Trematoda membutuhkan jumlah air yang lebih banyak dibandingkan dengan Nematoda sebab untuk menetaskan miracidium diperlukan genangan air. Demikian juga pada telur cacing nematoda umumnya lebih tahan terhadap temperatur yang lebih tinggi daripada Trematoda dan Cestoda, tetapi sebagai larva infektif sebaliknya, yaitu larva Nematoda lebih tahan dingin daripada larva Trematoda dan Cestoda. Diduga bagian sinar matahari yang berpengaruh besar pada siklus hidup parasit adalah sinar ultraviolet. Dalam bereaksi terhadap tantangan dari faktor-faktor cuaca tersebut parasit bereaksi secara gabungan dan bukan bereaksi terhadap faktor itu satu demi satu.
Ruang Lingkup Parasitisme
Dalam mempelajari parasitologi diperlukan pengertian dan pendekatan ekologi serta memahami ekologi parasit yang merupakan dasar pembahasan berbagai masalah antara lain masuknya parasit ke dalam hospes, kepadatan parasit, inang dan sebagainya. Demikian juga untuk memahami penyebarannya perlu dipelajari mikro distribusi parasit. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kehidupan parasit antara lain air, temperatur, sinar matahari, waktu, flora dan fauna. Semua makhluk hidup itu bereaksi terhadap banyak faktor-faktor tersebut secara bersama-sama, tidak terhadap faktor satu demi satu. Selanjutnya dalam mencegah dan mengobati penyakit secara umum dengan tindakan praktis, khususnya dalam pencegahan serta pemberantasannya.
Penggolongan Zoonosis dan Aspek yang Mempengaruhinya
Zoonosis adalah penyakit atau penularan-penularan yang secara alamiah terjadi antara hewan dan manusia. Penggolongan zoonosis dapat didasarkan pada:
(1) tingkat derajat revervoirnya dalam sistem zoologi,
(2) siklus penularan dan prospek pengendaliannya,
(3) taksonomi parasit penyebabnya.
Hal-hal yang berpengaruh terhadap kasus zoonosis parasiter pada manusia adalah:
1. aspek sosial budaya atau ekonomi; di antaranya adalah jenis pekerjaan. Sebagai pemburu juga pekerja hutan, mereka lebih terbuka kemungkinannya untuk memperoleh zoonosis parasiter dari hewan buruan dan hewan liar di hutan sebagai reservoirnya. Berbeda dengan pekerja pengalengan susu, daging atau ikan yang secara langsung lebih terbuka terhadap penularan zoonosis parasiter dari jenis toksoplasmosis, hidatidosis dan larva migran.
2. Aspek ekologi; bertambahnya populasi atau dengan adanya transmigrasi, yang akan mengubah keadaan lingkungan. Perubahan ekologi, seperti adanya 2 ekosistem yang semula terpisah, kemudian bersatu dan dapat menjadi fokus baru bagi berbagai penyakit zoonosis; di antaranya schistosomiasis, trypanosomiasis, paragonimiasis dan sebagainya
3. Aspek iklim dan cuaca; sebagai contoh: negara Indonesia dengan iklim tropis, panas, tetapi curah hujan cukup sehingga kelembabannya cukup pula. Hal tersebut memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan berbagai jenis parasit selagi berada di luar tubuh hospesnya. Contoh: sporulasi ookista Toxoplasma gondii, pembentukan telur infektif berbagai cacing parasit usus, demikian pula bagi kelangsungan hidup berbagai vektor dan hospes perantara yang sangat dipengaruhi oleh iklim dan cuaca. Faktor-faktor yang mendukung siklus hidup zoonosis parasiter di daerah endemis, di antaranya: faktor bangsa, ethnis, agama, populasi geografis.
Protozoa Parasit Usus
Struktur tubuh protozoa tersusun dari unit-unit (komponen) fungsional yang disebut sebagai organel-organel bukan organ-organ sebab Protozoa adalah hewan bersel satu atau terdiri dari satu sel saja. Seluruh fungsi kehidupannya dilakukan oleh satu sel tersebut. Sedangkan “organ” terdiri dari banyak sel dan “organel-organel” adalah bagian sel yang mengalami diferensiasi yang disesuaikan dengan fungsinya. Pengelompokan Protozoa parasit dalam parasitologi dilakukan berdasarkan patologi anatomi hospesnya dengan urutan yang disesuaikan dengan taksonominya. Alasan pengelompokan tersebut, dimaksudkan untuk mempermudah dalam mempelajarinya.
Protozoa Parasit Rongga Tubuh
Protozoa atrial adalah protozoa yang berhabitat pada rongga tubuh seperti mulut, hidung, vagina, urethera. Dalam kelompok protozoa atrial yaitu Entomoeba gingivalis (Kelas Sarcodina) dan Trichomonas tenax dan T. vaginalis (Kelas Flagellata), hanya T. vaginalis yang patogen. E. gingivalis hanya diketahui bentuk trophozoit saja yang sangat mirip dengan E. histolytica. Spesies ini tinggal di dalam gingiva manusia bersifat apatogen sama halnya dengan T. tenax. T. vaginalis habitat pada vagina dan glandula prostata. Pada wanita menyebabkan vaginistis yaitu dapat mengeluarkan banyak sekret keputihan yang menyebabkan keputihan. Infeksi pada laki-laki dirasakan setelah adanya infeksi sekunder oleh bakteri dan mungkin menyebabkan uretritis dan prostata.
Protozoa Parasit pada Darah Manusia serta Vertebrata lainnya
Protozoa yang hidup parasit di dalam darah dan jaringan manusia mencakup berbagai jenis yaitu Trypanosoma spp, Leishmania spp, Plasmodium spp, dan Toxoplasma gondii. Parasit Trypanosoma cukup luas penyebarannya, sebagian tidak patogen, di dalam darah hewan mamalia, reptilia, amfibia, burung, ikan ada ada 3 spesies patogen pada manusia yaitu Trypanosoma gambiense, T. rhodesiense dan T. cruzi. Bentuk-bentuk perkembangan familia Trypanosomidae ini adalah Trypomastigot, Epimastigot, Promastigot, dan Amastigot. Bentuk-bentuk perkembangan ini ada yang lengkap dan ada pula yang tidak lengkap. Daur hidup Trypanosoma pada mamalia terjadi berganti-ganti di dalam inang vertebrata dan invertebrata. Penularan Trypanosoma dan dapat secara langsung dan dapat secara tidak langsung yaitu mengalami pertumbuhan siklik (mekanik) di dalam serangga pengisap darah sebelum menjadi infektif. Vektor bagi Trypanosoma gambiense dan T. rhodesiense adalah lalat tse-tse, sedangkan Trypanosoma cruzi adalah serangga reduvidae. Klasifikasi Trypanosoma didasarkan atas morfologi, cara penularan dan sifat patogen. Parasit Plasmodium penyebab malaria yang tersebar sangat luas dan banyak menimbulkan kematian pada manusia ada 4 spesies yaitu P. vivax, P. malariae, P. falciparum dan P. ovale, sedangkan spesies lainnya dapat menginfeksi burung, monyet, rodentia dan sebagainya. Pembasmiannya sangat tergantung pada penggunaan insektisida, pengobatan dan faktor-faktor sosio ekonomi yang cukup komplex. Untuk kelangsungan hidup parasit tersebut mempunyai fase schizogoni, fase gametogami, dan fase sporogoni. Patologinya menyebabkan pecahnya eritrosit, reaksi humoral kelemahan limpa, hati, ginjal dan gangguan peredaran darah. Gejala klinis ialah serangan demam yang intermitten dan pembesaran limpa. Pencegahan mencakup pengurangan sumber infeksi, pengendalian nyamuk malaria. Pengobatan meliputi penghancuran parasit praeritrositik, obat represif, obat penyembuh dan obat radikal untuk bentuk eksoeritrositik, gametositik dan gametastatik.
Protozoa Parasit Pada Jaringan
Protozoa parasit jaringan merupakan protozoa parasit yang hidup berparasit di dalam jaringan hospesnya. Protozoa parasit ini merupakan penyebab penyakit bagi manusia dan hewan khususnya dan berperan penting dalam dunia kesehatan pada umumnya. Protozoa yang bersifat parasit pada jaringan hospes ini meliputi 2 kelas yaitu kelas Flagellata dan Sporozoa. Pada kelas Flagellata berupa genus Leishmania sedangkan pada kelas Sporozoa berupa genus Toxoplasma. Dari genus Leishmania ini hanya terdapat 3 spesies penting terutama bagi kesehatan manusia yaitu dapat menyebabkan penyakit leishmaniasis. Adapun ketiga spesies tersebut adalah Leishmania donovani penyebab leishmaniasis visceral; Leishmania tropica penyebab leishmaniasis kulit dan Leishmania brazilliennis penyebab leishmaniasis muko kutis. Meskipun ketiga genus Leishmania ini merupakan protozoa parasit pada jaringan, tetapi di dalam daur (siklus) hidupnya masih tetap membutuhkan hospes perantara untuk kelangsungan hidupnya. Adapun sebagai hospes perantaranya adalah lalat Phlebotomus dan darah manusia. Di antara genus Toxoplasma hanya satu spesies saja yang mampu menginfeksi berbagai macam hospes yaitu spesies Toxoplasma gondii. T. gondii ini merupakan penyebab penyakit toxoplasmosis pada manusia. Di dalam daur hidupnya mempunyai tiga bentuk perkembangan yaitu bentuk zoite, kista dan ookista. Sebagai berikut infektifnya adalah sporozoit, kestozoit dan endozoit. Sedangkan cara infeksinya adalah bukan dengan melalui vektor, tetapi dengan berbagai cara yaitu per-os, transplantasi, transfusi ataupun dengan kista, trophozoit atau ookista selama melakukan penelitian di laboratorium. Peristiwa ini dapat mengakibatkan toxoplasmosis kongenital dan toxoplasmosis dapatan (perolehan). Penularan dari manusia ke manusia terjadi dengan melalui plasenta penyebab toxoplasmosis kongenital.
Trematoda Usus
Trematoda merupakan cacing pipih yang berbentuk seperti daun, dilengkapi dengan alat-alat ekskresi, alat pencernaan, alat reproduksi jantan dan betina yang menjadi satu (hermafrodit) kecuali pada Trematoda darah (Schistosoma). Mempunyai batil isap kepala di bagian anterior tubuh dan batil isap perut di bagian posterior tubuh. Dalam siklus hidupnya Trematoda pada umumnya memerlukan keong sebagai hospes perantara I dan hewan lain (Ikan, Crustacea , keong) ataupun tumbuh-tumbuhan air sebagai hospes perantara kedua. Manusia atau hewan Vertebrata dapat menjadi hospes definitifnya. Habitat Trematoda dalam tubuh hospes definitif bermacam-macam, ada yang di usus, hati, paru-paru, dan darah. Macam-macam spesies Trematoda usus adalah: F. buski, H. heterophyes, M. yokagawai, Echinostoma, Hypoderaeum dan Gastrodiscus. Manusia menjadi hospes definitifnya dan hewan-hewan lain seperti mamalia (anjing, kucing) dan burung dapat menjadi hospes reservoar. Siklus hidup selalu memerlukan keong sebagai hospes perantara I dan hospes perantara II (keong : Echinostoma, tumbuhan air F.buski; ikan H.heterophyes dan M.yokogawai). Patologi penyakit yang disebabkan oleh Trematoda usus disebabkan oleh perlekatan cacing pada mukosa usus dengan batil isapnya. Semakin besar ukuran cacing maka semakin parah kerusakan yang ditimbulkan. Gejala klinis tergantung jumlah parasit dalam usus, pada infeksi ringan gejala tidak nyata, sedangkan pada infeksi berat gejala yang timbul adalah sakit perut, diare, dan akibat terjadinya malabsorpsi bisa timbul edema. Diagnosis dilakukan dengan menemukan telur dalam tinja penderita. Bila bentuk telur hampir sama maka perlu menemukan cacing dewasanya dalam tinja penderita. Obat-obatan untuk trematoda usus hampir sama, yaitu tetrakloretilen, heksilresorsinol, dan praziquantel.
Cestoda Usus
Cestoda merupakan cacing berbentuk seperti pita memanjang. tubuh terdiri dari kepala (skolek), dan proglottid (segmen tubuh) yang terdiri dari: proglottid immature, mature, dan gravid. Proglottid gravid dapat digunakan untuk identifikasi spesies berdasarkan bentuknya dan bentuk uterus di dalamnya. Terdapat 2 golongan besar Cestoda, yaitu: 1. Pseudophyllidean yang mempunyai skolek berbentuk seperti sendok dengan dilengkapi 2 buah alat isap yang berbentuk celah memanjang yang disebut bothria, contoh spesies: Diphyllobothrium latum. 2. Cyclophyllidean yang mempunyai skolek dengan alat isap berbentuk seperti mangkuk yang disebut asetabulum, jumlahnya 4 buah. Diphyllobothrium latum merupakan pseudophyilidean. Cestoda yang hidup di usus manusia sebagai hospes definitifnya. Hospes reservoarnya adalah hewan/mamalia pemakan ikan. Memerlukan 2 buah hospes perantara dalam daur hidupnya yaitu: (1) Cyclops atau Diaptomus di mana larva cacing disebut proserkoid, dan (2) Ikan air tawar dengan larva cacing di dalamnya disebut pleroserkoid. Fam.Taeniidae yang termasuk Cyclophyllidean Cestoda mempunyai 3 spesies penting bagi kesehatan manusia maupun hewan, yaitu T.saginata, T.solium, dan E.granulossus. Bentuk telur antara ketiga cacing tersebut sukar dibedakan satu sama lain. Ketiganya mempunyai skolek yang dilengkapi dengan batil isap berbentuk mangkuk yang disebut asetabulum. Pada skolek T.solium dan E.granulossus dilengkapi dengan rostellum dan kait-kait . Sedangkan skolek T.saginata tidak ada rostrumnya. T.saginata dan T.solium merupakan cacing pita yang panjang sampai bermeter-meter ukurannya, sedangkan E.granulossus merupakan cacing pita yang terpendek, hanya mempunyai 3 buah proglottid saja. Manusia dapat terinfeksi T.saginata bila makan daging sapi yang mengandung kista yang disebut sistiserkus bovis, dan menderita taeniasis saginata (terdapat cacing dewasa dalam ususnya). Infeksi T.solium pada manusia dapat terjadi melalui 2 cara yaitu:
1. Bila menelan telurnya akan terjadi larva dalam jaringan tubuh manusia, disebut menderita sistiserkosis.
2. Bila makan daging babi yang mengandung larva sistiserkus selulose, manusia akan menderita taeniasis solium.
Diagnosis taeniasis saginata/solium dengan menemukan telur/proglottid gravid pada tinja penderita. Sedangkan sistiserkosis dapat diketahui dengan pemeriksaan serologis, CT-scan atau dengan pembedahan (tergantung letak kista dalam jaringan tubuh manusia). Infeksi E.granulossus pada manusia dapat terjadi bila menelan telurnya, manusia akan menderita hidatidosis (terjadinya kista hidatida dalam jaringan tubuh manusia). Tempat yang sering terjadi kista adalah hati (66%). Diagnosis dengan pemeriksaan serologis, sinar rontgen, dan pembedahan bila letaknya memungkinkan. Cacing pita yang kecil H.nana hospes definitifnya manusia, dan penularan dapat terjadi secara langsung bila manusia menelan telur cacing tersebut. H.nana var.fraterna dan H.diminuta yang hospes definitifnya tikus memerlukan hospes perantara, yaitu pinjal tikus, dan kumbang tepung. Hospes perantara bila menelan telur cacing tersebut akan menetas menjadi larva sistiserkoid. Bila manusia menelan hospes perantara yang mengandung sistiserkoid akan menderita hymenolepsis.
Cacing pita D.caninum merupakan cacing pita anjing /carnivora lainnya. Habitat dalam hospes adalah dalam usus halus. Manusia terinfeksi secara kebetulan/aksidental terutama terjadi pada anak-anak yang menelan pinjal anjing/kucing yang mengandung larva sistiserkoid. Akibat infeksi ini pada anak-anak tidak begitu nyata bila infeksinya ringan namun bila infeksi berat dapat terjadi gangguan pencernaan, diare, dan reaksi alergi. Pencegahan dengan meningkatkan kebersihan perorangan serta lingkungan dengan mengobati anjing dari pinjal yang menempel pada tubuhnya. Pengobatan dipylidiasis seperti pada infeksi cacing pita lainnya, yaitu dengan: niklosamid, praziquantel, atau kuinakrin
Nematoda Usus
Cacing tambang terdiri dari beberapa spesies, yang menginfeksi manusia adalah N.americanus dan A.duodenale, yang menginfeksi hewan (anjing/kucing) baik liar maupun domestik adalah A.ceylanicum meskipun cacing ini dilaporkan dapat menjadi dewasa dalam usus halus manusia dan tidak pernah menyebabkan creeping eruption, A.caninum dan A.braziliense yang tidak dapat menjadi dewasa dalam usus halus manusia dan menyebabkan creeping eruption pada manusia. Perbedaan morfologi antar spesies dapat dilihat dari bentuk rongga mulut, ada tidaknya gigi, dan bentuk bursa kopulatriks cacing jantan. Akibat utama yang ditimbulkan bila menginfeksi manusia atau hewan adalah anemia mikrositik hipokromik, karena cacing tambang menyebabkan perdarahan di usus akibat luka yang ditimbulkan juga cacing tambang mengisap darah hospes. Penyakit cacing tambang tersebar luas di daerah tropis, pencegahan tergantung pada sanitasi lingkungan, kebiasaan berdefikasi, dan memakai alas kaki. Strongyloides stercoralis merupakan cacing Nematoda usus yang hidup parasit pada manusia, namun dalam siklus hidupnya terdapat fase hidup bebas di tanah. Bentuk telurnya sulit dibedakan dengan telur cacing tambang. Manusia dapat terinfeksi melalui 3 cara: yaitu langsung, tak langsung, dan autoinfeksi. Cara pencegahan dan penyebaran cacing ini sama seperti cacing tambang. Obat yang efektif untuk strongyloidiasis adalah thiabendazol. Akibat utama yang ditimbulkan adalah peradangan pada usus, disentri terus-menerus dan rasa sakit pada perut bagian kanan atas. Diagnosis dengan menemukan larva dalam tinja atau dalam sputum penderita. Pada cacing Nematoda usus ada beberapa spesies yang menginfeksi manusia maupun hewan. Nematoda usus terbesar adalah A.lumbricoides yang bersama-sama dengan T.trichiura, serta cacing tambang sering menginfeksi manusia karena telur cacing tersebut semuanya mengalami pemasakan di tanah dan cara penularannya lewat tanah yang terkontaminasi sehingga cacing tersebut termasuk dalam golongan soil-transmitted helminths. A.lumbricoides, T.trichiura dan E.vermicularis mempunyai stadium infektif yaitu telur yang mengandung larva. Siklus hidup A.lumbricoides lebih rumit karena melewati siklus paru-paru, sedangkan T.trichiura dan E.vermicularis tidak. Gejala klinis penyakit cacing ini bila infeksi ringan tidak jelas, biasanya hanya tidak enak pada perut kadang-kadang mual. Infeksi askariasis yang berat dapat menyebabkan kurang gizi dan sering terjadi sumbatan pada usus. Trikhuriasis berat biasanya dapat terjadi anemia, sedangkan pada enterobiasis gejala yang khas adalah gatal-gatal di sekitar anus pada waktu malam hari saat cacing betina keluar dari usus untuk meletakkan telunya di daerah perianal. Diagnosis askariasis dan trikhuriasis dengan menemukan telur dalam tinja penderita, sedangkan untuk enterobiasis dapat ditegakkan dengan anal swab karena telur E. vermicularis tidak dikeluarkan bersama tinja penderita. Infeksi cacing usus ini tersebar luas di seluruh dunia baik daerah tropis maupun sub tropis. Anak-anak lebih sering terinfeksi dari pada orang dewasa karena kebiasaan main tanah dan kurang/belum dapat menjaga kebersihan sendiri. Semua infeksi cacing usus dapat dicegah dengan meningkatkan kebersihan lingkungan, pembuangan tinja atau sanitasi yang baik, mengerti cara-cara hidup sehat, tidak menggunakan tinja sebagai pupuk tanaman dan mencuci bersih sayuran/buah yang akan di makan mentah. Obat cacing, seperti piperasin, mebendazole, tiabendazol, dan lain-lain dapat diberikan dengan hasil yang cukup memuaskan.
Trematoda dan Cstoda yang Hidup Parasit pada Darah/Jaringan Tubuh Manusia dan Hewan
Spesies trematoda hati yang dapat menginfeksi manusia adalah C. sinensis dan O. viverini, sedangkan O. felineus, F. hepatica dan F. gigantica lebih banyak menginfeksi hewan. Stadium infektil cacing hati adalah metaserkaria. Telur dari C. sinensis dan Opistorchis pada waktu dikeluarkan sudah mengandung mirasidium, ukurannya lebih kecil dibandingkan dengan telur Fasciola yang besar dan tidak berembrio pada waktu dikeluarkan bersama tinja. Habitat cacing-cacing tersebut terutama adalah di saluran empedu, kecuali F. gigantica yang habitatnya di hati. Hospes perantara I cacing-cacing tersebut adalah keong, namun hospes perantara II C. sinensis dan Opistorchis adalah ikan air tawar dan hospes perantara II Fasciola adalah tumbuh-tumbuhan air. Patologis dan gejala klinis terutama karena peradangan yang disebabkan oleh hasil metabolisme cacing yang bersifat toksin. Gejala utama dalah demam, sakit daerah perut, pembesaran hati yang lunak, diare dan anemia. Diagnosis dengan menemukan telur dalam tinja penderita. Pencegahan dengan memasak ikan dan tumbuhan air yang akan dimakan. Pengobatan dengan bithionol. Paragonimus westermani merupakan trematoda yang menginfeksi paru-paru manusia dan hewan (mamalia). Stadium infektifnya adalah metasekaria yang mengkista dalam tubuh ketam atau udang (HP perantar II). Keong merupakan hospes perantara I nya. Patologi dan gejala klinis disebabkan oleh cacing dewasa dalam alveoli paru-paru dan mengeluarkan telur yang menyebabkan gejala batuk dengan bercak seperti serbuk besi dan sputum yang mengandung telur. Diagnosis dengan menemukan telur dalam sputum atau tinja penderita. Pencegahan dengan memasak dengan baik ketam atau udang yang akan dimakan. Trematoda darah pada manusia adalah Schistosoma japonicum, S. haematobium dan S. mansoni. Infeksi terjadi dengan cara serkaria menembus kulit hospes. hanya mempunyai 1 hospes perantara yaitu keong Oncomelania (S. japonicum); Biomphalaria (S. mansoni) dan Bulinus (S. mansoni). Berbagai hewan dapat terinfeksi oleh cacing ini dan menjadi hospes reservoarnya. Habitat S. japonicum dan S. mansoni adalah pada vena meseterika dan cabang-cabangnya, telur yang dikeluarkan oleh cacing dewasa dapat ditemukan dalam tinja penderita (untuk diagnosis). Sedangkan habitat S. haematobium adalah pada vena kandung kencing, sehingga untuk diagnosis dengan menemukan telur dalam urin penderita. Pencegahan dengan perbaikan irigasi, pemberantasan keong dan pengobatan dengan kalium ammoniumnitrat, nitridazole dan astiban.
Nematoda Darah/Jaringan Tubuh Manusia dan Hewan
Nematoda darah atau dikenal sebagai Nematoda filaria, menyebabkan penyakit kaki gajah atau elefantiasis/filariasis. Di Indonesia terdapat 3 spesies cacing ini yang dikenal juga sebagai cacing filaria limfatik, sebab habitat cacing dewasa adalah di dalam sistem limfe (saluran dan kelenjar limfe) manusia yang menjadi hospes definitifnya, maupun dalam sistem limfe hewan yang menjadi hospes reservoar (kera dan kucing hutan). Spesies cacing filaria yang ada di Indonesia adalah: Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori. Cacing filaria ini ditularkan melalui gigitan nyamuk yang menjadi vektomya. Filariasis bancrofti mempunyai 2 tipe, yaitu: 1.Tipe urban, atau terdapat di daerah perkotaan, vektornya nyamuk Culex quenquefasciatus/C. fatigans. 2.Tipe rural, vektornya nyamuk Anopheles atau nyamuk Aedes tergantung pada daerahnya. Periodisitasnya adalah periodik nokturna, di mana mikrofilaria banyak ditemukan dalam darah tepi penderita pada waktu malam hari. Filariasis malayi lebih banyak terjadi di daerah rural, vektornya adalah nyamuk Mansonia yang tempat perindukannya di rawa-rawa dekat hutan dan beberapa jenis dari nyamuk Anopheles dapat pula menjadi vektor penyakit ini. Perbedaan nyamuk yang menjadi vektornya tergantung pada daerah geografis. Periodisitas filariasis malayi adalah subperiodik nokturna, artinya mikrofilaria dapat ditemukan dalam darah tepi penderita pada waktu siang dan malam hari, meskipun jumlahnya lebih banyak pada malam hari. Bila mikrofilaria dalam darah tepi penderita masuk ke dalam tubuh nyamuk vektor pada waktu nyamuk rnengisap darah, maka akan berubah menjadi larva stadium I-III (L1-L2-L3). L3 bila nyamuk mengisap darah manusia akan terbawa masuk ke dalam tubuh dan menuju saluran limfe serta menjadi dewasa dalam kelenjar limfe. Gejala utama filariasis adalah: limfangitis, limfadenitis, limfedema, yang bisa terjadi berulang-ulang sampai akhimya bila sudah kronis (bertahun-tahun) akan terjadi elefantiasis. Pada infeksi W. bancrofti biasa menyerang ekstremitas bagian atas, alat genital, yang bisa menimbulkan hidrokel dan juga buah dada, namun juga bisa menyerang kaki. Filariasis malayi lebih banyak menyerang bagian kaki. Diagnosis dengan menemukan mikrofilaria dalam darah tepi penderita, tergantung periodisitasnya maka biasanya pemeriksaan dilakukan pada malam hari untuk menemukan mikrofilarianya. Lalu sediaan darah dicat dengan Giemsa, sehingga dapat dilihat perbedaan bentuk mf-nya untuk menentukan spesiesnya. Pengobatan filariasis sampai saat ini yang efektif adalah pemberian DEC (dietil karbamasin). Pencegahan terutama menjaga diri agar tidak digigit nyamuk, dengan memakai kelambu waktu tidur atau menggunakan repelen. Membasmi tempat perindukan nyamuk vektor, namun untuk yang habitatnya di rawa-rawa akan sulit dilakukan. Nematoda jaringan adalah beberapa spesies cacing Nematoda yang hospes yang definitifnya hewan, di mana cacing dewasa hidup dalam usus halus hewan tersebut. Bentuk larvanya yang menginfeksi jaringan tubuh manusia dan menimbulkan masalah penyakit. Tiga jenis cacing tersebut adalah: Trichinella spiralis yang hospes definitifnya adalah babi dan hewan lain (tikus, beruang, anjing liar dll), juga manusia. Habitat cacing dewasa dalam usus halus hospes. Manusia terinfeksi karena makan daging babi yang mengandung sista yang berisi larva di dalamnya. Daging tersebut bila dimakan tanpa dimasak dengan baik, maka larva akan menetas dalam usus dan menjadi dewasa. Cacing betina yang bersifat vivipar, menghasilkan larva yang akan menembus mukosa usus terbawa aliran darah sampai ke jaringan otot dan menyebabkan trikhinosis.
di 03:27
0 komentar:
Poskan Komentar
Link ke posting ini
Buat sebuah Link
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
my music
search this blog
didukung oleh
Blog Archive
* ▼ 2010 (24)
o ► Juni (1)
+ MENGHINDARI MIGREN
o ► Mei (1)
+ SELAMAT HARI RAYA GALUNGAN DAN KUNINGAN
o ► April (10)
+ Tips/Cara Menjaga Hubungan Cinta Dengan Pacar
+ Pasang Jam Di Sidebar
+ Tips Cara Meninggikan Badan (bloggerceria.com)
+ Me And My Lovely
+ CERITA LUCU (baru1.com)
+ Tips Cara Belajar Bermain Gitar dan Bass Bagi Pemu...
+ 7 Cara Mengungkapkan " Aku Cinta Padamu " pada Wan...
+ 3 Hal Yang Disukai Wanita Tapi Dibenci Pria (id.sh...
+ 7 Hal Yang Disukai Wanita Dari Pria (kompas.com)
+ 6 Cara Menghilangkan Rasa Bosan dan Marah
o ▼ Maret (12)
+ PARASITOLOGI (massofa.wordpress.com)
+ PENYAKIT MALARIA
+ Prosedur Pengambilan Darah Vena
+ KIMIA ORGANIK (id.wikipedia.org)
+ ILMU KESEHATAN MASYARAKAT (id.wikipedia.org)
+ FARMASI (id.wikipedia.org)
+ Bakteriologi (id.wikipedia.org)
+ DEHIDRASI (id.wikipedia.org)
+ BIOKIMIA (id.wikipedia.org)
+ Anjing dan Bayangannya (www.ceritakecil.com)
+ AJAKAN IKUT KORUPSI ( KETAWA.COM)
+ ORGANISASI RAHASIA BILDERBERG GROUP (www.thenoock....
Langganan:
Postingan (Atom)